Kelompok:
Dyah Ayu Wulandari (101000233)
Evi Sriwahyuni (101000103)
Fidrin E.S Sipayung (101000200)
Imaniar Hasibuan (101000061)
Martines Simorangkir (101000122)
Raja Lingga (101000197)
Ria Solia Nainggolan (101000229)
Sri Rezeki Hasanah (101000067)
Tasya Arida Wijaya (101000254)
Definisi
Anemia oleh orang awam dikenal
sebagai kurang darah.
Anemia adalah suatu penyakit
dimana kadar Hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari normal.
Anemia berbeda dengan
tekanan darah rendah.
Tekanan darah rendah adalah
kurangnya kemampuan otot
jantung untuk memompa darah
ke seluruh tubuh sehingga
menyebabkan kurangnya aliran
darah yang sampai ke otak dan
bagian tubuh lainnya.
Klasifikasi Anemia
Penjelasan
Anemia Defisiensi
Karena kekurangan (defisiensi) zat gizi tertentu.
Anemia Aplastik
Kekurangan produksi sel darah merah. Hal ini bisa terjadi bila
sumsum tulang berhenti bekerja sehingga tidak cukup sel
darah merah yang dibentuk.
Anemia Hemoragik
Karena pengeluaran darah dari tubuh lewat pendarahan.
Anemia Hemolitik
Karena penghancuran (destruksi) sel darah merah di dalam
tubuh.
Tahapan Kekurangan
Besi
1. Tahap Pertama (KGB)
Tahap pertama terjadi bila simpanan besi
berkurang yang terlihat dari penurunan feritin
dalam plasma hingga 12 g/L.
Hal ini dikompensasi dengan peningkatan
absorbsi besi yang terlihat pada peningkatan
kemampuan mengikat besi total ( total-Iron
Binding Capacity/TIBC).
Pada tahap ini belum terlihat perubahan
fungsional pada tubuh.
Lanjutan
2. Tahap kedua (KGB)
Tahap kedua terlihat dengan habisnya simpanan
besi, menurunnya jenuh transferin hingga kurang
dari 16 % pada orang dewasa dan meningkatnya
protoporfirrin, yaitu bentuk pendahulu
( precusor ) pada Hemoglobin . Hal ini dapat
mengganggu metabolisme energy sehingga
menyebabkan menurunnya kemampuan bekerja.
Lanjutan
3. Tahap ketiga (KGB)
Kadar hemoglobin total turun di bawah nilai
normal.
Anemia gizi besi berat ditandai oleh sel darah
merah yang kecil (mikrositosis) dan nilai
hemoglobin rendah (hipokromia).
Oleh sebab itu anemia gizi besi dinamakan
anemia hipokromik mikrositik.
Penyakit Kronis
Penyakit kronis yang menyebabkan anemia
antara lain gagal ginjal, kanker usus besar,
maag kronis, lupus, arthritis rematik dan
kelainan sumsum tulang.
3.
Kelainan Genetik
Kelainan ini disebut sickle cell anemia atau
thalasemia. Pada penderita thalasemia
umur sel darah merah sangat pendek
sehingga tubuh selalu kekurangan sel darah
merah.
4.
Pendarahan Akut
Seperti akibat kecelakaan, pembedahan,
persalinan, menstruasi berlebihan dan
gastritis erosif akibat iritasi obat-obatan.
5.
Kerusakan Eritrosit
Jumlah sel darah merah (Hb) berada dibawah
nilai normal akibat kerusakan (dekstruksi)
pada eritrosit yang lebih cepat dari pada
kemampuan sumsum tulang menggantinya
kembali. Jika terjadi hemolisis ringan/sedang
dan
sumsum
tulang
masih
bisa
mengompensasinya, anemia tidak akan
terjadi,
keadaan
ini
disebut
anemia
terkompensasi. Namun jika terjadi kerusakan
berat dan sumsum tulang tidak mampu
menggantinya inilah yang disebut anemia
hemolitik.
DISTRIBUSI ANEMIA
Perempuan
Anemia
Provinsi
(%)
SK
Menkes
<12g/dl
NAD
Anemia
(%)
Riskesd
as
<11,28
g/dl
Laki-laki
Anemia
(%)
SK
Menkes
<13g/dl
Anemia
(%)
Riskesd
as
<12,83
g/dl
Anak-anak
Anemia
(%)
SK
Menkes
<11g/dl
Anemia
(%)
Riskesda
s
<11,09g/
dl
20,1
10,4
16,1
15,5
7,8
12,2
25,0
15,6
26,8
25,3
14,5
17,1
29,8
16,6
27,6
25,8
17,1
19,0
Riau
28,8
16,4
5,1
5,1
9,8
12,2
Jambi
9,0
9,0
5,1
5,1
5,2
19,5
16,3
9,3
17,4
16,4
12,6
16,5
16,2
7,9
11,3
11,3
8,0
10,3
Sumatera
Utara
Sumatera
Barat
Sumatera
Selatan
Bengkulu
Lampung
25,9
12,5
21,6
21,0
5,5
6,0
Bangka Belitung
21,1
12,9
17,7
16,8
16,3
19,7
Kepulauan Riau
12,5
8,3
19,3
15,8
5,0
5,0
DKI Jakarta
27,6
13,6
14,6
13,8
18,6
19,7
Jawa Barat
13,4
13,4
7,4
7,4
6,4
18,8
Jawa Tengah
22,8
12,4
14,4
12,8
9,1
10,4
DI Yogyakarta
20,9
9,1
11,6
10,6
8,7
10,4
Jawa Timur
15,6
7,7
8,9
8,1
5,4
6,2
Banten
19,4
11,3
8,8
7,8
8,9
10,7
Bali
10,8
4,6
8,0
7,7
4,7
5,4
20,9
9,7
13,6
11,9
11,5
12,6
28,8
19,0
8,1
8,1
18,2
19,4
23,4
10,5
13,7
12,6
12,1
13,3
19,4
14,2
13,3
13,3
8,1
9,8
21,7
12,2
14,2
14,2
3,9
5,0
Nusa tenggara
Barat
Nusa Tenggara
Timur
Kalimantan
Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
24,2
12,6
17,5
14,8
14,2
14,9
8,7
4,5
5,0
5,0
2,5
3,0
13,4
7,6
8,8
8,8
8,9
17,1
19,7
10,3
16,1
15,3
11,9
13,1
38,0
19,5
23,6
20,4
31,9
34,7
Gorontalo
31,4
17,4
18,7
18,7
8,8
10,5
Sulawesi Barat
12,9
2,9
5,2
5,2
10,6
10,6
Maluku
43,4
20,5
14,9
14,9
17,8
17,8
Maluku Utara
27,4
24,2
24,3
24,3
26,3
26,3
Papua Barat
14,6
7,3
17,9
17,9
4,5
9,1
Papua
17,9
12,8
23,8
23,8
12,5
16,7
INDONESIA
19,7
11,3
13,1
12,2
9,8
12,8
Timur
Sulawesi
Utara
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Anemia (%)
1-4
27,7
5-14
9,4
15-24
6,9
25-34
5,5
35-44
6,2
45-54
6,6
55-64
7,7
65-74
10,4
75+
17,7
b. Pendidikan
Anemia (%)
10,4
Tidaktamat SD
8,0
Tamat SD
7,1
Tamat SLTP
6,0
Tamat SLTA
6,3
Tamat PT
5,5
c. Pekerjaan
Anemia (%)
Tidak kerja
8,9
Sekolah
6,6
Ibu RT
10,0
Pegawai
5,1
Wiraswasta
4,5
Petani/nelayan/buruh
5,6
Lainnya
7,0
Anemia (%)
Kuintil 1
11
Kuintil 2
10
Kuintil 3
Kuintil 4
7,9
Kuintil 5
7,4
1. Pencegahan Primordial
Upaya yang ditujukan untuk semua
orang agar menjadi pribadi yang
sehat dan produktif, melalui :
1. Edukasi (Penyuluhan)
Petugas kesehatan dapat
berperan sebagai
edukator seperti
memberikan nutrition
education berupa
dorongan untuk
mengonsumsi bahan
makanan yang tinggi Fe
kepada semua kelompok
usia melalui penyuluhan
kesehatan
2. Makan-makanan
yang bergizi
Seperti daging (sapi,
domba, kambing),
sayuran (bayam, daun
singkong, kol, lobak,
kentang, brokoli), buahbuahan (apel, anggur,
kismis, pisang), kacangkacangan (almond,
kacang merah, kacang
hijau)
3. Perilaku hidup
bersih dan sehat
Agar terhindar
dari penyakit
infeksi contohnya
kecacingan
2. Pencegahan Primer
segala kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian penyakit sebelum hal itu terjadi.
Tujuan : untuk mencegah terjadinya kasus
baru penyakit dan memodifikasi atau
mencegah berkembangnya faktor risiko.
MELALUI 3
ASPEK :
Promosi
kesehatan
pendidika
n
kesehatan
perlindun
gan
kesehata
n
a. Suplementasi Fe
(Tablet Besi)
Suplementasi diberikan
kepada bumil untuk
mencegah anemia dengan
cara memelihara
keseimbangan Fe.
Jika kebutuhan Fe tidak
cukup terpenuhi dari diet
makanan, dapat ditambah
dengan suplemen Fe
terutama bagi bumildan ibu
nifas. Suplemen besi dosis
rendah (30mg/hari) sudah
mulai diberikan sejak
kunjungan pertama ibu
hamil.
b. Fortifikasi Makanan
dengan Zat Besi
Fortifikasi makanan
merupakan cara terampuh
dalam pencegahan defisiensi
besi. Produk makanan
fortifikasi yang lazim adalah
makanan yang banyak
dikonsumsi dan yang diproses
secara terpusat seperti
tepung gandum serta roti,
makanan yang terbuat dari
jagung dan bubur jagung serta
beberapa produk susu.
3. Pencegahan Sekunder
Tujuan : untuk menghentikan perkembangan penyakit
kearah kerusakan atau ketidakmampuan. Pencegahan ini
dilakukan pada orang yang sudah mengalami gejala anemia
sampai timbulnya penyakit, melalui :
b. Skrinning
untuk mengidentifikasi kelompok orang
yang harus diobati dalam mengurangi
morbiditas anemia.
Bagi bumil dilakukan skrining pada
kunjungan I dan rutin pada setiap
trimester. Dengan melakukan
pemeriksaan Hb
Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan
terhadap tanda dan gejala yang
mendukung seperti tekanan darah, nadi
dan anamnesa berkaitan dengan hal
tersebut.
Sehingga, tenaga kesehatan dapat
memberikan tindakan yang sesuai
4. Pencegahan Tersier
mencakup pembatasan terhadap ketidakmampuan dengan
menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau
ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan.
Ditujukan untuk penderita yang mengalami anemia yang
cukup parah, untuk mencegah perkembangan penyakit ke
arah yang lebih buruk, untuk memperbaiki kualitas hidup
klien seperti untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan,
keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah serangan
ulang dan memperpanjang hidup.
MELALUI :
a. memeriksa ulang
secara teratur kadar
hemoglobin