Anda di halaman 1dari 26

KOMPETENSI GURU DALAM MELAHIRKAN

PESERTA DIDIK YANG INKLUSIF DALAM


BINGKAI KE INDONESIAAN
Oleh: Prof. Dr. Mukhtar, MPd.

GLOBALISASI VS PARADOKS
SYAFAAT (BLESSING)

PEMBINASAAN (BLIGHT)

MENYENANGKAN
PLEASURE)

KENESTAPAAN (GRIEF)

KEBINHEKAAN

KESERAGAMAN HEDONIS

PENGHALALAN SESUATU
DARI LUAR

SESUATU YANG TABU BAGI


BANGSA

TERBATAS WILAYAH (IT)

TANPA BATAS WILYAH

PASAR TERBATAS (EKON)

PASAR BEBAS

PENYAJIAN
1. Perspektif pendidikan Inklusif nasional menuju globalisasi
pendidikan
2. Membangun pendidikan inklusif di sekolah agama dan
sekolah umum
3. Kurikulum pendidikan inklusif dalam sIstem pendidikan
Islam
4. Kompetensi guru dalam pendidikan Islam inklusif
5. Pendidikan inklusif yang dibutuhkan dalam bingkai ke
bhinekaan dan Indonesiaan
6. Karakteristik peserta didik yang inklusif (output
pendidikan)
7. Dari mana kita mulai membangun pendidikan yang inklusif
dalam perspektif kompetensi guru dan peserta didik yang
inklusif

PARADIGMA PENDIDIKAN
INKLUSIF
KESAMAAN HAK DAN NILAI SBG DASAR KEBIJAKAN
PENDIDIKAN DAN SOSIAL MASYARAKAT MODERN (EQUITY)
PENDIDIKAN YANG TIDAK TERBATAS PADA TEMPAT, TETAPI
LEBIH MENGHARGAI KEANEKARAGAMAN, HAK, MARTABAT,
KEBUTUHAN INFDIVIDU, PERENCANAAN, TANGGUNGJAWAB
KOLEKTIF, PENGEMBANGAN PROFESIONAL DAN MENDAPAT
KESEMPATAN YANG SAMA
PENDIDIKAN YANG MENCIPTAKAN KESEMPATAN KEPADA
SEMUA PESERTA DIDIK UNTUK BEKERJASAMA, MENGGALI
KEMAMPUAN, KETERAMPILAN DAN ASPIRASI PESERTA DIDIK
YANG BERBEDA AGAR DAPAT DITINGKATKAN KETIKA MEREKA
BEKERJA SAMA DALAM SATU WADAH SECARA KOLABORATIF
PENDIDIKAN YANG MEMUNGKINKAN SEMUA PESERTA DIDIK
DAPAT BERPARTISIPASI PENUH DALAM BERKARYA DAN
BERKEHIDUPAN SESUAI KEBUTUHAN MEREKA

LANJUTAN
PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES YANG
MERUNTUHKAN HAMBATAN UNTUK
BELAJAR, DAN PARTISIPASI UNTUK SEMUA
PESERTA DIDIK UNTUK BELAJAR. DI SISI
LAIN, ADALAH KECENDERUNGAN UNTUK
MENYINGKIRKAN PERBEDAAN
PENDIDIKAN BAGI ANAK BANGSA SECARA
KEBHINEKAAN BAIK RERATA, YANG
BERKELEBIHAN DAN ATAU YANG
BERKEKURANGAN (CACAT, AUTIS, HYPER, IQ
DI ATAS RATA-RATA 120, DSB)

LANDASAN PENERAPAN
PENDIDIKAN INKLUSIF

LANDASAN FILOSOFIS
PANCASILA (DENGAN LIMA DASAR)
BHINEKA TUNGGAL IKA (DENGAN
KERAGAMAN BUDAYA, BAHASA,
AGAMA, SERTA KONDISI ALAM YANG
TERFRAGMENTASI SECARA
GEOLOGIS DAN GEOGRAFIS
KEINDONESIAAN

