IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. SS
Umur
: 56 tahun
Alamat
: Pacet, mojokerto
Agama
: Islam
Pekerjaan : IRT
Masuk RS : 21 September 2016
KASUS
Keluhan utama:
Sesak sejak 2 hari yang lalu.
Keluhan tambahan:
Dada
sering terasa berdebardebar tanpa sebab, juga mengeluh
kaki bengkak sejak 2 minggu yll,
mengaku lebih nyaman dengan
posisi duduk.
RPS:
Sesak sejak 2 hari yang lalu,
Batuk kadang-kadang,
Kaki bengkak sejak 2 minggu yll,
Lebih
nyaman dengan posisi duduk bila
terlentang semakin sesak,
Dada sering terasa berdebar.,
Mengalami
penurunan berat badan yang
signifikan selama 9 th, dari 70kg menjadi 40kg
tanpa penurunan nafsu makan.
Terdapat benjolan pada leher kanan dan kiri
sejak usia 15th namun tidak pernah dilakukan
pemeriksaan karena tidak ada keluhan nyeri
Sering lebih mudah berkeringat karena lebih
mudah merasa kepanasan/gerah
CONT.
RPD:
Riw. Keluhan serupa (-)
Riw. DM (+) 9 tahun tak
terkontrol dengan baik
Riw. HT (+) tak terkontrol dengan
baik
Riw. Peny. Jantung disangkal
Riw. batuk lama disangkal
Riw. asma disangkal
CONT.
RPK:
Riw.
Riw.
Riw.
Riw.
Riw.
Riw.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan
Bentuk
: Normosefal,
Mata
: konjungtiva anemis (-), sklera
ikterik (-),
refleks cahaya +/+, pupil
isokor,
eksoftalmus -/Hidung
: nafas cuping hidung (-); discharge
(-)
Telinga
: tidak ada discharge, dbn.
Mulut
: mukosa mulut basah, sianosis (-),
faring tidak hiperemis
Leher : tiroid membesar, kanan: d= 7 cm, kiri :
d= 5 cm, ikut bergerak ketika
menelan, nyeri tekan(-), konsistensi
keras,
terfixir.
THORAX
Paru-Paru
Inspeksi :
Bentuk dada normal, retraksi (-), simetris (+),
ketinggalan gerak (-)
Palpasi
simetris kanan kiri (+)
Perkusi
Suara sonor pada sisi kiri dan redup pada sisi
kanan bawah
Auskultasi:
Vesikuler (+/+)
Rhonki +/+, Wheezing -/-
JANTUNG
Inspeksi :
pulsasi ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :
ictus cordis tidak teraba
Perkusi :
Batas atas : SIC 3 linea midclavicularis (s)
Batas bawah : SIC 7 linea midclavikularis
(s)
Batas kanan : SIC 4 linea parasternalis (s)
Batas kiri : SIC 5 linea midclavicularis (s)
Auskultasi :
S1 = S2 murni, ireguler, suara tambahan
S3(-) Gallop (-), bising (-)
ABDOMEN
Inspeksi :
Dinding perut lebih rendah dibandingkan dengan
dinding dada, venektasi(-), tanda peradangan (-),
scar (-)
Auskultasi:
Peristaltik (+) N
Palpasi
Distensi (-), defans muskular (-), turgor baik
Nyeri tekan (-)
Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba
Perkusi
Timpani (+)
EKSTREMITAS
Edema
sinistra
Hiperpigmentasi (-)
Akral hangat (+)
Sianosis (-)
Capilarry refill <2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Hb
Leukosit
Hasil
11
7.100
Nilai Normal
12-16 g/dl
4.700-10.000 sel/uI
darah
Trombosit
94.000
150.000-350.000
sel/uI darah
Creatinin
0,38
0.51-0.95 mg/dl
Urea
34
16.6-48.5 mg/dl
Asam Urat
4.5
2.4-5.7 mg/dl
Bil.T
1,8
UP TO 0.9 mg/dl
Bil.D
1,6
(<0.3mg/dl)
SGOT
24
UP TO 32 U/L
SGPT
14
UP TO 33 U/L
GDA
256
74 -106 mg/dl
Natrium
138
135-150 mmol/L
Kalium
3,4
3.5-5.0 mmol/L
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
T4
19.05
4.8-10.8
TSHs
0.19
0.4-6.2
RONTGEN THORAX
Pleuropneumo
nia kanan yang
mendorong
jantung ke sisi
kiri
Atherosclerosi
s
Edem pulmo
EKG
: Atrial Fibrillasi
Frekuensi
: 300/(R1-R11:10)
PR
300/2.7=111
Interval
: 0.12
Kompleks QRS : 0.8
Segmen QT
: <2 kotak
Posisi dan axis : aVL (++), aVF(+)
intermediete 20
Zona transisi
: V5-V6
KESIMPULAN
Atrial Fibrillasi RVR tipe coarse
Clock Wise Rotation
DIAGNOSIS
Hipertiroid
DISKUSI
Bagaimana
penatalaksanaan AF
pada kasus tersebut?
GAMBARAN EKG
Pola
HUBUNGAN HORMON
T3
TIROID DAN JANTUNG
KLASIFIKASI
MENURUT WAKTU PERSENTASINYA
KLASIFIKASI
BERDASARKAN KECEPATAN LAJU RESPON VENTRIKEL
(INTERVAL RR)
PENEGAKAN DIAGNOSIS
TATALAKSANA ATRIAL
FIBRILASI
ANTITROMBOTIK
HIPERTIROID=TIROKSIKOSIS???
HIPERTIROID
THYROID STORM
APA
DAN
HARUS BAGAIMANA?
AF PADA HIPERTIROID
Pengobatan
terutama
ditujukan
untuk
mengembalikan ke status eutiroid memudahkan
konversi spontan ke irama sinus.
Obat
antiaritmia
dan
kardioversi
elektrik
umumnya hanya berhasil sesaat jika masih dalam
status tirotoksikosis.
Penyekat beta dapat diberikan untuk kendali laju
dan pemberian penyekat beta intravena dosis
tinggi berguna pada krisis tiroid.
Pilihan terapi yang lain yang dapat diberikan
adalah antagonis kalsium non-dihidropiridin
(diltiazem dan verapamil).
Bila ada faktor risiko untuk terjadinya stroke,
pemberian terapi antioagulan oral dianjurkan
untuk mencegah emboli sistemik.
dapat
terjadi
setelah pemberian amiodaron.
Ada dua jenis hipertiroidisme
yang diinduksi oleh amiodaron:
Tipe I : peningkatan produksi T4
dan T3 yang diinduksi iodin .
Tipe II : tiroiditis destruktif
dengan kelebihan pelepasan T4
dan T3 yang menyebabkan
penurunan fungsi tiroid.
LALU?
Pemberian
amiodaron
harus
dihentikan pada hipertiriodisme.
Sebagai
alternatif
dapat
diberikan
dronedaron,
yaitu
derivat amiodaron yang tidak
mengandung
iodin
sehingga
mengurangi insiden tirotoksikosis
TERIMAKASIH