Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

JANUARI 2016

INFEKSI SALURAN KEMIH

Oleh :

Dwi Putri Arwini


111 2015 0095
Supervisor Pembimbing :
Dr. dr. H. Hasyim Kasim, SpPD, K-GH
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSIAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016

IDENTITAS PASIEN

Nama Penderita

: Ny. Rosmiaty

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tgl lahir/umur

: 14-08-1959 / 56 tahun

Alamat

No. Rekam Medis

: 12-02-82

Tanggal Masuk

: 07/12/ 2015

Dokter yang memeriksa

Dokter muda

: komp. Angkasa pura

: dr. Stephanie Susantyo

: Dwi Putri Arwini

ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA

ANAMNESIS TERPIMPIN

: nyeri perut bagian bawah

Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah dialami sejak 2 hari


sebelum masuk rumah sakit. Nyeri terus menerus terutama saat
berkemih terasa perih dan panas. Nyeri tidak tembus kebelakang.
Pasien juga mengeluh lebih sering berkemih, urin berwarna kuning
kecoklatan,

urin

bercampur

pasir

(-),

keputihan

(+).

Demam

dirasakan 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Sakit kepala (-), batuk
(-), sesak napas (-), nyeri dada (-). Mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati
(+). Buang air besar biasa.

Riwayat menderita penyakit yang sama sebelumnya disangkal,


riwayat keluarga menderita penyakit yang sama tidak ada.
Riwayat sering menahan buang air kecil ada, riwayat hipertensi
tidak ada, riwayat diabetes mellitus tidak diketahui. Riwayat
menderita batu ginjal tidak ada.

PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan umum
Sakit sedang/kesan gizi cukup/compos mentis

Tanda tanda vital


Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x /menit, reguler, kuat angkat.
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 37oc (axilla)

Kepala

: Normocephal, rambut hitam lurus sukar

dicabut, mata anemis (-/-), ikterus (-/-), hidung deviasi (-),


sekret (-), bibir kering (+), sariawan (-), gigi berdarah (-).

Leher

Tonsil

(T1/T1),

faring

hiperemis

(-),

pembesaran tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening


(-).

Thorax

Inspeksi

: Simetris (ka=ki), mengikuti gerak napas, jejas

kemerahan (-)
Palpasi: Nyeri tekan (-), massa tumor (-), krepitasi (-), vocal
fremitus(ka=ki)
Perkusi

:Sonor, batas paru hepar ICS V dexter.

Auskultasi: Bunyi pernapasan : Vesikuler, bunyi tambahan =


Rhonki (- / -), wheezing (- / -).

Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Pekak, batas jantung kesan normal (batas

jantung kanan di linea parasternalis dextra, batas


jantung kiri di linea midclavicularis sinistra ICS V, batas
jantung atas ICS II)
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, bunyi tambahan (-)

Abdomen
:
Inspeksi = Datar ikut gerak napas
Palpasi = Nyeri tekan (+) regio suprapubik, massa tumor (-), hepar
teraba (-), lien teraba (-)
Perkusi = Timpani (+)
Auskultasi = Peristaltik (+) kesan normal

Punggung
Palpasi
: NT (-), MT (-)
Nyeri ketok : (-)
Auskultasi : BP : Vesikuler, Rh -/- , Wh -/-

Ekstremitas
Edema
: -/Eritem Palmaris : (-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
(21/11/2015)
Jenis Pemerikaan

