Anda di halaman 1dari 33

Belajar

Belajar berhubungan dengan


perubahan tingkah laku seseorang
terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam situasi itu.
Belajar terjadi apabila suatu situasi
stimulus/rangsangan bersama ingatan
mempengaruhi seseorang sehingga
kemampuannya (performance-nya)
berubah dari waktu sebelum ia
mengalami sebuah situasi ke waktu
sesudah ia mengalami situasi tadi.

Morgan dalam Introduction


to Psychology (1978)
Belajar adalah setiap perubahan
yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau
pengalaman
(M. Ngalim Purwanto, 2007: 84).

gestalt
inti dari belajar adalah
memperoleh insight.
Insight adalah didapatkannya
pemecahan problem atau
dimengertinya persoalan
(SumadiSuryabrata, 2010: 277).

disimpulkan
bahwa belajar adalah proses
perubahan kemampuan
seseorang dengan diperolehnya
sifat insight terhadap sebuah
situasi lingkungan yang
dialaminya.

perbedaan cara mendasar pada


tiap orang dalam transfer atau
penyerapan ilmu. Cara-cara
belajar disebut juga gaya belajar
Gaya belajar diartikan sebagai kombinasi dari
bagaimana informasi diserap, diatur serta diolah
(Bobbi DePorter: 2002:110).
Jadi, gaya belajar seseorang merupakan kombinasi
dari bagaimana ia menyerap suatu informasi,
kemudian mengatur dan mengolah informasi
tersebut. Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan,
gaya belajar berarti kemampuan kombinasi yang
dimiliki oleh seorang peserta didik untuk menerima,
menyerap, mengatur dan mengolahmateri pelajaran
yang diterimanya selama proses pembelajaran

Tiga Jenis Gaya Belajar yaitu :

a. Visual.
Gaya belajar seperti ini lebih mengutamakan kekuatan
penglihatan (mata). Belajar melalui melihat sesuatu.
Orang dengan gaya belajar visual menyukai gambar,
diagram, pertunjukkan, peragaan, pemutaran film atau
video sebagai media pembelajaran. Ada beberapa
karakteristik dari pembelajar visual, yaitu: suka
membaca; menonton televisi, film; menerka teka-teki
atau mengisi TTS; lebih suka membaca ketimbang
dibacakan; lebih suka memperhatikan ekspresi wajah
ketika berbicara dengan orang lain; mengingat orang
melalui penglihatan(tak pernah melupakan wajah);
memiliki aktivitas kreatif seperti menulis, menggambar,
melukis, merancang, melukis di udara dan cenderung
berbicara cepat, tetapi mungkin cukup pendiam di
dalam kelas.

b.
Auditori
Gaya belajar Auditory lebih mengutamakan
kekuatan pendengaran (telinga). Belajar melalui
mendengarkan sesuatu. Orang dengan gaya belajar
auditory lebih menyukai kaset audio, ceramah
perkuliahan, diskusi, debat dan instruksi dalam
proses belajar mengajar.
Karakteristik pembelajar auditori yaitu: suka
mendengar radio, musik, sandiwara, drama, debat;
lebih suka cerita yang dibacakan kepadanya
dengan berbagai ekspresi; memiliki aktivitas kreatif
seperti: menyanyi, mendongeng, mengobrol apa
saja, bermain musik, membuat cerita lucu,
berdebat, berfilosofi; berbicara dengan kecepatan
sedang; suka bicara bahkan dalam kelas.

c.
Kinestetik
Gaya belajar kinestetik lebih mengutamakan
keterlibatan aktivitas fisik secara langsung.
Belajar melalui aktivitas fisik. Media pembelajaran
yang disukai antara lain bermain peran,
kunjungan wisata, lebih menyukai pelajaran
praktek ketimbang teori.
Ada beberapa karakteristik dari gaya belajar
kinestetik, yaitu menyukai kegiatan aktif, baik
sosial maupun olahraga, seperti menari dan lintas
alam; memiliki aktivitas kreatif seperti kerajinan
tangan, berkebun, menari, berolahraga; berbicara
agak lambat; dalam keadaan diam selalu merasa
gelisah; tidak bisa duduk tenang, dan suka
melakukan urusan seraya mengerjakan sesuatu.

