Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA BUDAYA

DAN KEHIDUPAN BERSAMA ANTAR


KELOMPOK
(Interaksi Suku Bajo di Wakatobi dengan
Orang Darat)

YULIATMI PRATIWI
(1507044050)

PENGERTIAN BUDAYA
Ahli antropologi E.B Taylor dalam bukunya yang
terkenal primitive culture :

Budaya merupakan keseluruhan kompleks,


yang
didalamnya
terkandung
ilmu
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, norma,
hokum, adat istiadat dan kemampuan yang
lain, serta kebiasaan yang didapat manusia
sebagai anggota masyarakat

BUDAYA
J.J Honigman, dalam buku pelajaran antropologinya
yang berjudul The World Man membedakan ada
tiga gejala kebudayaan yaitu: (1) ideas, (2)
activities, (3) artifacts.

1.Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks


dari ide, gagasan, nilai, norma peraturan dan
sebagainya.
2.Wujud kebudayaan sebagai suatu proses
aktifitas, serta tindakan berpola, disebut juga
sebagai Sistem sosial (berinteraksi )
3.Wujud kebudayaan sebagai benda hasil kerya
manusia, seperti hasil aktifitas fisikyang berupa
karya

MASYARAKAT
Masyarakat menurut Selo Soemardjan (dalam
Soerjono Soekanto, 2006) adalah orang-orang yang
hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan
mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas,
mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan
persatuan yang diikat oleh kesamaan
Menurut Ralph Linton
(dalam Soerjono Soekanto, 2006: 22) masyarakat
merupakan setiap kelompok manusia yang telah
hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga
mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap
diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan
batas-batas yang dirumuskan dengan jelas

TEORI PEMBENTUKAN
MASYARAKAT
Terbentuknya Masyarakat Menurut Gerhard
Leinski:
1.Masyarakat pemburu dan peramu adalah
bentuk masyarakat paling sederhana.
Sercombe dan Sellato menyebutkan
terdapat suku yang masuk kategori
masyarakat pemburu- peramu di masyarakat,
yaitu : Punan Tubu, Punan Malinau, KayanSegah-Kelai Hovongan dan Kereho, Buket,
dan orang rimba ditaman nasional bukit
duabelas jambi

TEORI PEMBENTUKAN
MASYARAKAT
2. Hortikultural dan pastoral (pra-agraris)
Masyarakat hortikultural menerapkan teknologi
peralatan tangan untuk mengkoleksi hasil pertanian
Masyarakat
pastoral
hidup
nomadic
dengan
menggembala
ternak,
sementara
masyarakat
hortikulturalmulai mendirikan pemukiman permanen.
Akibat dari perkembangan teknologi didalam
masyarakat horticultural dan pastoral : munculnya
kelompok yang lebih kaya dan berkuasa, dan
ketimpangan sosial mulai muncul

TEORI PEMBENTUKAN
MASYARAKAT
3. Masyarakat agraris
tanam berskala besar

dicirikan

kegiatan

cocok

Indonesia merupakan masyarakat agraris. Luas


wilayah masyarakat ini darat dan laut : 1.904.569km ,
24% daratan, 67juta hektar kawasan lindung (35%),
123juta hektar budidaya pertanian dan non
pertanian(65%),
53,71juta
hektar
(43,33%)lahan
pertanian

TEORI PEMBENTUKAN
MASYARAKAT
4. Masyarakat Industrial
Masyarakat dengan ciri utama produksi barang,
makanan, pakaian, bahan bangunan, dengan bantuan
mesih yang digerakkansumber daya energy nonhewani
Untuk sebagian masyarakat Indonesia, khususnya
dikota besar sudah mulai terbentuk, walaupun
terlokalisir
masyarakat
industrial
Indonesia
menampakkan wujudnya

TEORI PEMBENTUKAN
MASYARAKAT
4. Masyarakat postindustrial (Modern)
masyarakat postindustrial dicirikan kegiatan
produksi untuk menghasilkan informasi yang
dimungkinkan oleh adanya teknologi computer.
Masyarakat posindustri cenderung
mengembangkan softskill daripada hard skill

SUKU BAJO
Secara umum, tidak diketahui secara pasti asalusul Suku Bajo. Tradisi lisan menuturkan bahwa
orang Bajo yang ada di Wakatobi berasal dari
Bugis, daerah Bone, Sulawesi selatan. Konon
katanya mereka ini adalah orang-orang yang
ditugaskan oleh seorang raja untuk mencari putrinya
yang hilang, tapi mereka tidak berhasil
menemukannya.

