KONSTRUKSI
SEMEN
RAHMI KAROLINA,
ST, MT
SEJARAH SEMEN
Semen berasal dari kata caementum yang berarti bahan perekat yang mampu
mempersatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang
kokoh atau suatu produk yang mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara
dua atau lebih sehingga menjadi suatu bagian yang kompak atau dalam
pengertian yang luas adalah material plastis yang memberikan sifat rekat antara
batuan-batuan konstruksi.
Semen pada awalnya dikenal di mesir tahun 500 SM pada pembuatan piramida,
yaitu sebagai pengisi ruang kosong di antara celah-celah tumpukan batu.
Semen yang dibuat bangsa Mesir merupakan kalsinasi gypsum yang tidak murni,
sedang kalsinasi batu kapur mulai digunakan pada zaman Romawi.
Pada tahun 1756 Jhon Smeaton seorang sarjana Inggris berhasil melakukan
penyelidikan terhadap batu kapur dengan pengujian ketahanan air.
Pada tahun 1797, James Parker yang merupakan seorang penemu
berkebangsaan Inggris menemukan suatu pembaharuan dengan
membuat semen hydraulic dengan cara membakar batu kapur
dengan batuan silica.
Pada tahun 1811, James Frost mulai membuat semen yang pertama kali dengan
menggunakan 2 bagian kapur dan satu bagian tanah liat.
Hasilnya disebut Frosts cement. Pada tahun 1812 prosedur tersebut diperbaiki dengan
menggunakan campuran batu kapur yang mengandung tanah liat dan ditambahkan
tanah argillaceus (mengandung 9-40% silica).
Semen yang dihasilkan disebut British Cement.
Joseph Aspadin yang merupakan orang Inggris pada tahun 1824 mencoba membuat
semen dari kalsinasi campuran batu kapur dengan tanah liat yang telah dihaluskan,
digiling, dan dibakar menjadi lelehan dalam tungku, sehingga terjadi penguraian batu
kapur (CaCO3) menjadi batu tohor (CaO) dan karbon dioksida (CO2).
Batuan kapur tohor (CaO) bereaksi dengan senyawa-senyawa lain membentuk klinker
kemudian digiling smapai menjadi tepung yang kemudian dikenal dengan Portland,
karena bentuk dari semen yang telah mengeras mirip dengan Portland Stone
yangmerupakan bahan bangunan pada waktu itu.
Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M),
John Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat
luar biasa ini.
Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat
membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.
KOMPOSISI SEMEN
Bahan Dasar Semen
Untuk membuat semen ada beberapa bahan-bahan
yang sangat penting antara lain
1.Batu kapur
Batu kapur merupakan komponen yang banyak
mengandung CaCO3 dengan sedikit tanah liat,
Magnesium Karbonat, Alumina Silikat dan senyawa
oksida lainnya.
Senyawa besi dan organik menyebabkan batu kapur
berwarna abu-abu hingga kuning
2. Tanah Liat
Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa
Alumina Silikat Hydrat.
Klasifikasi Senyawa alumina silikat berdasarkan kelompok
mineral yang dikandungnya :
Kelompok Montmorilonite
Meliputi : Monmorilosite, beidelite, saponite, dan nitronite
Kelompok Kaolin
Meliputi : kaolinite, dicnite, nacrite, dan halaysite
Kelompok tanah liat beralkali
Meliputi : tanah liat mika (ilite)
Sifat semen
a. Sifat fisika semen
1. Kehalusan Butir
Pada umumnya semen memiliki kehalusan sedemikian rupa sehingga kurang lebih
80% dari butirannya dapat menembus ayakan 44 mikron. Makin halus butiran
semen, makin cepat pula persenyawaannya. Makin halus butiran semen, maka
luas permukaan butir untuk suatu jumlah berat semen akan menjadi lebih besar.
2. Waktu Pengerasan Semen
Waktu dari pencampuran semen dan air sampai saat kehilangan sifat keplastisannya
(adonan sudah mulai unworkable) disebut waktu ikatan awal. Dan waktu sampai
mencapai mencapai pastanya menjadi massa yang keras (kekakuan penuh) disebut
waktu ikatan akhir. Pada semen Portland biasa waktu ikatan awal tidak boleh kurang
dari 60 menit dan waktu ikatan akhir tidak boleh lebih dari 480 menit (8 jam).
3. Panas Hydrasi
Panas hydrasi dapat didefenisikan sebagai kuantitas panas dalam kalori/gram pada
semen yang terhydrasi.
Waktu berlangsungnya dihitung sampai proses hydrasi berlangsung secara sempurna
pada temperatur tertentu.
Panas hydrasi untuk semen tidak lebih dari 60 kal/gram sampai pada tujuh hari
pertama, dan 70 kal/gram sampai pada 28 hari.
4. Kepadatan
Berat jenis dari bubuk semen pada umumnya berkisar antara 3,10 sampai 3,30.
biasanya rata-rata berat jenis ditentukan 3,15.
Berat jenis semen penting untuk diketahui, karena semen portland yang tidak
sempurna pembakarannya dan atau dicampur dengan bubuk batuan lainnya, berat
jenisnya akan terlihat lebih rendah daripada angka tersebut.
5. Kekuatan Semen
Kekuatan mekanis dari semen yag mengeras merupakan sifat yang perlu di ketahui di
dalam pemakaian.
Kekuatan semen ini merupakan gambaran mengenai daya rekatnya sebagai bahan
perekat (pengikat).
Pada umumnya, pengukuran kekuatan daya rekat ini dilakukan dengan menentukan
kuat lentur, kuat tarik, atau kuat tekan (desak) dari campuran semen dengan pasir.
6. Kelembaban
Kelembaban timbul karena semen menyerap uap air dan CO2 dalam jumlah yang
cukup banyak sehingga terjadi penggumpalan. Semen yang menggumpal kualitasnya
akan menurun karena bertambahnya loss in ignition(LOI) dan menurunnya spesifik
gravity sehingga kekuatan semen menurun, dan terjadinya false set.
b. Sifat Kimia
1.Hydrasi Semen
Hydrasi semen adalah reaksi antara komponen-komponen semen dengan air.
Secara garis besar, ada 4 senyawa kimia utama yang menyusun semen portland,
yaitu:
Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C3S.
Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C2S.
Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) yang disingkat menjadi C3A.
Tetrakalsium Aluminoferrit (4CaO.Al2O3.Fe2O3) yang disingkat menjadi C4AF.
2. Kesegaran Semen
Pengujian kehilangan berat akibat pembakaran (loss of ignitation) dilakukan pada
semen dengan suhu 900-1000oC. Kehilangan berat ini terjadi karena kelembaban
yang menyebabkan prehydrasi dan karbonisasi dalam bentuk kapur bebas atau
magnesium yang menguap. Kehilangan berat dari semen ini merupakan ukuran dari
kesegaran semen. Dalam keadaan normal akan terjadi kehilangan berat sekitar 2%
(batas maksimum sekitar 4%).
Penyimpanan semen
Agar semen tetap memenuhi syarat meskipun disimpan dalam waktu lama, cara
penyimpanan semen perlu diperhatikan.
Semen harus terbebas dari bahan kotoran dari luar.
Semen dalam kantong harus disimpan dalam gudang tertutup, terhindar dari
basah dan lembab, dan tidak tercampurr dengan bahan lain.
Semen dari jenis yang berbeda harus dikelompokkan sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan tertukarnya jenis semen yang satu dengan yang lainnya.
Urutan penyimpanan harus diatur sehingga semen yang lebih dulu masuk gudang
dipakai lebuh dahulu.
Semen curah harus disimpan dalam silo yang terbuat dari baja atau beton dan
harus terhindar dari kemungkinan tercampur dengan bahan lainnya.
Untuk menghindari pecahan kantong semen, tinggi maksimum timbunan zak
semen adalh 2 meter atau sekitar 10 zak.
Jarak bebas antara berat dingding dan semen sekitar 50 cm, sedangkan jarak
bebas antara lantai dengan semen sekitar 30 cm.
Penyimpanan semen
Dampak sosial
Dengan adanya pabrik semen akan mengakibatkan banyakanya
pendatang baru pada lokasi pabrik.
Ini mengindikasi adanya pengaruh pengghasilan bagi sebagian
massyarakat yang semakin tinggi.
Kemungkinan hal ini membuat perkembangan infrastuktur di daerah
tersebut, seerti jalan raya dan bangunan- bangunan baru untuk
mempermudah mengakses lokasi tersebut.
Akan tetapi bagi sebagian massyarakat , seperti petani akan
semakin merugi akibat lahan yang tidak subur dan kurangnya air
dan udara yang kotor.
Bukan hanya sebatas penghasilan kaum petani, bahkan masalah
penyakit banyak terjadi akibat pabrik semen.
Daftar pustaka