Hasil

Nilai Rujukan

WBC

17.0x103/Ul

4-10 x 103/uL

RBC

4.58x106/Ul

4.2-5.4 x 106/Ul

HGB

12.1 g/Dl

12-16 g/dL

DARAH

HCT

36.4 %

RUTIN

PLT

455x103/Ul

150 - 400 x 103/uL

Neutrofil

74.8 %

50 70 %

Limfosit

11.7%

20 40 %

Monosit

12.8 %

2 8%

Eosinofil

0.4 %

04%

Basofil

0.3 %

01%

34-45 %

URIN LENGKAP
urinalisa
makroskopis

Hasil

Nilai rujukan

Warna

Amber

kuning

Kejernihan

Keruh

Jernih

Berat jenis

1.020

1.000 1.030

pH

5.0

4.5 8.0

Leukosit esterase

1+

Negatif

Nitrit

Negatif

Negatif

Protein

2+

Negatif

glukosa

normal

Normal

URIN LENGKAP
SEDIMEN URIN

HASIL

NILAI
NNORMAL

Eritrosit

5 -7 /lpb

0-2/lpb

Leukosit

8-10/lpb

0-1/lpb

Silinder

Negatif

Negatif

Sel epitel

2-4/lpb

0-2

Kristal

Negatif

Negatif

bakteri

positif

negatif

ELEKTROLIT

Hasil

Nilai

Satuan

Natrium

135

Rujukan
135-148

mmol/L

Kalium

4.2

3.5-4.5

mmol/L

Klorida

102

98-107

mmol/L

HASIL

NILAI

SATUAN

DARAH
SGOT

22

RUJUKAN
<27

U/L

SGPT

27

<34

U/L

GDS

126

<140

mg/dl

Ureum

42

16-48

mg/dl

Kreatinin

0.73

0.51-0.95

mg/dl

KIMIA

DIAGNOSIS
Infeksi Saluran Kemih
PLANNING
IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxone 2gr/24jam/IV
Asam mefenamat 3X500mg
ANJURAN
USG abdomen

FOLLOW UP
TANGGAL
08/12/2015
TD :130/80
N : 80x/i
P :20x/i
S : 36,8

PERJALANAN PENYAKIT
S: nyeri perut (+), mual (+)
O: sakit sedang/ gizi cukup/ compos
mentis
Kepala:
anemis (-)
ikterus (-)
sianosis (-)
Thorax:
BP: vesikuler
BT: Rhonki -/Wheezing -/ Abdomen:
Nyeri Tekan (+) regio epigastrium
dan suprapubik
Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba
Extremitas : Edema Pretibial (-)
A: Infeksi saluran kemih

INSTRUKSI DOKTER
Pemberian makanan lunak, diet
TKTP
- IVFD RL 1500 cc
- Ceftriaxon 2 gr/24 jam/iv
- Asam mefenamat 500 mg/8
jam/oral (kalau nyeri)
- Domperidon 10 mg/8 jam/oral
Rencana: USG abdomen

TANGGAL
09/12/2016
TD: 130/90
N :80x/i
P : 20x/i
S :36,8

PERJALANAN PENYAKIT

S: nyeri perut berkurang, mual


berkurang
O: sakit sedang/ gizi cukup/ compos
mentis
Kepala:
anemis (-)
ikterus (-)
sianosis (-)
Thorax:
BP: vesikuler
BT: Rhonki -/Wheezing -/Abdomen:
Nyeri Tekan (+) regio suprapubik
Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba
Extremitas : Edema Pretibial (-)
USG abdomen : Normal
A: Infeksi Saluran Kemih

INSTRUKSI DOKTER

Pemberian makanan
lunak, diet TKTP
- IVFD NaCl 0.9% 28tpm
- Ceftriaxon 2 gr/24
jam/iv
- Asam mefenamat 500
mg/8 jam/oral (kalau
nyeri)
- Domperidon 10 mg/8
jam/oral

TANGGAL
10/12/2015
TD :120/80
N : 80x/i
P : 20x/i
S : 36,7

PERJALANAN PENYAKIT

S: nyeri perut berkurang, mual


berkurang
O: sakit sedang/ gizi cukup/
compos mentis
Kepala:
anemis (-)
ikterus (-)
sianosis (-)
Thorax:
BP: vesikuler
BT: Rhonki -/Wheezing -/Abdomen:
Nyeri Tekan (-) regio suprapubik
Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba
Extremitas : Edema Pretibial (-)
USG abdomen : Normal
A: Infeksi Saluran Kemih

INSTRUKSI DOKTER
Pemberian makanan lunak, diet
TKTP
- Aff Infus
-Ceftriaxon STOP
-Ciprofloxacin
500mg/12jam/oral
- Asam mefenamat 500 mg/8
jam/oral (kalau nyeri)
-Domperidon 10 mg/8 jam/oral
-Pasien boleh rawat jalan

RESUME

Seorang

wanita

umur

56

tahun

masuk

rumah

sakit

dengankeluhan nyeri perut bagian bawah dialami sejak 2 hari


sebelum masuk rumah sakit. Nyeri terasa terus menerus
terutama saat berkemih terasa perih dan panas. Nyeri tidak tembus
kebelakang. Pasien juga mengeluh lebih sering berkemih, urin
berwarna kuning kecoklatan, urin bercampur pasir tidak ada,
keputihan ada. Demam dirasakan 2 hari sebelum masuk rumah
sakit. Sakit kepala tidak ada, batuk tidak ada, sesak napas tidak
ada, nyeri dada tidak ada. Mualada, muntah tidak ada, nyeri ulu
hati tidak ada. Buang air besar biasa, kuning.