SUKU BAJO
Menurut Nimmo dalam Lapian (2009), susunan
masyarakat Bajo yang masih bertempat tinggal di
perahu dapat dibedakan dalam tiga tingkat, yakni :
(1) Mataan : unit paling kecil yang terdiri dari satu
keluarga inti
(2) Pagmundah : sekelompok perahu yang berlayar
bersama dan berlabuh bersama
(3) Dakampungan : beberapa pagmundah membentuk
dekampungan

SUKU BAJO
Menurut Nimmo dalam Lapian (2009), susunan
masyarakat Bajo yang masih bertempat tinggal di
perahu dapat dibedakan dalam tiga tingkat, yakni :
(1) Mataan : unit paling kecil yang terdiri dari satu
keluarga inti
(2) Pagmundah : sekelompok perahu yang berlayar
bersama dan berlabuh bersama
(3) Dakampungan : kelompok pemukiman terapung
yang berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya
dipimpin oleh panglima

PENYEBARAN SUKU BAJO


Penelitian Kazufumi 2013

Perubahan Sosial pada


Komunitas Bajo di Wakatobi
Berdasarkan unilinear theories of evolution dalam
Soekanto (2012), disebutkan bahwa manusia dan
masyarakat (termasuk kebudayaannya) mengalami
perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu,
bermula dari bentuk yang sederhana, kemudian
bentuk yang lebih kompleks sampai pada tahap
yang sempurna

Akulturasi

Suku Bajo dan Masyarakat Lain


Suku bajo = Suku Sama
(Sama menunjukkan kelompok mereka)
Masyarakat lain = Bagai
(bagai digunakan untuk masyarakat lain diluar orang bajo,
khususnya masyarakat daratan)
Pemaknaan Suku Bajo ini dijelaskan dalam Soekanto
(2012) bahwa kelompok sosial merupakan tempat di mana
individu mengidentifikasi dirinya sebagai in-group-nya.
Out-group diartikan oleh individu sebagai kelompok yang
menjadi lawan in- group-nya,

Suku Bajo dan Masyarakat Lain


Perubahan pola kehidupan dari mengembara
ke menetap, menyebabkan perasaan in-group dan
out-group pada masyarakat Bajo telah mengalami
pergeseran makna
Hal ini disebabkan interaksi
dengan Suku Bajo orang bagai semakin intensif dan
tidak dapat dihindari. Untuk memenuhi berbagai
kebutuhannya, orang Bajo harus menjalin kerjasama
dengan orang bagai, terutama setelah tinggal
menetap di dekat wilayah daratan. Prinsip budaya
olai lessee yakni berusaha menghindar dari orang
bagai pun mulai berubah.

Dampak yang terjadi pada Suku Bajo


Positif
1.Munculnya
kesadaran pendidikan
2.Terciptanya
lapangan kerja baru
3.Peningkatan taraf
hidup

Negatif
1.Eksistensi adat
istiadat mulai
berkurang
2.Reorientasi
pandangan hidup

KESIMPULAN (perbaiki)
Realitas sosial menunjukkan bahwa terjadi perubahan sosial yang
cukup signifikan pada kehidupan Suku Bajo yang telah menetap di
wilayah Kepulauan Wakatobi. Hal ini ditunjukandengan perubahan
pada beberapa aspek di antaranya: perubahan nilai yang dianut,
perubahan pola-pola perilaku organisasi dan susunan kelembagaan,
perubahan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, serta perubahan
interaksi sosial yang terjadi pada komunitas Bajo di Kepulauan
Wakatobi.
Perubahan sosial tersebut didorong oleh beberapa faktor seperti faktor
lingkungan (sumber daya mulai menipis), intervensi pemerintah,
pertambahan penduduk, serta pertemuan dengan
budaya lain (budaya masyarakat daratan)

Anda mungkin juga menyukai

  • Kartu Kontrol Apar
    Kartu Kontrol Apar
    Dokumen3 halaman
    Kartu Kontrol Apar
    Yuliatmi Pratiwi Sedjawidada
    Belum ada peringkat
  • Spo Rca
    Spo Rca
    Dokumen1 halaman
    Spo Rca
    Yuliatmi Pratiwi Sedjawidada
    Belum ada peringkat
  • Skala Teman Sebaya
    Skala Teman Sebaya
    Dokumen4 halaman
    Skala Teman Sebaya
    Yuliatmi Pratiwi Sedjawidada
    Belum ada peringkat
  • Skala Konsep Diri
    Skala Konsep Diri
    Dokumen3 halaman
    Skala Konsep Diri
    Yuliatmi Pratiwi Sedjawidada
    Belum ada peringkat
  • Cuci Tangan
    Cuci Tangan
    Dokumen2 halaman
    Cuci Tangan
    Yuliatmi Pratiwi Sedjawidada
    Belum ada peringkat
  • Skala Agresivitas
    Skala Agresivitas
    Dokumen2 halaman
    Skala Agresivitas
    Yuliatmi Pratiwi Sedjawidada
    100% (1)
  • Review Jurnal Motivasi
    Review Jurnal Motivasi
    Dokumen39 halaman
    Review Jurnal Motivasi
    Yuliatmi Pratiwi Sedjawidada
    Belum ada peringkat
  • Jadual Cleaning
    Jadual Cleaning
    Dokumen4 halaman
    Jadual Cleaning
    Yuliatmi Pratiwi Sedjawidada
    Belum ada peringkat
  • Guthrin
    Guthrin
    Dokumen16 halaman
    Guthrin
    Yuliatmi Pratiwi Sedjawidada
    Belum ada peringkat