Anda di halaman 1dari 10

AUTAKOID

DAN
ANTAGONISNYA
dr. Agung Biworo,M.Kes

Autakoid
substansi (kimia) selain transmitor
yang secara normal ada di dalam
tubuh dan punya peran atau fungsi
fisiologik penting baik dalam
keadaan normal (sehat) maupun
patologik (sakit)

Histamin
Histamin dan serotonin (5-hydroxytryptamine)
biologik yang terdapat dalam berbagai macam
yang penting dalam fungsi fisiologik.

: amin
jaringan

Efek histamin timbul melalui aktivasi


histaminergik H1, H2 dan H3.
Reseptor-H1 : sel otot polos, endotel dan otak.

reseptor

Reseptor-H2

: mukosa lambung (pada sel parietal),otot


jantung, sel mast, dan otak.
Reseptor-H3 : presinaptik (di otak, pleksus mienterikus
dan saraf lainnya).

Efek pada sistem kardiovaskuler


Histamin eksogen menyebabkan penurunan tekanan
darah sistolik dan diastolik melalui vasodilatasi dan
diikuti dengan mekanisme homeostasis berupa
peningkatan denyut jantung.

Efek pada saluran cerna


Pada dosis besar histamin eksogen dapat memacu
sekresi asam lambung melalui aktivasi reseptor-H2.

Efek pada bronkus dan otot polos organ lain


Histamin menyebabkan timbulnya bronkokontriksi.

Efek lain histamin: kontstriksi otot polos mata,


sal. Kemih, organ genital.
Efek pada reseptor H1 dan pada ujung saraf
komponen penting dalam patofisiologi urtikaria
Pada jaringan sekretorik, memacu sekresi asam
lambung, pepsin & faktor intrinsik melalui
aktivasi reseptor H2 peningkatan cAMP
intraseluler.

Antihistaminika
Obat yang mempunyai efek melawan efek histamin
dengan cara memblok reseptor H1.
Efek histamin endogen dapat dihambat melalui 3 cara:
1.
Penghambatan secara fisiologis, misal oleh adrenalin
2.
Penghambatan pelepasan/degranulasi histamin yg
timbul. Hambatan pelepasan histamin pada proses
degranulasi histamin dapat terjadi pada pemberian
kromolin & stimulan adrenoseptor 2
3.
Blokade reseptor histamin H1 dengan obat
antihistamin. Blokade reseptor histamin H1 secara
kompetitif dapat menghambat efek histamin.

1) Antagonis reseptor H1

Umumnya disebut obat antihistamin /


antihistaminika ialah antagonis H1 yg beraksi
melalui blokade reseptor histamin H1, sedangkan
efeknya pada reseptor-H2 dan H3 dapat diabaikan.
Obat: loratadin, terfenadin dan astemizol, efek
mengantuk sangat lemah

Efek obat antihistamin dapat bermanifestasi :


Sedasi
Efek antimual & antimuntah.
Doksilamin, mempunyai efek mencegah
mabuk gerak (motion sickness) tetapi tidak
menghilangkan mabuk yang sudah ada
Efek antiparkinsonisme dan antimuskarinik
Obat antihistamin golongan etanolamin dan
etilendiamin yang punya efek antimuskarinik,
sering menimbulkan retensio urine &
penglihatan kabur, dapat untuk mengurangi
rhinorrhoea

Efek blokade adrenoseptor-, antiserotonin dan

anestetik lokal.
Obat antihistamin mempunyai efek -blockade yg
mengakibatkan tekanan darah turun. Antagonis reseptorH1 (misal: siproheptadin) mempunyai efek blokade
reseptor serotonin. Difenhidramin & prometazin
mempunyai efek anestetik lokal melalui blokade sodium
channel pada membran sel eksitabel.
Antagonis reseptor H1 sering digunakan dalam
terapi alergi seperti rhinitis dan urtikaria
Antagonis H1 (misal difenhidramin & prometazin) juga
dapat mengurangi gejala mabuk & gangguan vestibuler.
Dosis dan efek beberapa obat antihistamin generasi I dan
II
LIHAT Diktat Farmakologi I hal. 86

2) Antagonis reseptor H2
Antagonis reseptor-H2 dapat mengakibatkan
timbulnya blood dyscrasia sebagai granulositopenia.
Turunan ketiga dari imidazol, misalnya simetidin,
tidak punya gugus tiourea, sehingga relatif tidak
menimbulkan granulositopenia. Senyawa lain
(ranitidin, oksmetidin, famotidin dan nizatidin)
merupakan antagonis reseptor H2 baru yang lebih
aman
Antagonis reseptor-H2 dalam klinik digunakan pada
terapi ulkus peptik, sindroma Zollinger-Ellison dan
keadaan hiperasiditas.

Anda mungkin juga menyukai