Riwayat menderita penyakit yang sama sebelumnya


disangkal, riwayat keluarga menderita penyakit yang sama tidak
ada. Riwayat sering menahan buang air kecil ada, riwayat
hipertensi tidak ada, riwayat diabetes mellitus tidak diketahui.

Cont.

Pada pemeriksaan fisis didapatkan tanda vital yakni


tekanan darah120/80 mmHg, nadi 80 kali per menit, pernapasan
20 kali per menit, suhu axilla 370 C. Pada pemeriksaan palpasi
abdomen

didapatkan

nyeri

pemeriksaan penunjang,

tekan

regio

suprapubik.

Pada

didapatkan leukosituria, hematuria,

proteinuria, dan bakteriuria.

Pasien telah mendapat terapi yaitu IVFD NaCl 0.9 %,


Ceftriaxon,

domperidon,

dan

Asam

mefenamat.

Setelah

mendapat perawatan selama 4 hari, pasien dibolehkan pulang


dengan keadaan umum baik, dan dianjurkan untuk tetap rutin
rawat jalan di poli interna.

PEMBAHASAN
INFEKSI SALURAN KEMIH
DEFINISI

Infeksi saluran kemih: suatu infeksi yang melibatkan


ginjal, ureter, buli-buli, ataupun uretra. ISK adalah istilah
umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme
(MO) dalam urin.
Beberapa istilah yang sering digunakan
mengenai ISK:
ISK uncomplicated (sederhana)
ISK complicated (rumit)
First infection
Infeksi berulang
Asymtomatic significant bacteriuria (ASB)

dalam

klinis

Klasifikasi
Klasifikasi ISK berdasarkan:
1. Anatomi
ISK bawah:
- Perempuan: sistitis, SUA
- Laki-laki: sistitis, prostatitis, epididymitis, dan uretritis.
ISK atas : pielonefritis akut (PNA), pielonefritis kronik (PNK)
2. Klinis
ISK Sederhana/ tak berkomplikasi
ISK berkomplikasi

EPIDEMIOLOGI
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria,
dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran
kemih termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari
65 tahun perempuan cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki.

ETIOLOGI
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk
bakteri yang biasanya menghuni usus kemudian naik ke sistem
saluran kemih. Paling sering ditemukan: Escherichia coli

PATOGENESIS

MO memasuki saluran kemih melalui 4 cara:


1. Asending
2. Hematogen
3. Limfogen
4. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah
terinfeksi atau eksogen sebagai akibat dari
pemakaian instrumen.

4 tahap infeksi ascending:


1. Kolonisasi mikroorganisme
pada uretra
2. Masuknya mikroorganisme
ke dalam buli buli
3. Multiplikasi dan penempelan
mikroorganisme dalam
kandung kemih
4. Naiknya mikroorganisme dari
kandung kemih ke ginjal.

ISK terjadi karena adanya gangguan


keseimbangan antara:
Faktor host -> wash out urin
Faktor agent (mikroorganisme)

Diagnosis
1. Gambaran klinis
ISK bawah: nyeri supra pubik, disuria, hematuri, dan urgensi.
ISK atas: demam, kram, nyeri punggung, muntah.
2. Pem. Penunjang
Laboratorium
Urinalisis: eritrosit, leukosit
Bakteriologis
Tes Plat celup (Dip - slide)
Radiologi
USG
BNO IVP
CT scan

Penatalaksanaan

Prinsip umum:
Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan
antibiotik yang sesuai.
Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor
prediposisi.
Tujuan penatalaksanaaan:
mencegah dan menghilangkan gejala,
mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria,
mencegah dan mengurangi risiko kerusakan ginjal yang
mungkin timbul dengan pemberian obat obatan yang
sensitif, murah, aman dengan efek samping yang
minimal.