Pengertian dan
Tujuan Pembelajaran

Pengertian
Pembelajaran
pengertian pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran
dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan
kata lain, pengertian pembelajaran
adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik.

pembelajaran mempunyai pengertian yang


mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya
mempunyai konotasi yang berbeda

Dalam konteks pendidikan, guru mengajar


agar peserta didik dapat belajar dan
menguasai isi pelajaran hingga mencapai
sesuatu objektif yang ditentukan (aspek
kognitif), juga dapat memengaruhi
perubahan sikap (aspek afektif), serta
keterampilan (aspek psikomotor) seorang
peserta didik, namunproses pengajaran ini
memberi kesan hanya sebagai pekerjaan
satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja.
Sedangkan pembelajaran menyiratkan

Organisasi Pembelajaran
Organisasi belajar atau organisasi
pembelajaran adalah suatu konsep
dimana organisasi dianggap mampu
untuk terus menerus melakukan
proses pembelajaran mandiri (self
leraning) sehingga organisasi
tersebut memiliki kecepatan berpikir
dan bertindak dalam merespon
beragam perubahan yang muncul.

Pedler, Boydell dan Burgoyne

Mendefinisikan bahwa
organisasi pembelajaran
adalah Sebuah organisasi
yang memfasilitasi
pembelajaran dari seluruh
anggotanya dan secara terus
menerus mentransformasikan
diri.

Menurut Lundberg (Dale,


2003)

Menyatakan bahwa
pembelajaran adalah suatu
kegiatan bertujuan yang
diarahkan pada pemerolehan
dan pengembangan
keterampilan dan pengetahuan
serta aplikasinya.

Menurut Sandra
Kerka (1995

yang paling konseptual dari


learning organization adalah
asumsi bahwa belajar itu penting,
berkelanjutan, dan lebih efektif
ketika dibagikan dan bahwa setiap
pengalaman adalah suatu
kesempatan untuk belajar.

Dimensi Learning Organization


Peter Senge (1999)
Mengemukakan bahwa di dalam
learning organization yang efektif
diperlukan 5 dimensi yang akan
memungkinkan organisasi untuk
belajar, berkembang, dan berinovasi
yakni : 1. Personal Mastery 2. Mental
Model 3. Shared Vision 4. Team
Learning 5. System Thinking
Organisasi

1. Personal Mastery
Kemampuan untuk secara terus
menerus dan sabar memperbaiki
wawasan agar objektif dalam melihat
realitas dengan pemusatan energi
pada hal-hal yang strategis.
Organisasi pembelajaran memerlukan
karyawan yang memiliki kompetensi yang
tinggi, agar bisa beradaptasi dengan
tuntutan perubahan, khususnya
perubahan teknologi dan perubahan
paradigma bisnis dari paradigma yang
berbasis kekuatan fisik ke paradigma

2. Mental Model
Suatu proses menilai diri sendiri untuk
memahami, asumsi, keyakinan, dan
prasangka atas rangsangan yang
muncul.
Mental model memungkinkan manusia
bekerja dengan lebih cepat. Namun, dalam
organisasi yang terus berubah, mental model
ini kadang-kadang tidak berfungsi dengan
baik dan menghambat adaptasi yang
dibutuhkan.
Dalam organisasi pembelajar, mental model
ini didiskusikan, dicermati, dan direvisi pada

3. Shared Vision

Komitmen untuk menggali visi bersama tentang


masa depan secara murni tanpa paksaan. Oleh
karena organisasi terdiri atas berbagai orang yang
berbeda latar belakang pendidikan, kesukuan,
pengalaman serta budayanya, maka akan sangat
sulit bagi organisasi untuk bekerja secara terpadu
kalau tidak memiliki visi yang sama. Selain
perbedaan latar belakang karyawan, organisasi juga
memiliki berbagai unit yang pekerjaannya berbeda
antara satu unit dengan unit lainnya. Untuk
menggerakkan organisasi pada tujuan yang sama
dengan aktivitas yang terfokus pada pencapaian
tujuan bersama diperlukan adanya visi yang dimiliki
oleh semua orang dan semua unit yang ada dalam
organisasi.