LANDASAN YURIDIS

Landasan yuridis internasional penerapan pendidikan inklusif adalah


Deklarasi Salamanca (UNESCO, 1994) oleh para menteri pendidikan se
dunia. Sebagai penagasan kembali Deklarasi PBB tentang HAM tahun
1948 dan berbagai deklarasi lanjutan yang berujung pada Peraturan
Standar PBB tahun 1993 tentang kesempatan yang sama bagi setiap
individu memperoleh pendidikan sebagai bagian integral dari sistem
pendidikan yang ada
Deklarasi Salamanca menekankan bahwa selama memungkinkan, semua
anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan
ataupun perbedaan yang mungkin ada pada peserta didik sebagai bagian
dari umat manusia
Di Indonesia, penerapan pendidikan inklusif dijamin oleh Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dalam
penjelasannya menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan untuk
peserta didik berkekurangan atau memiliki kecerdasan luar biasa
diselenggarakan secara inklusif

LANDASAN PEDAGOGIS
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 3
menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang
demokratis dan bertanggungjawab.
Seluruh peserta didik harus dibentuk menjadi
warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab,
yaitu individu yang mampu menghargai perbedaan dan
berpartisipasi dalam masyarakat. Tujuan ini mustahil
tercapai jika sejak awal, ada anak bangsa diisolasikan
dari teman sebayanya di lembaga pendidikan

LANDASAN EMPIRIS
Penelitian pendidikan inklusif telah banyak dilakukan di negaranegara barat sejak 1980-an, namun penelitian yang berskala besar
dipelopori oleh the National Academy of Sciences NaoS (Amerika
Serikat). Hasilnya menunjukkan bahwa klasifikasi dan penempatan
anak di sekolah, kelas atau tempat khusus tidak efektif dan
diskriminatif
Layanan ini merekomendasikan agar pendidikan khusus secara
segregatif hanya diberikan terbatas berdasarkan hasil identifikasi
yang tepat (Heller, Holtzman & Messick, 1982). Beberapa pakar
bahkan mengemukakan bahwa sangat sulit untuk melakukan
identifikasi dan penempatan anak secara tepat, karena karakteristik
mereka yang sangat heterogen (Baker, Wang, dan Walberg,
1994/1995).
Beberapa peneliti kemudian melakukan metaanalisis (analisis lanjut)
atas hasil banyak penelitian sejenis. Hasil analisis yang dilakukan
oleh Carlberg dan Kavale (1980) terhadap 50 buah penelitian, Wang
dan Baker (1985/1986) terhadap 11 buah penelitian, dan Baker (1994)
terhadap 13 buah penelitian menunjukkan bahwa pendidikan inklusif
berdampak positif, baik terhadap perkembangan akademik maupun
sosial anak dan teman sebayanya.

PRINSIP PENERAPANNYA
Pendidikan Inklusif merupakan
pendekatan strategis untuk mencapai
target pendidikan untuk semua (education
for all) dan pendekatan multicultural
Pendidikan inklusif perlu diterapkan
peraturan yang fleksibel ke dalam sistem
lokal sehingga memasukkan peserta didik
yang terpinggirkan untuk dapat mengecap
pendidikan yang wajar

DASAR PEMIKIRAN

Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan Pemerintah melindungi


segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa
UUD 1945 mengamanatkan, Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada TuhanYang Maha
Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa yang diatur dengan undang-undang
Bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta
relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi
tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan
pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan

PERSPEKTIF PENDIDIKAN INKLUSIF NASIONAL


MENUJU GLOBALISASI PENDIDIKAN
Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan Pemerintah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa
UUD 1945 mengamanatkan, Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada TuhanYang
Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang
Bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta
relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan
pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan

GLOBALISASI PDD (FRANCHISE)

INSSURANCE (JAMINAN MUTU & SKILL)


JAMINAN MANDIRI DAN PROFESIONAL
TERUKUR, TERSTANDAR TERKONTROL
RELEVANSI: SESUAI KEBUTUHAN DAN
HARAPAN STAKEHOLDER
OPTIMALISASI SUMBER BELAJAR (SAPRA)
OPTIMALISASI PEMBIAYAAN
OPTIMALISASI REWARD & KESEJAHTERAAN
FOKUS, LAYANAN PRIMA, INOVASI TIADA
HENTI, EVALUASI KOMPREHENSHIP
MELAYANI KEBHINEKAAN (HETEROGENITAS)
TANPA BATAS, PASAR BEBAS, KOMPETITIF

MEMBANGUN PENDIDIKAN INKLUSIF DI


SEKOLAH AGAMA DAN UMUM
LEMBAGA PENDIDIKAN HARUS MENERIMA
KEBHINEKAAN ANAK BANGSA DI MANAPUN
& DI LEMBAGA APAPUN DENGAN MENGAKUI
PERBEDAAN, KEMISKINAN, GENDER,
KECACATAN, KERAGAMAN BUDAYA DAN
BAHASA
LEMBAGA PENDIDIKAN HARUS MENJAMIN
SETIAP PESERTA DIDIK MENDAPATKAN HAKHAKNYA SECARA ADIL DALAM DUNIA
PENDIDIKAN (AMANAT UUD 45)
PESERTA DIDIK BERHAK MENDAPATKAN
HAK DASARNYA SESUAI SEMANGAT LIMA
SILA DALAM PANCASILA

MODEL PENDIDIKAN INKLUSIF


PENDIDIKAN INKLUSIF SELAIN DAPAT DILAKUKAN BAGI PENDIDIKAN AGAMA
JUGA DAPAT DIKOLABORASI DENGAN PENDIDIKAN UMUM YANG HARUS
HIDUP SEBAGAI LEMBAGA SOSIAL MASYARAKAT

ADA BEBERAPA TANGGA MENUJU MODEL PENDIDIKAN INKLUSIF


1. Pendidikan inklusif lebih bercorak sosial, tanpa meninggalkan corak
keagamaan
2. Memberi kesempatan pada santri untuk memperoleh pengalamanpengalaman kemasyarakatan dan sekaligus memanfaatkan mereka
kerja kemasyarakatan
3. Pendidikan inklusif menjadi pusat penerang pemikiran baru keagamaan
dan memperkenalkan pengetahuan dan pikiran-pikiran baru bagi usaha
membangun dan memodernisir masyarakat
4. Memanfaatkan semaksimal mungkin sumbangan pihak luar, pemerintah
atau instansi, sehingga dampaknya dapat dirasakan masyarakat luas
5. Proyek bersama pendidikan inklusif dan madrasah agar dapat maju
bersama dengan pekerjaan dan identitas masing-masing
6. Mencari kemungkinan-kemungkinan bekerjasama dengan unit produksi
atau tempat dan usaha lain untuk latihan kerja dan pendidikan kejujuran

LANJUTAN
7. Pendidikan Inklusif adalah integrasi dan sinergisitas atas miskinnya ilmu agama di
sekolah umum dan miskinnya ilmu umum di sekolah agama (baik sekolah biasa
atau unggulan)
8. Pendidikan inklusif mengadopsi inovasi kebutuhan masyarakat kekinian untuk
menjawab tantangan globalisasi dan free trade, dan dipersiapkan terhadap
kebutuhan modernitas yang berkembang sangat pesat, namun tetap memiliki akar
agama dan budaya yg kuat
9. Pendidikan inklusif satu alternatif pendidikan kontemporer, sekolah dengan metode
tampilan visi orientasi pada dataran realitas
10. Pendidikan inklusif mempersiapkan peserta didiknya menuju masa depan yang
bakal terjadi, dengan menawarkan nilai jual, bukan jual nilai yang kehilangan
realitasnya
11. Pendidikan inklusif dikelola secara profesional dan dilengkapi dengan fasilitas yang
memadai, seperti; gedung sekolah sampai tempat pemondokan disediakan
12. Pendidikan inklusif memiliki ingkungan pada dataran yang benar-benar alami yang
jauh dari polusi udara dan limbah kotoran
13. Pendidikan inklusif menekankan kedisiplinan belajar yang tinggi, tanpa tekanan
verbal dan tanpa kekerasan fisik, tapi lebih pada pendekatan penyadaran
14. Pendidikan inklusif merupakan jembatan antara dua sisi yakni kualitas ilmu-ilmu
umum dan kualitas ilmu-ilmu agama selain saintek yang dibutuhkan kekinian dan
masa depan

KURIKULUM PENDIDIKAN INKLUSIF DALAM


SISTEM PENDIDIKAN ISLAM
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

SIAPA YANG BELAJAR ? Peserta didik (santri, siswa, taruna)


APA YANG DIAJARKAN ? Materi dan kecakapan
MENGAPA MEREKA BELAJAR ? Kematangan & kedewasaa (tumbuh
dan kembang)
BAGAIMANA MEREKA BELAJAR ? Pedagogis, andragogis, Tekstual,
kontekstual, konstruksi, praktek, individu, bermasyarakat
BAGAIMANA MENGAJARKAN ? Kolaboratif, konvergensi, sinergis,
elaboratif, variatuif dan terukur
DI MANA MEREKA BELAJAR ? Sekolah, Asrama, Masyarakat
UNTUK APA MEREKA BELAJAR ? Untuk hidup mandiri dan profesional
(hasanah fiddun ya wal akhirah)
SIAPA YANG MENGAJARKAN ? Kiyai, Ustd, Ustadzah, dan guru
APA KOMPETENSI YANG INGIN DICAPAI ? Siap ilmu/akademis,
terampil/praktisi, Siap hidup/mandiri
APA ALAT UKUR BELAJAR ? Sesuai kompetensi yang ditagih belajar
SIAPA YANG MENGUKUR BELAJAR ? Pembelajar (Kiyai, Ustd,
Ustadzah, dan guru)

LANJUTAN
Kurikulum Pendidikan Inklusif, harus
merefleksikan:
1. Implementasi pedagogi yang menekankan kualitas,
profesionalitas, kedalaman dan kecakapan
2. Aspek materi & ktp harus disesuaikan dan harus memenuhi
kebutuhan kelompok-kelompok siswa yang beragam
3. Kebutuhan intelektual peserta didik berangkat atas komunitas
lokal berbasis pengalaman pendidikan, sehingga harus
dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa yang beragam
4. Evaluasi kurikulum, dilakukan atas kepedagogian dengan
sistem penilaian yang dapat membuktikan bahwa semua
aspek pengetahuan/kognisi, afeksi, keterampilan, dan
pengalaman dapat diukur dengan baik
5. Desain pembelajaran harus dirancang sesuai dengan
kebutuhan dan keragaman kelompok yang beragam

LANJUTAN
6. Guru mejadi pembangun jembatan pengetahuan dan keterampilan yang
akan membawa siswa dari rumah mereka dan dari masyarakat mereka
dengan pemberian pengetahuan dan keterampilan yang mereka
butuhkan dalam realitas
7. Semua siswa diberi pengajaran eksplisit, bertahap dan terukur sesuai
yang mereka butuhkan untuk sukses di sekolah dan di luar sekolah
nantinya
8. Siswa diakui sebagai mitra dalam mengajar atau dalam proses
pembelajaran dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bersuara,
berkomunikasi, misalnya melalui negosiasi kurikulum dan sistem
penilaian (egaliter dan demokratis)
9. Kurikulum dapat di desain secara variatif yang mengantarkan peserta
didik menuju, akademisi/ilmuan atau ulama, praktisi karir, teknokrat,
budayawan, jurnalis dsb.
10. Setiap jenjang pendidikan, memiliki bank bakat yang dikawal hingga ke
jenjang selanjutnya, sampai dapat disemai menjadi akademisi
ulama/ilmuan atau praktisi profesional

KOMPETENSI GURU DALAM


PENDIDIKAN INKLUSIF
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

KOMPETENSI PEDAGOGIS (Pembelajaran)


KOMPETENSI KEPRIBADIAN (karakter)
KOMPETENSI SOSIAL (kemasyarakatan)
KOMPETENSI PROFESIONAL (keilmuan dan ktp)
KOMPETENSI BAHASA & KOMUNIKASI
KOMPETENSI BUDAYA (LOKAL, NAS, GLO)
KOMPETENSI SPIRITUAL & AKHLAQ
KOMPETENSI TEKNOLOGI INFORMATIKA
KOMPETENSI ILMU DAN KETERAMPILAN
KOMPETENSI KEMANDIRIAN &
ENTREPRENEURSHIP
11. KOMPETENSI MANAJEMEN & ADM PENDIDIKAN

