Anda di halaman 1dari 11

MODUL 5

SKENARIO 5 : TAKUT DIOPERASI


Tuan Bingo, 70 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan hampir dua
hari tidak
bisa kencing. Sebelumnya ia sudah mengeluh sering kencing di malam hari
dan setelah itu
ada rasa tidak puas. Tuan Bingo tampak gelisah dan pada pemeriksaan
abdomen tampak
pembengkakan di daerah supra simfisis yang teraba lunak. Pada rectal
toucher didapatkan
anus tenang, pool atas prostat teraba, sedangkan prostat teraba kenyal
dan rata.
Dokter menerangkan penyakit ini kepada anaknya dan Tn. Bingo sendiri
serta
meminta persetujuan untuk pemasangan kateter. Setelah kateter
terpasang keluar urine
satu liter. Tn Bingo dirujuk ke rumah sakit untuk dievaluasi lebih lanjut.
Di rumah sakit Tn. Bingo dirawat di Bagian Bedah. Dari pemeriksaan lebih
lanjut
didapatkan PSA negatif, dan USG menunjukkan hipertrofi prostat. Dokter
bahwa kelenjar
prostat Tn. Bingo telah membesar sehingga ia tidak bisa kencing. Untuk
itu, ia harus

BPH

Prevalensi
Pasien BPH bergejala yang berjumlah sekitar
80.000 pada tahun 1991, diperkirakan akan
meningkat menjadi satu setengah kalinya
pada tahun 2031.
Prevalensi BPH yang bergejala pada pria
berusia 40-49 tahun mencapai hampir 15%.
Angka ini me-ningkat dengan bertambahnya
usia, sehingga pada usia 50-59 tahun
prevalensinya mencapai hampir 25%, dan
pada usia 60 yahun mencapai angka sekitar
43%.

Patofisiologi
Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya
penyempitan lumen uretra pars prostatika
dan menghambat aliran urin sehingga
menyebabkan tingginya tekanan intravesika.
Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli
harus berkontraksi lebih kuat guna melawan
tahanan, menyebabkan terjadinya perubahan
anatomik buli-buli, yakni: hipertropi otot
destrusor, trabekulasi, terbentuknya selula,
sakula, dan divertikel buli-buli.

. Perubahan struktur pada buli-buli


tersebut dirasakan sebagai keluhan pada
saluran kemih bagian bawah atau Lower
Urinary Tract Symptoms (LUTS).
Tekanan intravesika yang tinggi
diteruskan ke seluruh bagian buli-buli
tidak terkecuali pada kedua muara ureter.
Tekanan pada kedua muara ureter ini
menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke
ureter atau terjadinya refluks vesikoureter.
Jika berlangsung terus akan
mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis
bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal. 4

Diagnosis
Anamnesis
lama keluhan
Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran
urogenitalia (pernah mengalami cedera, infeksi,
atau pem-bedahan)
Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan
fungsi seksual
Obat-obatan yang saat ini dikonsumsi yang
dapat menimbulkan keluhan miksi
Tingkat kebugaran pasien yang mungkin
diperlukan untuk tindakan pembedahan.

International Prostate Symptom Score (IPSS).


Gejala Iritatif :
sering miksi (frekuensi sering)
terbangun untuk BAK pada malam hari (Nokruria)
perasaan ingin BAK yang mendesak (urgensi)
nyeri pada saat miksi (disuria)

Gejala obstruktif :
pancaran melemah
rasa tidak puas setelah BAK
kalau mau miksi menunggu lama (Hesitancy)
harus mengedan (straining)
kencing terputus-putus ( intermittency)
miksi memenjang, akhirnya menjadi retensi urin
dan inkontinen karena nerflow

Skor 0-7: bergejala ringan


Skor 8-19: bergejala sedang
Skor 20-35: bergejala berat.

Pemeriksaan fisik
- Rectal Toucher
Urinalisis
leukosituria dan hematuria.
Pemeriksaan PSA (Prostate Specific Antigen)
Rentang kadar PSA yang dianggap normal
berdasarkan usia adalah22:
40-49 tahun: 0-2,5 ng/ml
50-59 tahun:0-3,5 ng/ml
60-69 tahun:0-4,5 ng/ml
70-79 tahun: 0-6,5 ng/ml

Uroflometri
Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mendeteksi gejala obstruksi saluran
kemih bagian bawah yang tidak
invasif.
Pencitraan
Pemeriksaan pencitraan terhadap
pasien BPH dengan memakai IVP atau
USG dan CT Scan

Terapi
(1) tanpa terapi (watchful waiting),
(2) medikamentosa, dan (3) terapi
intervensi. Di Indonesia, tindakan
Transurethral Resection of the
prostate (TURP) masih merupakan
pengobatan terpilih untuk pasien
BPH.6

Anda mungkin juga menyukai