Anda di halaman 1dari 21

Teori Psikologi

Kognitif dan
Aplikasinya dalam
Pendidikan
Muh Ilham Natsir Putra (1471042049)
Annisa Suci Rahmadani
(1571041009)
Fadhilah Lutfiani K.

Kelompok 6

Teori Pendekatan Kognitif dalam Dunia


Pendidikan
Teori belajar kognitif yaitu suatu bentuk teori belajar yang
berpandangan bahwa belajar adalah merupakan proses pemusatan
pikiran (kegiatan mental).
Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar adalah peristiwa mental,
bukan peristiwa behavioral (bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal
yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap
peristiwa belajar siswa.
Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses
mental manusia. Dalam pandangan para ahli kognitif, tingkah laku
manusia yang tampak tak dapat diukur dan diterangkan tanpa
melibatkan proses mental, seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan
dan sebagainya

Salah satu contoh kritik teori kognitif


terhadap teori behavioristik
1. Kebiasaan pada siswa memang pada umumnya berpengaruh pada
kegiatan belajar siswa. Akan tetapi perlu diingat kembali bahwa
kebiasaan ditetapkan setelah keputusan telah diambil oleh
siswa. Misalnya; seorang siswa yang terbiasa menyalin pelajaran,
gerakan tangan dan goresan pena yang dilakukan siswa tersebut
sedemikian lancarnya karena sudah terbiasa menulis sejak tahun
pertama masuk sekolah. Sebelum siswa ini menyalin pelajaran
seperti yang biasa ia lakukan, tentu terlebih dahulu ia akan
membuat keputusan akan menyalin pelajaran tersebut sekarang,
nanti, atau tidak sama sekali. Keputusan inilah yang bukan
merupakan peristiwa behavioral melainkan peristiwa mental dari
siswa itu sendiri.

Kebiasaan belajar seorang siswa dapat ditiadakan oleh kemauan


siswa itu sendiri. Misalnya, menurut kebiasaan, seorang siswa
belajar seharian di perpustakaan sambil mengunyah permen
karet. Tetapi, ketika tiba saat berpuasa pada bulan Ramadhan
siswa tersebut hanya belajar setengah hari tanpa mengunyah
permen karet. Dalam hal ini, pengurangan alokasi waktu belajar
dan penghentian kebiasaan mengunyah permen karet
merupakan kemauan siswa tersebut karena sedang menunaikan
ibadah puasa. Kemauan siswa itu tentu bukan perilaku
behavioral melainkan peristiwa mental (konatif), meskipun
secara lahiriah yang menerima akibat kemauan tersebut adalah
perilaku behavioral.
Dalam uraian contoh-contoh diatas, maka semakin jelaslah
bahwa perilaku belajar bukan hanya sekedar S-R Bond (ikatan
stimulus-respon) melainkan lebih banyak melibatkan proses
kognitf.

Teori Perkembangan
Kognitif Piaget

Pieget mengemukakan adanya dua prinsip utama dalam


perkembangan kognitif manusia, yaitu :
Organisasi (Organisasi mengacu pada sifat dasar struktur
mental untuk mengeksplorasi dan memahami dunia).
Adaptasi (suatu keadaan dimana wujud keseimbangan
antara akomodasi dan asimilasi disesuaikan keadaan
sekitarnya).
Asimilasi adalah proses memanipulasi dunia luar dengan
cara membuatnya menjadi serupa dengan diri organisme
tersebut.
Akomodasi adalah suatu adaptasi dengan cara
memodifikasi diri organisme tersebut sehingga menjadi
lebih menyukai lingkungannya.

Tahap-tahap Perkembangan Kognisi menurut Piaget


Tahap
Perkembangan

Perkiraan Usia

Kemampuan

Sensorimotor

0 - 2 tahun

Pembentukan konsep keajekan


objek dan kemajuan terhadap dari
perilaku refleks ke perilaku yang
diarahkan oleh tujuan

Praoperasi

2 - 7 tahun

Perkembangan kemampuan
menggunakan simbol untuk
melambangkan objek dunia.
Pemikiran masih bersifat egosentris
dan terpusat. Kemampuan
berbahasa berkembang pesat.

Operasi konkret

7 - 11 tahun

Mampu berpikir lebih logis.


Pemikiran tidak terpusat,
pemecahan masalah kurang
dibatasi oleh egosentrisme.

Operasi formal

11 tahun - dewasa

Kemampuan untuk berpikir


secara abstrak, menalar secara
logis, dan menarik kesimpulan
dari informasi yang tersedia.

Tahap Perkembangan: Sensorimotor


Tanda periode sensorimotor ditadai dengan pemahaman
keajekan objek (object permanence) pada anak .
Piaget berpendapat bahwa anak-anak harus belajar bahwa
objek itu stabil secara fisik dan tetap ada, meskipun
tampakan fisik objek tersebut tidak terlihat oleh anak.

Tahap Perkembangan: Praoperasi


Anak pada tahap ini tidak mempunyai pemahaman
tentang prinsip konservasi.
Karakteristik pada tahap ini yaitu:
Keterpusatan.
Reversibilitas.
Terfokus pada keadaan.

Tahap Perkembangan: Operasi Konkret


Anak pada tahap ini membentuk konsep, melihat
hubungan dan memecahkan masalah, tetapi hanya
sejauh jika mereka melibatkan objek dan situasi yang
sudah tidak asing lagi.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan.
Klasifikasi.
Decentering.
Reversibility.
Konservasi.
Penghilang tahapan egosentrisme.

Tahap Perkembangan: Operasi Formal


Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya
kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar
secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi
yang tersedia.
Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat
pubertas yaitu saat dimana terjadi berbagai perubahan
besar lainnya yang menandai masuknya ke dunia
dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan
sosial.

Teori Perkembangan
Kognitif Vygotsky

1. Percakapan Pribadi
Percakapan pribadi adalah suatu kondisi dimana
pembicaraan anak-anak dengan diri sendiri yang
menuntun pemikiran serta tindakan mereka yang akan
dihayati sebagai percakapan batin (tanpa suara).

2. Zona Perkembangan Proksimal (zone of


proximal development)
Zona perkembangan proximal menjelaskan tentang tugas
yang masih belum dipelajari seorang anak tetapi anak
tersebut sanggup mempelajarinya pada waktu tertentu.

3. Pentanggaan (scaffolding)
Pentanggaan berarti penyediaan dukungan terhadap seorang anak
selama tahap-tahap pembelajarannya dan kemudian dukungan
tersebut dikurangkan dan meminta anak tersebut memikul tanggung
jawab yang semakin besar begitu dia sanggup.

4. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memungkinkan terjadinya
percakapan batin anak yang satu dengan yang
lainnya, sehingga mereka dapat memeroleh
pemahaman tentang proses penalaran satu sama lain.

Teori Belajar Kognitif


Bruner

Bruner mengusulkan teorinya yang disebut free discovery learning.


Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, defenisi, dan
sebagainya), melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan.
Bruner membedakan ada 3 tahap dalam proses pembelajaran. Ketiga
tahap itu adalah:
1. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh
pengetahuan atau pengalaman baru.
2. Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan
menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam
bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain.
3. Evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada
tahap kedua tadi benar atau tidak.

Teori Belajar Kognitif


Ausubel

Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika apa yang
disebut pengatur kemajuan (advance organizer) didefenisikan
dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa.
Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi
umum mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan
diajarkan kepada siswa.
Ada tiga manfaat dari pengaturan kemajuan, yaitu :
1. Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi
pelajaran yang akan dipelajari;
2. Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
antara apa yang sedang dipejari siswa saat ini dan dengan apa
yang akan dipelajari;
3. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan secara lebih
mudah.

Aplikasi Teori Kognitif


dalam Pendidikan

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan


kognitif yaitu dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
Siswa tidak dianggap sebagai orang dewasa yang muda dalam
proses berpikirnya. Siswa akan mengalami perkembangan
kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
Anak dengan usia prasekolah dan awal sekolah dasar akan
dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan bendabenda konkret.
Lebih menekankan keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar karena dengan proses pengaktifan kegiatan siswa ini
dapat menyebabkan proses asimilasi serta akomodasi
pengetahuan serta pengalaman dapat terjadi dengan baik.
Agar dapat menarik minat belajar, perlu peningkatan
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang
telah dimiliki oleh siswa.

Dengan pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi


belajar disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu,
secara sederhana menuju ke kompleks.
Belajar memahami akan lebih bermakna bagi siswa
dibandingkan dengan belajar menghafal. Informasi harus
disesuaikan serta dihubungkan dengan pengetahuan yang
dimiliki oleh siswa. Tugas pendidik dalam hal ini yaitu
menunjukkan hubungan antara apa yang telah diketahui oleh
siswa dan apa yang sedang dipelajarinya saat ini.
Perlu diperhatikan perbedaan pemahaman belajar individual
pada setiap siswa. Hal ini akan sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar pada siswa. Perbedaan ini biasanya
terletak pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir,
pengetahuan awal dan sebagainya.

Referensi
Slavin, Robert E. 1994. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik, Edisi 9.
Jakarta: Indeks.
Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan: dengan Pendekatan Baru.
Bandung: Rosdakarya.
http://
documents.tips/download/link/teori-psikologi-belajar-dan-aplikasinya-dalam-p
endidikan
(diakses pada tanggal 28 Maret 2016).
http://
www.kompasiana.com/delupingge/teori-pengembangan-kognitif-vygotsky_5
52c9d426ea834330f8b4575
(diakses pada tanggal 28 Maret 2016).
http://
www.kompasiana.com/millatihusna/perkembangan-kognitif-menurut-jean-p

Anda mungkin juga menyukai