ISK bawah

Intake cairan yang banyak


Antibiotik tunggal yang adekuat
Terapi simptomatis

Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48


jam dengan antibiotika tunggal, seperti ampisilin 3 gram,
trimetropim 200 mg.
Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuria)
diperlukan terapi konvensional selama 5 10 hari.
Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak
diperlukan bila semua gejala hilang dan tanpa leukosuria.

Tabel 1. Antimikroba pada ISK bawah tak berkomplikasi


Antimikroba
Trimetoprim-Sulfametoksazol

Dosis

Interval

2 x 160/800 mg

3 hari

Trimetroprim

2 x 100 mg

3 hari

Siprofloksasin

2 x 100 250 mg

3 hari

Levofloksasin

2 x 250 mg

3 hari

Sefiksim

2 x 250 mg

3 hari

Sefpodoksim proksetil

1 x 400 mg

3 hari

Nitrofurantoin makrokristal

2 x 100 mg

3 hari

Nitrofurantoin monohidrat

4 x 50 mg

7 hari

Nitrofurantoin
makrokristal

2 x 100 mg

7 hari

2 x 500 mg

7 hari

Amoksisilin/ klavulanat

monohidrat

ISK atas
The infection Disease Society of America
menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi
antibiotika intravena sebagai terapi awal selama
48-72 jam sebelum diketahui mikroorganisme
penyebabnya :
Flurokuinolon
Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
Sefalosporin berspektrum luas dengan atau tanpa
aminoglikosida

Tabel 2. Antimikroba pada ISK atas berkomplikasi


Antimikroba
Sefepim

Dosis
1 gram

Interval
12 jam

Siprofloksasin

400 mg

12 jam

Levofloksasin

500 mg

24 jam

Ofloksasin

400 mg

12 jam

3-5 mg/kgBB

24 jam

1 mg/ kg BB

8 jam

Ampisilin (+gentamisin)

1-2 gram

6 jam

Tikarsilin klavulanat

3, 2 gram

8 jam

Piperasilin tazobaktam

3, 375 gram

28 jam

Imipenem silastarin

250-500mg

6 -8 jam

Gentamisin (+ ampisilin)

Bila pada pasien reinfeksi berulang:


Disertai faktor predisposisi, terapi antimikroba yang intensif
diikuti dengan koreksi faktor resiko.
Tanpa faktor predisposisi, terapi yang dapat dilakukan
adalah asupan cairan yang bayak, cuci setelah melakukan
senggama diikuti dengan terapi antimikroba dosis tunggal
(misal trimetroprim 200 mg)
Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.
Pasien sindroma uretra akut (SUA) dengan hitungan kuman
103 105 memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi
klamidia memberikan hasil yang baik dengan tetrasiklin.
Infeksi yang disebabkan miikroorganisme anaerobik
diperlukan antimikroba yang serasi (golongan kuinolon.)

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi
saluran kemih antara lain batu saluran kemih,
obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman
yang multisistem, gangguan fungsi ginjal.

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.

3.
4.
5.

6.
7.
8.
9.

Sukandar E. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. In : Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam jilid I. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI 2006
Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. In Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam jilid II. Edisi 3. Jakarta. Fakultas kedokteran Universitas Indonesi a ;
2001
Liza. Buku Saku Ilmu Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta : FKUI 2006
Rani HAA, Soegondo S, Nasir AU et al. Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 2004. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI;2004.
Rani HAA, Soegondo S, Nasir AU et al. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Edisi 2004. Jakarta
Pusat Penerbitan IPD FKUI;2006.
Corwin EJ. Infeksi saluran kemih. In buku saku patofisiologi edisi 3. Jakarta :
penerbit buku kedokteran
Pattman R, Snow M, Handy P et al. Oxford Handbook of Genitourinary
Medicine, HIV, and AIDS. 1st Edition. Newcastle : Oxford University Press;2005.
Gardjito W, Puruhito, Iwan A et all. Saluran Kemih dan Alat Kelamin Lelaki.
Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit EGC;2005
Purnomo BB. Dasar Dasar Urologi. Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto 2003

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai