PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. HIRARKHI, JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN

PERATURAN PER-UU-AN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN : KESELURUHAN
ATURAN YG TERTULIS YG DIBUAT OLEH PEJABAT/LEMBAGA
NEG. PUSAT DAN DAERAH YG BERWENANG UNT. ITU YG
ISINYA MENGIKAT SECARA UMUM
DLM TAP MPRS NO. XX/MPRS/1966 : UUD 1945, KETETAPAN
MPRS, UU/PERPU, PP, KEPPRES DAN PERATURAN
PELAKSANA LAINNYA SEPERTI PERMEN, INSTMEN, DAN
LAINNYA
PADA MASA ORBA : TAP INI MENURUT TAP MPR NO.
V/MPR/1973 MASIH TETAP BERALAKU DAN PERLU
DISEMPURNAKAN. HAL INI DIULANG LAGI DG TAP NO.
IX/MPR/1978
MASA REFORMASI : TAP XX/MPRS/1966 DICABUT DAN
DIGANTI DG TAP NO. III/MPR 2000 TTG SUMBER HK DAN
TATA URUTAN PERATURAN PER-UU-AN
PSL 2 TAP INI ISINYA : UUD 1945 (DAN PERUBAHANNYA), TAP
MPR, UU, PERPU, PP, KEPPRES DAN PERDA

TAP NO III/MPR/2000 INI MENIMBULKAN MASALAH DI

BIDANG PENGERTIAN, JENIS, FUNGSI DAN MATERI
MUATAN
DLM PSL 2 TAP INI : SEAKAN-AKAN JENIS PERAT. PER
UU-AN SEC. LIMITATIF HANYA ADA 7 (DILUAR YG 7
BUKAN PERAT. PER-UU-AN). KALAU KITA TAFSIRKAN
SEC. GRAMATIKAL, SISTEMATIKAL DAN LOGIKA HK
MK DPT SAJA SETIAP LEMBAGA/PEJABAT TERTENTU
DIBERIKAN KEWENANGAN UNT MEMBENTUK PERAT.
PER-UU-AN BAIK OLEH UUD MAUPUN UU YG
BENTUKNYA BISA KEWENANGAN ATRIBUTIF ATAU
DELEGATIF/DERIVATIVE.
KEWENANGAN ATRIBUTIF : KEWENANGAN ASLI YG
DICIPTAKAN (SEBELUMNYA TDK ADA) OLEH UUD
ATAU UU YG DIBERIKAN KPD LEMBAGA ATAU
PEJABAT TERTENTU. CONTOH : DPR DAN PRESIDEN
SBG PEMBENTUK UU (PSL 20 JO PSL 5 AYAT (1) UUD
45), DPRD DAN KEPDA DIBERIKAN KEWENANGAN
UNTUK MEMBENTUK PERDA (PSL 18 AYAT (6) UUD 45,
PSL 25 HURUF D UU 32/2004).
KEWENANGAN DELEGATIF/DERIVATIVE : KEWENANGAN
YG DIBERIKAN OLEH PEMEGANG KEWENANGAN
ATRIBUTIF.
TAP NO III/MPR/2000 PERLU DISEMPUNAKAN LAGI
KARENA TAP INI SECARA INTERPRETATIF DAN
LOGIKA HK TDK BERSIFAT LIMITATIF.SHG MASIH ADA
JENIS PERAT PER-UU-AN LAIN YG SELAMA INI
DIPRAKTEKKAN DAN TERSIRAT DLM PSL 4 AYAT (2)
TAP INI, YAITU :

PERMA (PSEUDOWETGEVING), KPTS KEPALA BPK

(REGELING), PERAT. BI, KPTS MENTERI
(REGELING), KPTS KETUA/KEPALA/KOMISI, BADAN
(REGELING), KPT GUB, KPTS. BUPATIWALIKOTA
(REGLING)DAN PERDES
MASALAHNYA DITEMPATKAN DIMANA ??
TENTUNYA BERDASARKAN LOGIKA HK DISESUAIKAN DG
KEDUDUKAN PEMBUATNYA SUPAYA :
1.
TDK BERTENTANGAN DG ASAS HIRARKHI PERAT.
PER-UU-AN.
2.
TDK BERTENTANGAN DG ASAS WILAYAH
BERLAKUNYA PERAT. PER-UU-AN.
UU 10/2004 TTG PEMBENTUKAN PERAT. PER-UU-AN SBG
PENGGANTI TAP III/MPR/2000. DLM. SPL 7 DAN
PENJELASANNYA DITAMBAH INTERPRETASI SPT DI
ATAS, MK HIRARKHINYA ADL : UUD RI 1945,
UU/PERPU, PP, PERPRES, PERDA.
DASAR HK PEMBENTUKAN PERAT. TINGKAT DAERAH
ADL PSL 136-147 UU 32/2004, YG MANA
DIMUNGKINKAN JUGA ADANYA PERATURAN
KEPALA DAERAH DAN KEPUTUSAN KEPALA
DAERAH (PSL 146)

JENIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

JENIS JANGAN DIKACAUKAN DG BENTUK.
JENIS : LEBIH MENEKANKAN MAKNANYA KPD
MACAM/RAGAM DARI SUATU BENDA YG MEMPUNYAI
SIFAT-SIFAT YG SAMA
KRN ITU JENIS PERAT. PER-UU-AN LEBIH MENUNJUK
PADA : UUD, UU/PERPU, PP, PERPRE DAN PERDA.
BENTUK : LEBIH BERMAKNA PADA PENYEBUTAN PERAT.
PER-UU-AN DARI BENTUK LAHIRIYAHNYA, YG TERDIRI
DARI : JUDUL, PEMBUKAAN, MENIMBANG,
MENGINGAT, BATANG TUBUH, PENUTUP DAN
PENJELASAN
FUNGSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.
PERATURAN PER-UU-AN ADL SEBUAH INSTRUMEN
KEBIJAKAN, APAPUN BENTUKNYA, APAKAH BENTUK
PENETAPAN, PENGESAHAN, PENCABUTAN MAUPUN
PERUBAHAN, SHG SEC. UMUM PERAT. PER-UU-AN
BERFUNGSI UNT MENGATUR SESUATU SUBSTANSI
UNTUK MEMECAHKAN SUATU MASALAH YG ADA DLM
MASY.

MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MATERI MUATAN PERAT. PER-UU-AN SECARA
HIRARKHIS :
A.
UNDANG-UNDANG DASAR 45
HAKEKAT KONT. MODERN ADA 3, YAITU ; STRUKTUR NEG,
HAM DAN PENGAKUAN PLURALISME (LIHAT PIAGAM
MADINAH SBG KONST MODERN PERTAMA DI DUNIA)
B. UU/PERPU
BAIK UU MAUPUN PERPU MATERI MUATANNYA SAMA,
YAITU :
1.
YG SEC TEGAS DIPERINTAH UUD (DISEBUT UU
ORGANIK)
2.
DIPERLUKAN UNT. MENGATUR, ORGANISASI NEG,
MASY DAN WILAYAH
C.
PERATURAN PEMERINTAH
SEMUA MATERI UU YG PERLU DIATUR LEBIH LANJUT SBG
PELAKSANAAN
D. PERATURAN PRESIDEN
MATERI MUATAN SISA (RESIDU) DARI MATERI MUATAN UU
DAM PP
PERDA PROPINSI
PENYELENGGARAAN OTODA DI TINGKAT PROP DAN
TUGAS PEMBANTUAN SERTA DEKONSENTRASI UNT
MENGURUS KEPENT. RAKYAT SETEMPAT MENURUT
PRAKARSA SENDIRI

KEPUTUSAN GUBERNUR
MATERI MUATANNYA ADL HAL-HAL LBH LANJUT YG
DIPERINTAHKAN OLEH PERDA PROP ATAU ATAS
KUASA PERAT. PER-UU-AN LAIN UNT DIATUR DG
KPTS. GUB BAIK SBG KEPDA (OTONOM) MAUPUN
SBG KEP. WIL ADM (DEKONSENTRASI) YG
MERUPAKAN WKL PEM PUSAT DI DAERAH PROP.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
MERUPAKAN MATERI MUATAN SISA (RESIDU) YG TDK
MERUPAKAN MATERI MUATAN PEM PUSAT DAN PROP.
JUGA MATERI MUATAN YG BERKAITAN DG TUGAS
PEMBANTUAN YG DISERAHKAN OLEH PEM PUSAT
MAUPUN PROP.
KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA
HAL-HAL YG HRS DIATUR DG KPTS BUPATI/WALIKOTA
SESUAI DG PERINTAH PERDA KAB/KOTA ATAU ATAS
KUASA PERAT. PER-UU-AN LAIN SESUAI DG LINGKUP
KEWENANGAN BUPATI/WALIKOTA SBG KEPALA
DAERAH OTONOM SEPENUHNYA.
PERATURAN DESA
HALYG BERKAITAN DG SIFAT YG KHAS DARI DESA UNT.
DIATUR DLM PERDES. MSL : ADAT-ISTIADAT
SETEMPAT SEPERTI UPCR BERSIH DESA.
KEPUTUSAN KEPALA DESA
HAL-HAL LBH LANJUT YG DIPERINTAHKAN OLEH
PERDES YG BERKAITAN DG ADAT ISTIADAT.

KEDUDUKAN PERDA DALAM SISTEM HUKUM

INDONESIA
PSL 18 AYAT (6) UUD 45 : PEMERINTAH DAERAH
BERHAK MENETAPKAN PERATURAN DAERAH DAN
PERATURAN-PERATURAN LAIN UNTUK
MELAKSANAKAN OTONOMI DAN TUGAS
PEMBANTUAN

UU 10/2004, KHUSUSNYA PSL 7

(1) Jenis dan hirarkhi peraturan perundang-undangan
adalah sebagai berikut :
a. Undang-Undang dasar Negara republic Indnesia
tahun 1945;
b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undangh-Undang;
c. Peraturan Pemerintah;
d. Peraturan presiden;
e. Peraturan daerah.
(2) Peraturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
e meliputi :
a. Peraturan daerah Provinsi dibuat oleh Dewan
Perwakilan Rakyat daerah
Provinsi bersama dengan
Gubernur.
b. Peraturan daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota bersama
Bupati/Walikota.
c. Peraturan desa/peraturan yang setingkat, dibuat
oleh Badan Permusyawaratan Desa atau nama lainnya
bersama dengan Kepala Desa atau nama lainnya.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan

Peraturan Desa/peraturan yang setingkat diatur dengan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
(4) Jenis Peraturan perundfang-undangan selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui
keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat
sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundangundangan yang lebih tinggi.
(5) Kekuatan hukum peraturan perundang-undangan
adalah sesuai dengan hirarkhi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
Selain itu, dalam penjelasan Pasal 7 ayat (4) dirumuskan,
sebagai berikut ;
Jenis peraturan perundang-undangan selain dalam
ketentuan ini, antara lain peraturan yang dikeluarkan oleh
majelis Permusyawaratan rakyat dan Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Bank
Indnesia, Menteri, Kepala Badan, Lembaga, atau Komisi
yang setingkat yang dibentuk leh undang-undang atau
pemerintah atas perintah undang-undang, Dewan
Perwakilan Rakyat daerah Provinsi, Gubernur, dewan
perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota,
kepala Desa atau yang setingkat.

PERUMUSAN PSL 7 AYAT (1), (2), DAN (4) SERTA

PENJELASAN ayat (4) INI TELAH MENIMBULKAN
BERBAGAI PENAFSIRAN DI KALANGAN MASY
KHUSUSNYA DLM MEMAHAMI KEDUDUKAN DARI
PERDA DLM SISTEM HK DI INDONESIA
HAL INI KRN PSL 7 AYAT(1) MENETAPKAN PERDA SBG
PERAT. DI BAWAH PERPRES DAN TDK MELETAKKAN
PERMEN DLM HIRARKHIS TSB. SEDANGKAN DI LAIN
PIHAK DLM PSL 7 AYAT (4) DIAKUI ADANYA PERAT
LAIN YG MEMPUNYAI KEKUATAN MENGIKAT
SEPANJANG DIPERINTAHKAN OLEH PERAT.
PERUNDANGAN YG LBH TINGGI, YG DLM
PENJELASAN PSL 7 AYAT (4) ANTARA LAIN
DISEBUTKAN PERAT, YG DIBENTUK OLEH MENTERI,
BI, KEPALA BADAN/LEMBAGA/KOMISIS YG DIBENTUK
ATAS PERINTAH UU
DG RUMUSAN PSL 7 AYAT (1) DAN (4) SERTA
PENJELASANNYA, APAKAH DG DEMIKIAN
KEDUDUKAN PERDA LBH RENDAH DR KEDUDUKAN
PERAT.YG DISEBUT DIATAS.
SHG JIKA DITINJAU DR STRUKTUR KELEMBAGAAN YG
BERLAKU DI IND., LEMBAGA YG BERWENANG
MEMBENTUK PERDA ADL LEMBAGA PEM. DI TKT.
DAERAH SHG KEWENANGAN LEMBAGA TSB TIDAK
DPT MENGESAMPINGKAN ATAU MELAMPAUI
KEWENANGAN LEMBAGA PEM DI TKT PUSAT

PEMBENTUKAN PERATURAN (DAERAH) YANG BAIK.

1.
KAJIAN YANG MEMADAI
A.
URGENSI DAN TUJUAN PENGATURAN;
B.
SASARAN YANG INGIN DIWUJUDKAN;
C.
POKOK PIKIRAN, LINGKUP, ATAU OBYEK YANG
AKAN DIATUR;
D.
JANGKAUAN SERTA ARAH PENGATURAN.
SEMUA INI DAPAT DIMULAI DG MEMBUAT NASKAH
AKADEMIK
2. PEMAHAMAN TTG MATERI MUATAN PERATURAN
3. PEMAHAMAN TTG ASAS-ASAS PEMBENTUKAN
PERATURAN
ASAS-ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN YG BAIK ADL :
ASAS KEJELASAN TUJUAN, KELEMBAGAAN ATAU
ORGAN PEMBENTUK YG TEPAT, KESESUAIAN
ANTARA JENIS DAN MATERI MUATAN, DPT
DILAKSANAKAN,KEDAYAGUNAAN DAN
KEHASILGUNAAN, KEJELASAN RUMUSAN DAN
KETERBUKAAN (PSL 5 UU 10/2004).
DISAMPING ITU MUATAN PERATURAN MENGANDUNG
ASAS : PENGAYOMAN, KEMANUSIAAN,
KEBANGSAAN, KEKELUARGAAN, KENUSANTARAAN,
BHINEKA TUNGGAL IKA, KEADILAN KESAMAAN
KEDUDUKAN DLM HK DAN PEM-AN, KETERTIBAN
DAN KEPASTIAN HK, KESEIMBANGAN, KESERASIAN
DAN KESELARASAN (PSL 6)

4 PERAN SERTA MASYARAKAT;

PERAN SERTA MASY DLM RANGKA PENYIAPAN DAN
PEMBAHASAN RANCANGAN PERATURAN HRS
DILAKUKAN ANTARA LAIN MELALUI DENGAR
PENDAPAT, PENYERAPAN ASPIRASI MASY, DISKUSIDISKUSI DLM SKALA KECIL DAN BESAR, JAJAK
PENDAPAT DAN LAIN-LAIN (LIHAT JUGA PSL 53 UU
10/2004)
5. HARMONISASI DAN SINKRONISASI;
KETENTUAN DI DALAM PERAT. TSB MERUPAKAN
RUMUSAN-RUMUSAN YG SELARAS, SERASI DAN
SESUAI DG BERBAGAI MACAM PERAT
PERUNDANGAN LAINNYA BAIK YG SETINGKAT
(HORISONTAL) MAUPUN ANTARA PERAT YG LBH
RENDAH THD PERAT YG LBH TINGGI
(VERTIKAL/HIRARKHIS)
6. PEMAKAIAN BAHASA YANG TEPAT
PEMAKAIAN BAHASA DAN ISTILAH HRS TEPAT, JANGAN
MENIMBULKAN MULTI PENAFSIRAN
7. SUBSTANSI PERATURAN .
HRS MELIBATKAN LEMBAGA TEKNIS YG AHLI DI
BIDANGNYA, SHG DLM MEMBUAT SUATU PERAT
SELALU MEMERLUKAN CAMPUR TANGAN DARI
BERBAGAI PIHAK YG ERAT KAITANNYA DG
SUBSTANSI YG AKAN DIRUMUSKAN DAN DIATUR.