PROYEK (SP3)
BAB III
PROJECT ORGANIZATION
oleh:
SYAIFUL HAZMI
IKHTISAR
1. Pengantar
2. Karakteristik Proyek - Pilihan Bentuk
Organisasi.
3. Otoritas Proyek Manager.
4. Conflict Management.
5. Coordination.
6. Overcoming Resistance to Plan
Implementation.
7. Winning and Sustaining the Enthusiastic
Support of Project Personnel.
8. Partnering.
PENGANTAR
1. Proyek dikelola oleh PM melalui suatu organisasi.
2. Tugas berat pengelolaan proyek adalah
mengkoordinasikan staf yang berasal dari berbagai
disiplin dan juga sub-organisasi.
3. Bentuk organisasi proyek bisa bervariasi:
dari ekstrim functional organizational, sampai ekstrim lain
pure
project organization;
kecenderungan organisasi modern: flat dan lean
organization;
berbasiskan proses bukan lagi tugas;
menjauh dari organisasi fungsi yang kental hirarki.
2. Schedule:
lama pengerjaan dan jadwal penyelesaian harus tepat;
organisasi harus efisien.
3. Complexity:
persyaratan teknologi ikut menentukan bentuk
organisasi;
misalnya PLTN sangat spesifik dan
sophisticated.
5. Resources required:
-
(1) SHOP
PURE PROJECT
MANAGEMENT
ORGANIZATION
OBJECTIVES
SCHEDULE
COMPLEXITY
SIZE & NATURE OF TASK
RESOURCES & CONTROL
SYSTEM
PROJECT
CHARACTERISTICS
PROJECT
ORGANIZATION
DERIVED FROM
FUNCTIONAL
ORGANIZATION
SUPERVISO
R
FOREMAN
(2) LIAISONWORKER
OFFICER
(3) TASK FORCE
(4) STANDING COMMITTEE
(5) PROJECT
COORDINATOR
(6) PROJECT MANAGER
(7) MATRIX ORGANIZATION
ENGINEERIN
G
PROJECT
CONTROL
PURCHASING
PROJECT MANAGER I
PROJECT MANAGER
II
TASK FORCE
MEMBERS
CONSTRUCTIO
N
FINANCE
PROJECT MANAGER
ENGINEERIN
G
PROJECT
CONTROL
PURCHASING
CONSTRUCTIO
N
FINANCE
CONFLICT MANAGEMENT
1. PM dalam organisasi matriks berhubungan dengan 3
kelompok dengan kepentingan yang berbeda-beda:
a. Top Management:
b. Functional Management;
c. Anggota Tim Kerja.
4.
sumber konflik;
hubungan harus harmonis; agar tidak selalu terjadi
ketegangan.
Dengan Anggota Tim Kerja:
masing-masing pekerja punya 2 pimpinan;
PM lebih punya power; sementara hubungan dengan
Functional Manager lebih bersifat majikan dengan karyawan;
Harus jelas bertanggung-jawab kepada siapa dalam hal apa.
COORDINATION (1)
1. Coordination is the function of orchestrating all the
skills so that every one cooperates to carry out the
project at hand most efficiently .
2. Langkah kuci PM mempersiapkan koordinasi:
a. Project Implementation Plan (PIP):
PIP merumuskan tujuan, lingkup, jadwal, dan rencana
anggaran, serta organisasi yang diperlukan untuk
melaksanakan proyek;
menerangkan keterlibatan organisasi fungsional
internal
dan agency eksternal yang perlu dikoordinasi.
COORDINATION (2)
c. Building the Project Organization:
PM mempunyai otoritas penuh mengangkat staf untuk
pure project management organization;
PM perlu berkonsultasi dengan Functional Manager
untuk matrix organization;
Tupoksi harus disiapkan; menghindari konflik
memperjelas kedudukan, fungsi, tugas, kewenangan,
tanggung-jawab masing-masing unsur yang terlibat;
memfasilitasi koordinasi.
d. Procedures:
Project Procedure Guide atau Standard Operating
Procedure (SOP) perlu disiapkan, untuk memfasilitasi
koordinasi kerja harian;
Mencakup antara lain: Budget approval, Funds
appropriation and authorization procedure, Contract
award procedure; Change order authorization procedure;
COORDINATION (3)
Time-keeping methods; Priority determination methods;
Accounting and audit requirements and procedures;
Required reports and distribution; Formal reporting and
review procedures; Informal reporting and review
procedures; Procedure for drawing and vendor data
control.