4. Team Learning

Kemampuan dan motivasi untuk belajar secara


adaptif, generatif, dan berkesinambungan.
Kini makin banyak organisasi berbasis tim, karena
rancangan organisasi dibuat dalam lintas fungsi yang
biasanya berbasis team. Kemampuan organisasi untuk
mensinergikan kegiatan tim ini ditentukan oleh adanya
visi bersama dan kemampuan berfikir sistemik seperti
yang telah diuraikan di atas. Namun tanpa adanya
kebiasaan berbagi wawasan sukses dan gagal yang
terjadi dalam suatu tim, maka pembelajaran organisasi
akan sangat lambat, dan bahkan berhenti. Pembelajaran
dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau
berbagi wawasan dan belajar bersama-sama. Berbagi
wawasan pengetahuan dalam tim menjadi sangat
penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam
menambah modal intelektualnya

5. System Thinking Organisasi


pada dasarnya terdiri atas unit yang harus bekerja sama
untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Unit-unit itu
antara lain ada yang disebut divisi, direktorat, bagian, atau
cabang. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan
oleh kemampuan organisasi untuk melakukan pekerjaan
secara sinergis.
Kemampuan untuk membangun hubungan yang sinergis ini
hanya akan dimiliki kalau semua anggota unit saling
memahami pekerjaan unit lain dan memahami juga dampak
dari kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya.
Kelima dimensi organisasi pembelajaran ini harus hadir
bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk
meningkatkan kualitas pengembangan SDM, karena
mempercepat proses pembelajaran organisasi dan
meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi pada
perubahan dan mengantisipasi perubahan pada masa
depan.

Tjakraatmaja
(2002)

Dihasilkan temuan bahwa untuk


membangun learning organization
dibutuhkan tiga pilar yang saling
mendukung, yaitu:
1. Pembelajaran Individual (individual
learning),
2. Jalur Transformasi Pengetahuan,
3. Pembelajaran Organisasional
(organizational learning).

Pedler, dkk (Dale,


2003
Suatu organisasi pembelajaran adalah organisasi
yang:
1. Mempunyai suasana dimana anggotaanggotanya secara individu terdorong untuk
belajar dan mengembangkan potensi penuh
mereka;
2. Memperluas budaya belajar ini sampai pada
pelanggan, pemasok dan stakeholder lain yang
signifikan;
3. Menjadikan strategi pengembangan sumber
daya manusia sebagai pusat kebijakan bisnis;
4. Berada dalam proses transformasi organisasi
secara terus menerus;

Lundberg (Dale, 2003)


Menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan bertujuan yang
diarahkan pada pemerolehan dan pengembangan ketrampilan dan
pengetahuan serta aplikasinya. Menurutnya, pembelajaran organisasi
adalah:
1. Tidaklah semata-mata jumlah pembelajaran masing-masing anggota;
2. Pembelajaran itu membangun pemahaman yang luas terhadap
keadaan internal maupun eksternal melalui kegiatan-kegiatan dan
sistem-sistem yang tidak tergantung pada anggota-anggota tertentu;
3. Pembelajaran tidak hanya tentang penataan kembali atau
perancangan kembali unsur-unsur organisasi;
4. Pembelajaran lebih merupakan suatu bentuk meta-pembelajaran
yang mensyaratkan pemikiran kembali pola-pola yang menyambung
dan mempertautkan potongan-potongan sebuah organisasi dan juga
mempertautkan pola-pola dengan lingkungan yang relevan;
5. Pembelajaran organisasi adalah suatu proses yang seolah-oleh
mengikat beberapa sub-proses, misalnya perhatian, penafsiran,
pencarian, pengungkapan dan penemuan, pilihan, pengaruh dan
penilaian.
6. Pembelajaran organisasi mencakup baik unsur kognitif,

Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran
(instructional objective) adalah
perilaku hasil belajar yang
diharapkan terjadi, dimiliki, atau
dikuasai oleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran
tertentu. Hal ini didasarkan
berbagai pendapat tentang
maknatujuan pembelajaran
atau tujuan instruksional.

