Anda di halaman 1dari 38

PERMODELAN FISIK KINERJA DINDING LAUT UNTUK REDUKSI

ENERGI GELOMBANG TSUNAMI

NAMA : MASRI NUR SULTAN


NIM

: 1004101010103

NAMA : MULYA
NIM

:1004101010094

PEMBIMBING

: DR. ENG. SYAMSIDIK, ST. M. SC

CO .PEMBIMBING :AMIR FAUZI ZALAF,ST,DIPL.WRM

Pendahulua
n

Ulee Lheue adalah salah


satu pantai di Aceh
yang terkena dampak
tsunami 2004 silam;

Banyaknya
pembangunan yang
dilakukan pasca
tsunami yang bertujuan
memitigasi bencana
tsunami;

Semakin meningkatnya
kepadatan penduduk
pada pantai Ulee Lheue.

Latar
Belakang
Probabilitas terjadinya tsunami skala kecil
yang mungkin dapat dimitigasi dengan
dinding laut dan dug pool
Belum adanya pengujian terhadap
dinding laut dan dug pool dalam mitigasi
bencana tsunami skala kecil
Dinding Laut dan Dug pool sebagai salah
satu upaya mitigasi tsunami

Tujuan

Untuk dapat mengetahui pengaruh keadaan pantai Ulee


Lheue sekarang ini dalam mereduksi gelombang
tsunami skala kecil;

Agar dapat mengetahui tinggi gelombang setelah


adanya pengaruh dinding laut dan dug pool serta waktu
yang dibutuhkan gelombang tsunami untuk mencapai
titik yang ditinjau.

Serta untuk dapat mengetahui pengaruh modifikasi


penampang pantai dalam mereduksi energy gelombang
tsunami

TINJAUAN
KEPUSTAKA
AN

Pengukuran Sipat Datar

Menurut
Frick (1979:9) Menyipat datar
adalah menentukan/mengukur beda
tinggi antara dua titik atau lebih.
Pengukuran sipat datar profil dilakukan
dengan membaca benang tengah pada
beberapa rambu yang diletakkan pada
jalur pengukuran, yaitu sebanyak yang
diperlukan bagi penggambaran profil di
dalam
arah
tersebut
(Sinaga,
1997:121).
Adapun untuk dapat mengetahui beda
tinggi permukaan atau profil
penampang dapat digunakan rumus :

Dimana :
= Beda tinggi (m)
R = Benang tengah titk A (m)
v = Benang tengah titik B (m)

Dinding Laut (Seawall)


Dinding Laut adalah bangunan pantai
yang berfungsi memisahkan daratan dan
perairan pantai, yang terutama berfungsi
sebagai pelindung pantai terhadap erosi
dan limpasan gelombang (Overtopping)
ke darat (Triatmodjo,1999:205).
Dinding laut dibangun sejajar garis pantai
yang
bertujuan
untuk
memantulkan
gelombang.

Dug Pool
Dug pool merupakan kolam yang dibangun atau terbentuk di belakang
pantai utama. Dug pool terbentuk antara dinding laut dengan tanggul.
Tokida dan Tanimoto(2014:538) menyatakan terjadi nya perbedaan
signifikan antara ketinggian banjir dengan daya gerus air pada pantai
yang terdapat dug pool. Ketinggian banjir pada pantai dengan dug pool
mengalami kenaikan, sebaliknya penurunan terjadi pada gaya gerus .

H0

Tsunami

HF

Creast

Sand
Beach
Section Before Tsunami

Section After Tsunami

HB
D

B
A

Hutan Pantai
PENDAHULUAN

Tuheturu
dan
Mahfudz
(2012:62)
mengemukakan bahwa hutan pantai
bersama
dengan
hutan
mangrove
memiliki
fungsi
untuk
meredam
Cara hutan pantai
gelombang tsunami.
meredam
gelombang
tsunami :
Memecah
gelombang air laut
yang datang
Memperlambat

Forbes dan Brodhead (2007) dalam Tuheturu dan Mahfudz


(2012:62)
menyebutkan
parameter
penting
yang
mempengaruhi kemampuannya hutan pantai dalam reduksi
kekuatan gelombang tsunami yaitu:

Ketebalan hutan (forest width)


Ketebalan hutan atau lebar hutan dapat
meningkatkan daya reduksi gelombang tsunami

Kerapatan pohon (tree density)

Kerapatan pohon berkaitan dengan kemampuan hutan


pantai dalam memantulkan/mengembalikan serta
menyerap energi tsunami.

Umur dan diameter pohon (age and tree


Umur dan diameter pohon berbanding terbalik
diameter)
dengan kekuatan pohon dalam mereduksi
gelombang tsunami

Tinggi (tree height)


Tinggi pohon dominan dan kodominan dalam hutan
pantai mempunyai hubungan langsung dengan proyeksi
area yang akan tersentuh oleh gelombang tsunami.

Komposisi jenis (species composition)


Komposisi hutan pantai diidentifikasi melalui dua aspek kritis
yaitu konfigurasi anatomi , dan perkembangan tanaman
bawah.

Gelombang
Menurut
Dewanti (2013:4) Gelombang
merupakan getaran yang merambat melalui
medium berupa zat padat, cair atau gas.
Salah satu gelombang yang merambat pada
zat cair adalah gelombang laut.

Gelombang Laut
Gelombang yang terbentuk oleh
tiupan angin pada permukaan air laut.
Pada umumnya dalam perencanaan
bangunan pantai gelombang inilah
yang diperhitungkan.
Pond
dan
Pickard
(1978:170)
mengklasifikasikan
gelombang
berdasarkan
periodenya,
seperti
yang disajikan pada Tabel 2.3.
Periode
0 0,2 Detik
0,2 0,9 Detik
0,9 -15 Detik
15 30 Detik
0,5 menit 1
jam
5, 12, 25 jam

Panjang
Gelombang
Beberapa centimeter
Mencapai 130 meter
Beberapa
ratus
meter
Ribuan meter
Ribuan kilometer
Beberapa kilometer

Jenis Gelombang
Riak (Riples)
Gelombang angin
Gelombang besar (Swell)
Long Swell Gelombang dengan
periode
yang
panjang
(termasuk Tsunami).
Pasang surut

Tabel 2.3 Klasifikasi periode Gelombang


Sumber: Pond dan Pickard, 1978.

Tsunami
Menurut

Bakornas

PB

(2007),

Tsunami dapat diartikan sebagai


gelombang
panjang

laut

yang

dengan

periode

ditimbulkan

oleh

gangguan impulsif dari dasar laut.


Gangguan impulsive tersebut bisa
berupa

gempa

bumi

tektonik,

erupsi vulkanik
longsoran.
beberapa
prosesatau
di alam
yang dapat
menyebabkan tsunami:
Aktivitas Lempeng Tektonik
Longsoran
Letusan Gunung Berapi
Meteor Atau Benda Langit lainnya

Klasifikasi skala tsunami


Skala Tsunami

Ketinggian
Tsunami

Kedalaman
Tsunami di
Darat

Besar

8m

4m

Sedang

48 m

1,5 4 m

Kecil
4m
Sumber: Lizuka dan Matsutomi (2005)

1,5 m

Pemodelan Tsunami
Annunziato dan Best (2005) dalam Indriyani (2012:5) menggunakan
model tiga dimensi dalam menjelaskan kejadian tsunami. Sedangkan
Lipa dkk (2006) dalam Indriyani (2012:5) juga membuat program
untuk mendeteksi tsunami sebelum mencapai daerah pantai.
Pemodelan tsunami juga dapat dilakukan dengan cara pemodelan
fisik di laboratorium.
Simulasi pembangkitan tsunami di laboratorium dapat dilakukan
dengan metode berikut:
1. Pembangkitan dengan dislokasi dasar pantai;
2. Pembangkitan dengan metode longsoran;
3. Pembangkitan dengan memasukkan tambahan massa air
kedalam sistem baik dengan pompa maupun dari reservoir di
luar sistem;
4. Pembangkitan dengan piston; dan
5. Pembangkitan dengan metode dam break.

Kesebangunan
Kesebangunan merupakan kesamaan atau kesesuaian sifat fisik antara
dua atau lebih benda yang berbeda ukuran namun memiliki perbandingan
yang sama pada setiap sudut maupun sisinya.
Macam-macam kesebangunan dalam pembuatan model sebagai berikut:

1. Kesebangunan geometrik.

Dimana :

2. Kesebangunan kinematik.

3. Kesebangunan dinamik.

= Skala panjang
= Panjang di prototip (m)
= Panjang di model (m)

Dimana :

= Skala kecepatan
= Panjang di prototip (m)
= Panjang di model (m)

Dimana :
= Skala gaya

Variabel Waktu
Untuk menghitung periode gelombang tsunami yang terjadi pada
model, maka diasumsikan periode gelombang yang terjadi sama
dengan dua kali waktu yang dibutuhkan untuk mengosongkan tangki
air pada model sistem dam break.
Persamaan 2.4 digunakan dalam menghitung waktu pengosongan
tangki:

Dimana:
t
= Waktu pengosongan tangki (s)
A = Luas penampang tangki (m2)
H = Tinggi tangki (m)
Cd = Koefisien debit
a
= Luas lubang (m2)
g
= Gaya gravitasi (m/s2)

Untuk menghitung waktu kejadian sebenarnya tsunami


berdasarkan waktu kejadian pada model dapat digunakan
persamaan berikut ini :

Dimana:
TP = Periode gelombang pada prototip (s)
Tm = Periode gelombang pada model (s)
Lp = Panjang pantai pada prototip (m)
Lm = Panjang pantai pada model (m)
Hp = Tinggi gelombang pada prototip (m)
Hm = Tinggi gelombang pada model (m)

Run up Tsunami
Dalam memperkirakan run up tsunami, Murata dkk (2009) dalam
Triatmadja (2010:100) mengusulkan Persamaan 2.8 untuk menghitung
run up tsunami di daratan sebagai fungsi tinggi tsunami, lebar pantai
dan panjang tsunami.

Dimana :
R

= Tinggi run up tsunami di daratan (m)

H, I, L

= Tinggi tsunami pada kedalaman d dan lebar pantai dengan slope homogen (m)

Pada Persamaan 2.8 koefisien yang digunakan adalah harga maksimum


(koefisien=1,25). Tinggi run up minimum terjadi apabila tinggi tsunami
terjadi pada saat I/L=0.023.

Kecepatan Tsunami
Chanson (2006) mengatakan bahwa kecepatan tsunami di daratan
dapat didekati salah satunya dengan persamaan 2.9.

Dimana :
h0 = Tinggi puncak gelombang dari muka air rerata (m)
Dari berbagai penelitian yang dilakukan, nilai k1 berkisar antara 1
hingga

lebih

dari

3.

Lukkunaprasit

2009

dalam

Triatmadja

(2010:90) memperoleh k1 sekitar 2,3 hingga 3,0. Triatmadja


(2010:90) menunjukkan bahwa nilai k1 di pantai horizontal sekitar
2,3.

Kecepatan
gelombang
diperoleh
dengan
merata-ratakan
kecepatan antar dua sensor tinggi gelombang seperti pada
Persamaan 2.10:

Dimana
:

U = Kecepatan surge eksperimen (m/s)


= Jarak antara 2 sensor (m)
= Waktu perambatan gelombang antara 2 sensor (s)
n
= jumlah sensor

Dalam menganalisa kecepatan surge pada simulasi di


laboratorium, Chanson (2005) dalam Triatmadja (2010:90)
menggunakan persamaan 2.11

Dimana :
U = Kecepatan surge Ujung tsunami
(m/s)
f
= Koefisien kekasaran dasar
h0 = Tinggi air di hulu (m)
t
= Waktu sejak dam jebol (s)

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan permodelan fisik
tsunami terdapat pada tabel 2.5.
No
1

Peneliti
Nurhasanah A.,
Triatmadja R., dan
Nizam (2010)

Judul
Gaya Gelombang Tsunami
Pada Bangunan
Berpenghalang

Hasil Penelitian
Reduksi gaya gelombang besar pada model penghalang bujursangkar
yaitu sebesar 55,25% - 62,40% dan model berpenghalang dengan
penampang elips yaitu sebesar 12,72%-15,96%. Nilai Cf bangunan
berpenghalang yang mendekati Cf* (tanpa penghalang) adalah
bangunan berpenghalang berpenampang elips (1.1x Cf*) dan yang
tertinggi adalah bangunan berpenghalang berpenampang bujursangkar
45o(2.4x Cf*)

Oshnack M.E.,
Aguiniga F., Cox.D,
Gupta R., dan Lindt
J.V.D.(2009)

Effectiveness of Small
Onshore Seawall in Reducing
Forces Induced by Tsunami
Bore: Large Scale
Experimental Study

Dari penelitan tersebut didapat bahwa terjadi reduksi gaya gelombang


tsunami berkisar 23%-84% untuk tinggi gelombang yang meningkat
sampai 4 kali tinggi dari sea wall.

Triatmadja R.,
Mujibulrachman
(2006)

Run up Tsunami Pada Pantai Hasil penelitan menunjukkan bahwa tembok penghalang mempunyai
Dengan Tembok Penghalang
pengaruh terhadap run up walaupun tidak efektif (Triatmadja,
2009:382-388).

Tokida K.,dan
Tanimoto R. (2014)

Lesson For Countermeasures


Using
Earth
Structures
Against Tsunami Obtained In
2011 Off The Pacific Coast Of
Tohoku Earthquake.

Hasil penelitian menunjukkan dug pool ataupun struktur lainnya yang


sejenis seperti kanal yang terletak pada bagian dalam struktur tanah,
efektif dalam upaya melawan banjir gelombang tsunami. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa struktur tanah yang ditutupi oleh
material lainnya seperti tanah, aspal, rumput, ataupun pepohonan akan
sulit di gerus oleh banjir tsunami melainkan hanya tergerus pada
lapisan atasnya saja.

Metodologi
Penelitian

Bagan Alir

Pengukuran Penampang
Melintang Profil Muka
Pantai pengukuran penampang melintang
Pelaksanaan

profil muka
pantai dilakukan setelah penentuan koordinat daerah yang akan
diukur. Pekerjaan pengukuran penampang melintang dimulai
dengan memilih titik yang dapat mewakili elevasi profil. Lalu
dibaca benang atas, benang tengah, benang bawah dengan
Persamaan 3.1

.(3.1)
Dimana :
BT = Benang Tengah (cm)
BA = Benang Atas (cm)
BB = Benang Bawah (cm)

Sketsa Pengukuran penampang melintang


Sea Wall

pantai
Rambu
Ukur

Rambu
Ukur

Rambu
Ukur Rambu
Ukur

Dug Pool

Sungai
jalan

Rambu
Ukur

Rambu
Ukur
Waterpass

Rambu
Ukur

Batasan Penelitian
Percobaan dilakukan menggunakan saluran gelombang
dengan ukuran panjang 12 m, lebar 0,5 m, dan
kedalaman 1 meter yang terbuat dari kaca akrilik.
Sistem pembangkit gelombang tsunami yang digunakan
adalah sistem dam break dengan quick release mechanism
pembukaan pintu.
Model yang digunakan adalah penampang melintang
kondisi eksisting pantai Ulee Lheue
Sudut datang gelombang tsunami tegak lurus terhadap
model bangunan.
Dasar model diasumsikan di laut dalam dan konstruksi
tidak berubah (non moveable model)
Dasar perairan diasumsikan lurus dan datar.
Fluida yang digunakan adalah air tawar ( = 1000 kg/m 3)

Desain Model Dam Break

Skenario Percobaan
Periode gelombang tsunami pada pemodelan bisa didapatkan dengan
menggunakan Persamaan 2.4 dengan mensubstitusikan parameterparameter yang ada pada desain eksperimen. Hasil substitusi dapat dilihat
pada tabel di bawah.

H1= 0,4 m

H2= 0,6 m

H3= 0,8 m

T1 (s)

4,02

3,83

3,63

T2 (s)

2,68

2,55

2,42

T3 (s)

2,01

1,92

1,82

Skenario Percobaan
Skenario percobaan yang akan digunakan merupakan perkalian antara
variabel tinggi gelombang dan variabel waktu gelombang (konstan).
Setiap skenario percobaan menggunakan tiga profil pantai dengan
perlakuan yang berbeda sehingga total skenario percobaan menajadi
Sembilan skenario. Tabel di bawah memperlihatkan konfigurasi skenario
dari percobaan yang akan dilakukan.

Periode pada Profil


A (P1T)

Periode pada Profil


B (P2t)

Periode pada Profil C


(P3t)

H1

H1:P1T

H1:P2T

H1:P3T

H2

H2:P1T

H2:P2T

H2:P3T

H3

H3:P1T

H3:P2T

H3:P3T

Model profil pantai


jalan
pantai

Sea Wall

Dug Pool

Sungai

jalan
pantai

Sea Wall

Dug Pool

Sungai

Dug Pool
jalan
pantai

Sea Wall

Sungai

Dug Pool
jalan
pantai

Sea Wall

Sungai

Spesifikasi model pohon buatan

35 cm
2 cm
2 cm
15 cm

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang diharapkan berupa data waktu


overtopping gelombang pada dinding laut;

Visualisasi gelombang tsunami pada beberapa


bagian yang menjadi pengamatan selama
penelitian baik dalam bentuk gambar maupun
video; dan

Data ketinggian gelombang tsunami skala kecil


yang direkam dengan alat wave gauge pada
model pantai Ulee Lheue

Sekian

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai