Anda di halaman 1dari 33

CASE REPORT

SEORANG WANITA USIA 32 TAHUN


DENGAN ASMA

Dzaky Haidar Afif


J510155058

Dokter Pembimbing :
dr. Riana Sari, Sp.P

A. IDENTITAS PENDERITA

Pasien Nama
: Ny. Mardiyatin
Umur
: 32 tahun
Jenis kelamin
: Wanita
Alamat
: Surakarta
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Tanggal pemeriksaan : 08 April 2016

B. ANAMNESA
1. Keluhan Utama
Sesak nafas yang memberat selama 5 hari
2. Riwayat Penyakit Sekarang
10 Tahun SMRS: Pasien mengeluh sesak nafas saat melakukan
aktivitas yang berat, stress, dan terpajan debu. Mengi (+). Keluhan
memberat saat malam hari. Tidak dikeluhkan batuk lama dan nyeri
dada. Pasien mengatakan didiagnosis asma oleh dokter. Tidak ada
keluhan alergi.
1 Bulan SMRS: Pasien mengeluhkan sesak yang kambuh-kambuhan.
Mengi (-). Diberikan obat salbutamol tablet oleh dokter puskesmas.
Pasien merasa membaik setelah minum obat.
1 Minggu SMRS: Pasien mengeluhkan kembali sesak. Tidak ada batuk
dan nyeri dada. Pasien tidak berobat.
HMRS : Pasien datang ke BBKPM Surakarta karena merasa sesak nafas
yang memberat, terutama malam hari. Mengi (+). Dikeluhkan batuk,
tidak berdahak. Demam (-). Nyeri dada (-). Jika sedang kambuh pasien
mengaku berkeringat dan kesulitan bernafas.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat pengobatan dengan OAT : Disangkal


Riwayat kontak dengan penderita TB : Disangkal
Riwayat Komorbid lain : HT (-), DM (-), Peny.Ginjal
(-).Peny.Jantung (-).TB (-).liver (-), keganasan (-).
Riwayat Asma : Diakui
Riwayat Alergi obat dan makanan : Diakui (Ketorolac)
Riwayat operasi : Disangkal

4. Riwayat Pribadi

Riwayat perokok aktif maupun pasif : Disangkal


Riwayat Minum minuman beralkohol
: Disangkal
Riwayat pengobatan rutin (OAT) : Disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat sakit serupa: Diakui (Ibu pasien)


Riwayat asma dalam keluarga : Diakui (Ibu pasien)
Riwayat alergi dalam keluarga : Diakui
Riwayat Komorbid : HT (-), DM (-), Peny.Ginjal (-),
Peny.Jantung (-), TB (-) liver (-), keganasan (-).

7. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Adanya penderita batuk lama maupun sesak :


Disangkal

8.

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Kesan


Sosial - Ekonomi menengah.

C. PEMERIKSAAN
1. Keadaan umum
KU
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis (GCS 15 : E4 V5 M6)

BB

: 64 kg

2. Vital sign
Tekanan darah
: 128/75 mmHg
Nadi
: 104 kali per menit
Pernafasan
: 28 kali per menit
Suhu
: 37,2 oC

Pemeriksaan fisik
Kepala :

Kulit : petekie (-), ikterik (-), kering (-)

Kepala : ukuran normocephal, rambut warna hitam kecoklatan.

Mata : ca (-/-), si (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor (+)

Hidung: sekret (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)

Mulut : berdarah (-), sianosis (-), lidah tifoid (-)

Leher
: Retraksi dada (-), deviasi trakea (-), pembesaran
kelenjar limfe (-). peningkatan JVP (-)
Thorax :

Paru

Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-/-), retraksi inter


costae (-).

Palpasi
Fremitus
- ketinggalan gerak

Perkusi

Auskultasi :
suara dasar vesikuler

Suara tambahan : Wheezing (+/+) saat akhir Ekspirasi


Ronkhi (-/-)

Jantung

Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak


Palpasi : Iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, Bising jantung
(-).