Magner (1962)
Mendefinisikantujuan pembelajaran
sebagai tujuan perilaku yang hendak
dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh
peserta didik sesuai kompetensi.
Sedangkan Dejnozka dan Kavel (1981)
mendefinisikantujuan pembelajaran
adalah suatu pernyataan spefisik yang
dinyatakan dalam bentuk perilaku yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan
yangmenggambarkan hasil belajar
yang diharapkan.

Pengertian lain menyebutkan bahwa

Bahwa,tujuan pembelajaran adalah


pernyataan mengenai keterampilan atau
konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh
peserta didik pada akhir priode pembelajaran
(Slavin, 1994).Tujuan pembelajaran
merupakan arah yang hendak dituju dari
rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam
proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran
dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi
spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang
diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
tertentu.

Penyusunan tujuan pembel


Merupakan tahapan penting dalam rangkaian
ajaran

pengembangan desain pembelajaran. Dari tahap


inilah ditentukan apa dan bagaimana harus
melakukan tahap lainnya. Apa yang dirumuskan
dalamtujuan pembelajaran menjadi acuan
untuk menentukan jenis materi pembelajaran
, strategi pembelajaran,
metode pembelajaran, dan
media pembelajaran yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang
jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa
arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif.

Hasil Belajar

Pengertian hasil belajar yang


dikemukakan oleh W.S. Winkel (1996:
51) yaitu Semua perubahan di dalam
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
yang terjadi pada diri manusia.
Pengertian lain tentang hasil belajar
dikemukakan oleh Nana Sudjana
(2009:22) yaitu : hasil belajar adalah
kemampuan kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya.

Benyamin S. Bloom
berpendapat bahwa hasil
belajar dibagi menjadi tiga
bagian menurut hasil yang
dicapainya yaitu hasil belajar
yang bersifat kognitif, afektif
dan psikomotorik.
(Nana Sudjana, 2009: 22)

M. Dalyono (2005:
55-60)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar
dapat digolongkan menjadi
dua golongan yaitu: faktor
internal (faktor dari dalam diri
peserta didik) dan faktor
ekstern (faktor dari luar
peserta didik).

Faktor Internal

Faktor intern individu merupakan faktor yang paling penting dalam


pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam melakukan proses
belajar, semua kemampuan yang dimiliki individu dicurahkan untuk
mencerna materi yang akan dipelajari. Faktor yang berasal dari diri
siswa sendiri meliputi :
1) Kesehatan : Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar
pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang siswa
tidak sehat jasmani maka mengakibatkan tidak bergairah untuk
belajar. Demikian halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik
juga akan menurunkan gairah untuk belajar.
2) Intelegensi dan bakat : Seseorang siswa yang memiliki
intelegensi tinggi umumnya mudah belajar dan hasilnya pun
cenderung baik. Sebaliknya siswa yang memiliki intelegensi rendah
cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berfikir
sehingga prestasi belajarnyapun
rendah. Bakat juga besar pengaruhnya terhadap hasil belajar.
Seseorang yang memiliki bakat akan lebih mudah dan cepat pandai
dibandingkan yang tidak memiliki bakat.
3) Minat dan motifasi : Sebagaimana faktor intelegensi dan bakat,
minat dan motifasi adalah dua aspek psikis yang besar pengaruhnya

Dalam rangka Program Percepatan Belajar


(Accelerated Learning), Balitbang Depdiknas (1986)
Telah mengidentifikasi ciri-ciri keberbakatan peserta didik dilihat dari
aspek kecerdasan, kreativitas dan komitmen terhadap tugas, yaitu:
1. Lancar berbahasa (mampu mengutarakan pikirannya);
2. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan;
3. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berfikir logis dan kritis
4. Mampu belajar/bekerja secara mandiri;
5. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa);
6. Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya
7. Cermat atau teliti dalam mengamati;
8. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan
masalah;
9. Mempunyai minat luas;
10.Mempunyai daya imajinasi yang tinggi;
11.Belajar dengan dan cepat;
12.Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat;
13.Mampu berkonsentrasi;
14.Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar.

Anda mungkin juga menyukai