PENDIDIKAN INKLUSIF YANG


DIBUTUHKAN DALAM BINGKAI
KEBHINEKAAN DAN KE INDONESIAAN
KESEIMBANGAN ILMU AGAMA, UMUM, SAINTEK, IT
DAN BAHASA
KURIKULUM VARIATIF, ADAPTIF DAN ADAPTATIF
SESUAI KEKINIAN & MASA DEPAN
INSSURANCE (JAMINAN MUTU, SKILL, MANDIRI,
PROFESIONAL DAN AKHLAQ/KARAKTER)
RELEVAN DENGAN KEBUTUHAN STAKEHOLDER,
BANGSA DAN DUNIA
MENAMPUNG KEBERAGAMAN (KEBHINEKAAN)
MEMBUKA KETERJANGKAUAN SEMUA
MEMILIKI BUDAYA AKADEMIS YANG KETAT DAN
TINGGI
DILAKUKAN BERASRAMA (BOARDING)

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK YANG


INKLUSIF (OUTPUT)
MEMILIKI KESEIMBANGAN ILMU AGAMA, UMUM,
SAINTEK DAN BAHASA
MENJADI ANAK ZAMAN YG ADAPTIF DAN ADAPTATIF
SESUAI KEBUTUHAN KEKINIAN & MASA DEPAN
BERIMTAK, BERMUTU, SKILL, MANDIRI, PROFESIONAL,
CERDAS, DAN BERAKHLAQ/BERKARAKTER KEINDONESIAAN, BERBUDAYA DAN AGAMIS (ISLAMI)
RELEVAN DENGAN KEBUTUHAN STAKEHOLDER,
BANGSA DAN DUNIA
MEMILIKI BUDAYA AKADEMIS YANG KETAT DAN TINGGI
SIAP HIDUP BERDAMPINGAN DALAM KEBHINEKAAN
BAIK DALAM SKALA LOKAL, NASIONAL DAN GLOBAL
TETAP DALAM KARAKTER DAN KEPRIBADIAN
INDONESIA

DARI MANA KITA MULAI

INOVASI SISTEM PENDIDIKAN (UU)


INOVASI SISTEM ANGGARAN
INOVASI KURIKULUM
INOVASI PEMBERDAYAAN SDA, SDM & MASYAR.
INOVASI LINKAGE/RELEVANSI AKADEMIK DAN
KARIR
INOVASI MANAJEMEN LEMBAGA, SDM,
KESEJAHTERAAN
INOVASI PROTEKSI SDM PENDIDIKAN DAN
KELEMBAGAAN
INOVASI KEDITERIMAAN SDM DI DAERAH

BAGAIMANA DENGAN PENDIDIKAN


AGAMA (ISLAM)
1. 90% PENDIDIKAN AGAMA (ISLAM) ADALAH SWASTA 10% NEGERI
2. PERLU VERIFIKASI KELAYAKAN PDD ISLAM DENGAN STANDAR
YANG TERUKUR DAN JAMINAN THD PESERTA DIDIKNYA
3. PERLU MERGER BAGI YANG TIDAK DAPAT MEMENUHI TAGIHAN
STAKEHOLDER, DAN MENGIKUTI KOMPETISI NASIONAL DAN
GLOBAL
4. SELAIN MASYARAKAT, PEMERINTAH BERKEWAJIBAN
MENGANGGARKAN BIAYA PENDIDIKAN SWASTA SECARA LAYAK
SELAIN SEKOLAH NEGERI
5. SETIAP DAERAH HARUS MELAKUKAN PROTEKSI TERHADAP
SDM DAN PENDIDIKAN
6. PERLU KESEIMBANGAN DALAM PEMBERDAYAAN ASET
BANGSA, BUMI, TANAH DAN AIR DALAM PERSPEKTIF
PENGEMBANGAN SDA DAN SDM
7. MEMBUKA RUANG BAGI PENDIDIKAN ISLAM INKLUSIF

Anda mungkin juga menyukai