Abdomen

Inspeksi : simetris, lebih rendah dari dinding dada,


distended (-), sikatrik (-), striae (-), caput medusa (-)
Auskultasi : peristaltik (N)
Perkusi : Tympani, pekak beralih (-)
Palpasi
: Nyeri tekan (-), Hepar & Lien tidak
membesar, tidak teraba massa.

Ekstremitas
Superior

Inferior

Akral hangat (+), Oedema (-),


Sianosis (-), clubbing finger (-),

Akral hangat (+), Oedema (-),


Sianosis (-), clubbing finger (-),

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Radiologi
Kesan:
Cor normal
Paru corakan vaskuler dalam
batas normal, infiltrat (-) di kedua
lapang paru, diafragma dan sinus
normal
Kesimpulan: Normal

E. RESUME
Anamnesis:
Keluhan Utama
Sesak nafas yang memberat selama 5 hari
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sesak nafas yang kambuh-kambuhan saat
melakukan aktivitas berat, stress, dan terpajan debu. Keluhan
dirasakan memberat saat malam hari.
Tidak ada batuk dan nyeri dada.
Pemeriksaan Fisik:
Suara dasar vesikuler
Rhonki (-/-) dan wheezing (+/+) saat akhir ekspirasi
Nyeri tekan abdomen regio epigastrium (-)
Ekstremitas tidak ada edema, akral hangat.
Pemeriksaan Laboratorium:
Radiologi : Normal

F. ASSESMENT / DIAGNOSIS KERJA

Asma

G. PLANING

PLANING DIAGNOSIS
Spirometri dengan BD test.
Px Darah Lengkap
Skin test kemungkinan alergen
PLANING MONITORING
Klinis dan Vital Sign

PLANING TERAPI
Inhalasi agonis beta-2 kerja singkat (Salbutamol,
Terbutalin, Fenoterol)
Glukokortikosteroid inhalasi (Budesonide,
Kromolin, Flutikason propionat)
PLANING EDUKASI
Menjelaskan tentang asma dan kemungkinan
penyebabnya
Edukasi pasien agar minum menghindari
pencetus asmanya
Meminum obat asma secara rutin

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran
napas yang terdapat di seluruh dunia dengan
kekerapan bervariasi yang berhubungan dengan
dengan peningkatan kepekaan saluran napas
sehingga memicu episode mengi berulang
(wheezing), sesak napas (breathlessness), dada rasa
tertekan (chest tightness), dispnea, dan batuk
(cough) terutama pada malam atau dini hari. (PDPI,
2006; GINA, 2009).

EPIDEMIOLOGI

Asma merupakan penyakit kronik yang paling umum


di dunia, dimana terdapat 300 juta penduduk dunia
yang menderita penyakit ini. Asma dapat terjadi
pada anak-anak maupun dewasa, dengan prevalensi
yang lebih besar terjadi pada anak-anak (GINA,
2003).
Dari hasil penelitian Riskesdas, prevalensi penderita
asma di Indonesia adalah sekitar 4%. Menurut
Sastrawan, dkk (2008), angka ini konsisten dan
prevalensi asma bronkial sebesar 515%.

PATOFISIOLOGI

AIRWAY REMODELING
Perubahan struktur yang terjadi :
Hipertrofi dan hiperplasia otot polos jalan napas
Hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus
Penebalan membran reticular basal
Pembuluh darah meningkat
Matriks ekstraselular fungsinya meningkat
Perubahan struktur parenkim
Peningkatan fibrogenic growth factor menjadikan
fibrosis
Menyebabkan serangan asma lebih sering dan memberat
pada serangan kronis, sehingga dibutuhkan
pencegahan dan pengobatan yang lebih baik

FAKTOR RISIKO

Faktor Pejamu :
Prediposisi genetic
Atopi
Hiperesponsif jalan napas
Jenis kelamin
Ras/ etnik

Faktor Lingkungan
Mempengaruhi berkembangnya asma pada individu dengan
predisposisi asma :

Alergen di dalam ruangan (Mite domestic, Alergen binatang,


Alergen kecoa, Jamur )

Alergen di luar ruangan (Tepung sari bunga, Jamur)