COORDINATION (4)
f.
Project Headquarters:
OVERCOMING RESISTANCE
TO PLAN IMPLEMENTATION (1)
1. Walaupun ada Plan, PM dan Planning/Scheduling
section, tidak ada jaminan staf akan bersemangat
mengikuti rencana kerja.
2. Planning/Scheduling section adalah bagian yang
bertanggung-jawab untuk merencanakan jadwal,
biaya dan juga melaporkannya.
3. Sering ada resistensi terutama dalam organisasi
matrik; ini harus diantisipasi.
4. Penyebab bisa macam-macam:
a. tidak tahu mengenai manfaat plan; tidak biasa;
misalnya pengawas, buruh, dll.; harus diindroktinasi
melalui
pelatihan.
b. tidak populer; tidak percaya; paper works, tambah
tanggung-jawab, dll. plan harus benar-benar simpel dan
bermanfaat.
OVERCOMING RESISTANCE
TO PLAN IMPLEMENTATION (2)
c. ingin kebebasan kerja; tidak terikat jadwal dan
metoda; diketahui penggunaan dana, dll.
perlu komitmen; libatkan dalam partisipatif planning;
jika staf ganti; lakukan review; integrasikan gagasan
baru, dll.; selama sesuai dengan master plan;
yakinkan kebebasan itu ada; jalur kritis maksimum
hanya 20%;
batasi kerumitan analisis network, kelayakan dan
optimasinya kepada kelompok planning dan scheduling;
bagian lain pakai barchart saja.
5. Ada kontraktor yang menolak menggunakan plan; biaya
plan biasanya dipikul oleh pemilik kaitkan dengan
pembayaran; mengikat pengawas, pemilik dan kontraktor;
memisahkan kewenangan membayar dan pemegang uang
dalam kasus in-house.
6. Harus ada perhatian penuh dan menerus dari PM; PM
harus konsisten menggunakan plan dan menunjukkan
manfaatnya.
PARTNERING (1)
1. Tradional contracts:
- berbasiskan hak dan kewajiban; transaksi;
menimbulkan banyak ketegangan antara pihak yang
terlibat; banyak tuntutan; kontra produktif;
- sementara itu tantangan semakin berat; mutu
dan efisiensi; juga kompleksitas bisinis; inflasi,
teknologi
baru; risiko tinggi; kompetisi luar
negeri;
2. Modus baru; partnering:
- perilaku win-win di antara pelaku bisinis
konstruksi;
- memerlukan komitmen total; jangka panjang;
optimasi keunggulan masing-masing pihak;
- harus mempunyai tujuan (visi) yang sama;
memberikan kontribusi bagi pencapaiannya;
PARTNERING (2)
- sebenarnya bukan hal baru; bisnis lama hanya
berbasis kepercayaan; perkembangan selama ini
telah difokuskan pada aspek legal.
3. Elemen penting partnering:
a. Long term commitment:
manfaat tidak diperoleh cepat; bertahap lesson
learned; semua pihak harus sunguh-sungguh;
b. Trust (kepercayaan):
menghindari permusuhan; sinisme;
dapat membangun teamwork;
pemahaman akan tujuan dan risiko dapat
meningkatkan
trust; dan membangun siniergi;
partnering memperkuat pelaku; mempermudah
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah;
PARTNERING (3)
c. Shared Vision:
visi dan misi harus disepakati;
harus terbuka; pertempuran gagasan; tujuan perlu
dirumuskan bersama;
e. Keuntungan partnering:
untuk semua pihak yang terlibat; evaluasi periodik
diperlukan; harus formal dan tertulis; mencatat yang baik
dan yang buruk;
Bisa pakai nilai: aspek komunikasi; pemecahan
masalah; prestasi kemajuan, dll.
PARTNERING (4)
f. Manfaat menurut Construction Industri Institute (CIS):
meningkatkan kemampuan merespons pasar bisnis
yang dinamik;
meningkatkan kualitas serta keselamatan dan
kesalahan
kerja;
Menghemat biaya da wajtu; meningkatkan
keuntungan;
Menghemat penggunaan sumber daya.
SELESAI