Anda di halaman 1dari 31

Anggaran pendapatan dan belanja

negara (APBN) DAN Utang Luar Negeri

Kebijakan Pemerintah dan


APBN
Keynes dalam bukunya The General Theory,
Employment, Interest and Money:
mengatakan bahwa pemerintah dapat
berperan lebih besar dalamperekonomian,
melalui kekuatan perpajakan dan
pengeluaran. (kebijakan fiskal dan moneter)
Kebijakan fiskal meliputi: pembelian
pemerintah atas barang/jasa, kebijakan
perpajakan, kebijakan pembayaran transfer
(tunjungan sosial/keamanan)

Penerimaan negara adalah adalah para: pajak dan


berbagai pungutan dalam negeri yang menyebabkan
kontraksi perekonomian
Ada dua kelompok penerimaan negara: penerimaan
pajak dan bukan pajak
Pajak dalam negeri dan pajak perdagangan
internasional
Penerimaan bukan pajak: penerimaan SDA dan
bagian laba BUMN
Pada anggaran 2003, penerimaan pajak lebih besar
dari non pajak

Beberapa pos penerimaan pajak:


Pajak penghasilan (PPh)
Pajak pertambahan Nilai barang dan
jasa dan pajak penjualan barang mewah
(PPN/PPnBM)
Pajak bumi dan bangunan (BPHTB)
Cukai dan
Pajak lainnya

Yang diterima pemerintah:


Pajak langsung adalah pajak yg harus
dibyarkan oleh wajib pajak pada pemerintah
dan tidak bisa digeserkan pada pihak lain
(mis. PPh)
Pajak tak langsung yg bebannya dapat
digeserkan pada pihak lain (mis. Pajak
penjualan dan pajak impr). Pajak ini yg
nanggung adalah produsen tetapi produsen
mengalihkan pada konsumen dengan
menikkan harga penjuallnya

Kebijakan anggaran pemerintah bersifat defisit mengingat


jumlah pendapatan yg diterima lebih kecil dibandingkan
pengeluaran
Difisit bila Tx<G
Balanced budget bila Tx=G
Surplus bila Tx>G
Salah sastu cara mengatasi pengangguran adalah dengan
meningkatkan output agregat.
Dalam hal ini pemerintah melakukan dengan kebijakan defisit
G>Tx. Dipakai dalam kondisi resesi.
Kebijakan surplus disebut kebijakan fiskal kontraktif.Dipakai
dalam kondisi ekspansi. Kebijakan ini mendorong penerimaan
pajak.Akibatnya disposible income berkurang sehingga
konsumsinya berkurang.

Aselama APBN
Salah satu determinan penting
untuk mencapai tujuan
pembengunan seperti tercermin
dalam trilogi pembangunan
adalah kebijakan anggaran
Selama 32 tahun (ORBA)
dipergunakan prinsip anggaran
berimbang (walau dipertanyakan)
Namun selama kurun waktu tsb,
salah satu keunggulan prestasi
ekonomi Indonesia, adalah
sistem alokasi pengeluaran
pemerintah melalui APBN

Siklus APBN, dilihat dr sudut bessaran nilai dan


alokasi sektroal-cum-regional sangat menetukan
prestasi pembangunan ekonomi (dari segi
pertumbuhan, kondisi pemerataan, maupun
peredaman laju inflasi)
Efektivitas kebijakan anggaran akan berbeda dalam
iklim stragegi kebijakan yg tidak sama, karena pada
akhirnya mekanisme kebijakan anggaran akan
ditentukan oleh interplay antara faktor anggaran itu
sendi dengan begitu banyak unsur dan kekuatan di
luar anggaran (mis. Kebijakan moneter, sektor riel dan
kondisi ekonomi dunia)

Dalam ekonomi publik, fungsi kebijakan fiskal adalah


menjadi katalisator bagi stabilisasi, alokasi dan
distribusi sumber-sumber ekonomi
Di banyak negara, fungsi kebijakan fiskal, lewat
anggaran belanjanyua (APBN) mampu menstabilkan
dll; tetapi juga menjadi stimulus kegiatan ekonomi
melalui pengeluaran publik yg mendorong sektor riil
Asal dilakukan secara prudent maka kebijakan fiskal
dpt berfungsi sebagaimana mestinya
Artinya supaya kebijakan fiskal dapat berkelanjutan
maka perlu bersumber pada kemampun domestik
dan tidak terlalu tergantung pada Luar Negeri

Masalahnya APBN sering dijadikan alat atau instumen politik


negara untuk menjalankankebijakan fiskal yang populis
Apalagi bila tidak ada proses chenks and balance dalam
pemerintahan, maka pemerintah yg berkuasa bisa
memperkuat posisi dan kedudukannya melalui kebijakan fiskal
yg bersifat jangka pendek
Untuk membahagiakan rakyat, lewat APBN subsidi di berikan
terus menerus, proyek mercusuar di buat, penarikan pajak
tidak diefektifkan
Akhirnya APBN akan dibebani pengeluaran sementara
reformasi di bidang penerimaan, khsusunya melalui kebijakan
pajak tidak dijalankan sesuaiprinsip perpajakan yang benar

Di masa krisis, beban APBN menjadi lebih besar, bila biaya


penyehatan perbankan ditumpukan pada APBN
Kredit manyet menyebabkan sebagian bank ditutup dan
sebagian dilakukan rekapitalisasi
Yg ditutup menimbulkan biaya penutupan dari dana penjaminan
Yg direkapitalisasi harus diterbitkan obligasi
Keduanya hasrus dibayar pemerintah, pada saat obligasi jatuh
tempo pemerintah harus mencari sumber pembaiyaan
Pemerintah ORBA lupa mendisiplinkan APBN, karena tidak ada
mekanisme chek and balance

APBN
Sesuai UUD 45, ps.23 APBN harus
diwujudkan dalam UU
Penyusunan APBN melibatkan banyak pihak;
sesuai UU No.17 ttg. Keuangan negara.
Landasan hukum penyusunan APBN:
pemerintah usulkan ke DPR; DPR
menyetujui/menolak; dalam siklus dan jadwal
yang ketat

Siklus pembuatan APBN


Pendahuluan: persiApan oleh
pemerintah, meliputi asumsi dasar
APBN, perkiraan penerimaan dan
pengeluaran, skala prioritas dan
penyusunan budget exercise
Pada tahap ini juga ada rapat komisi
dengan mitra kerjanya departemen dan
diakhiri finalisasi penyusunan RAPBN

APBN Indonesia
(Penerimaan)

Siklus ke II: tahap pengajuan, pembahasan


dan penetapan APBN. Dimulai dengan pidato
presiden sbg pengantar RUU APBN dan Nota
Keuangan. Selanjutnya dibahas antara
panitia anggaran DPR dengan menteri terkait
Hasilnya adalah UU APBN, yang isinya:
Memuat satuan anggaran

APBN Indonesia
(Pengeluaran)

Hutang Luar Negeri


NSB paDa umumnya terlilit UL dalam jumlah besar dan
jangka panjang
UL disebabkan oleh defisit. Ada tiga defisit yatiu:
A. Defisit transaksi bejalan (TB) atau trade gap dimana
TB=(X-M) + F
B. Defisit investasi atau I-S gap, dana yg diperlukan
untuk investasi dalam negeri (I) lebih besar daripaa
tabungan nasional (S) atau S-I= Sp+Sg-I= (Sp-I)+(T+G)
Defisit fiskal atau fiscal gap (Sg=T-G atau S-I=X+F-M)
dimana (Ty-G<O).

KETERKAITAN ANTARA
DEFISIT APBN DAN ULN

Anda mungkin juga menyukai