Bahan di lingkungan kerja (Asap rokok, Perokok aktif, Perokok


pasif, Polusi udara, Polusi udara di luar ruangan, Polusi udara di
dalam ruangan)

Infeksi pernapasan

Status sosioekonomi, Besar keluarga, Diet dan obat, Obesiti


Faktor Lingkungan
Mencetuskan eksaserbasi dan atau`menyebabkan gejala-gejala
asma menetap

Alergen dan Polusi di dalam dan di luar ruangan

Infeksi pernapasan

Exercise dan hiperventilasi

Perubahan cuaca

Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan),

DIAGNOSIS
Riwayat penyakit / gejala :
Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa
pengobatan
Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
Respons terhadap pemberian bronkodilator
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :
Riwayat keluarga (atopi)
Riwayat alergi / atopi
Penyakit lain yang memberatkan
Perkembangan penyakit dan pengobatan
Pemeriksaan Fisik

Manfaat pemeriksaan spirometri dalam


diagnosis asma :
Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/
KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai prediksi.
Reversibiliti, yaitu perbaikan VEP1 15% secara
spontan, atau setelah inhalasi bronkodilator (uji
bronkodilator), atau setelah pemberian bronkodilator
oral 10-14 hari, atau setelah pemberian
kortikosteroid (inhalasi/ oral) 2 minggu. Reversibiliti
ini dapat membantu diagnosis asma
Menilai derajat berat asma

TATALAKSANA
1, Pengontrol (Controllers)
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol
asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan
keadaan asma terkontrol pada asma persisten. Pengontrol sering
disebut pencegah, yang termasuk obat pengontrol :

Kortikosteroid inhalasi, Kortikosteroid sistemik


Sodium kromoglikat
Nedokromil sodium
Metilsantin
Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
Agonis beta-2 kerja lama, oral
Leukotrien modifiers
Antihistamin generasi ke dua (antagonis -H1), lain-lain

Pelega (Reliever)
Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos,
memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan
dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada dan batuk,
tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan
hiperesponsif jalan napas. Termasuk pelega adalah :
Agonis beta2 kerja singkat
Kortikosteroid sistemik. (Steroid sistemik digunakan sebagai obat
pelega bila penggunaan bronkodilator yang lain sudah optimal
tetapi hasil belum tercapai, penggunaannya dikombinasikan
dengan bronkodilator lain).
Antikolinergik
Aminofillin
Adrenalin

DAFTAR PUSTAKA

Barnes PJ, Chung KF, Page CP. Inflammatory Mediators of Asthma. Pharmalocogical Reviews
1999; 50 (4): 515-96.
Bousquet J, Jeffery PK, Busse WW, Johnson M, Vignola AM. Asthma from Bronchoconstriction
to Airways Inflammation and Remodeling. Am J Respir Crit Care Med 2000; 161: 172045.
Busse W, Elias J, Sheppard D, Banks-Schlegel S. Airway Remodeling and Repair. Am J Respir
Crit Care Med 1999; 160:1035-42.
Djojodibroto, D. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC; 2009.
Global Initiative for Asthma (GINA). National Heart Lung and Blood Institute, update 2013.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). National Heart Lung and
Blood Institute, update 2011.
Lazarus SC. Airway Remodeling in Asthma. American Academi of Allergy, Asthma and
Immunology 56th Annual Meeting, 2000.
PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia). ASMA. Pedoman Praktis Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. Revisi 2013.
PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia). PPOK (Penyakit Paru obstruksi Kronik). Pedoman
Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Revisi 2013.
Susanti F, Yunus F, Giriputro S, Mangunnegoro H, Jusuf A, Bachtiar A. Efikasi steroid
nebulisasi dibandingkan steroid intravena pada penatalaksanaan asma akut berat. Maj
Kedokt Indon 2002; 52: 24754.
Yunus F, Anwar J, Fachrurodji H, Wiyono WH, Jusuf A. Pengaruh Senam Asma Indonesia
terhadap penderita asma. J Respir Indo 2001; 22:118-25.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai