Anda di halaman 1dari 17

LANDASAN PSIKOLOGI

PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN


KELOMPOK I
MUSMA RUKMANA 161051301027
NURUL NISA MUHAMMAD 161051301028
SABRIANI TAHIR SUNUSI 161051301030
MEGAWATI 161051301034
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. ABDUL HADIS, M.Pd

Pengertian Psikologi Pendidikan


Psikologi adalah studi ilmiah
tentang perilaku dan proses
mental. Psikologi pendidikan
adalah cabang ilmu psikologi
yang mengkhususkan diri pada
cara memahami pengajaran dan
pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan (Santrock, John W,
2004).

Perintis Sejarah Psikologi Pendidikan


Bidang psikologi pendidikan
didirikan oleh beberapa perintis
bidang psikologi sebelum awal
abad ke-20. Ada tiga perintis
terkemuka yang muncul di awal
sejarah psikologi pendidikan,
yaitu:

William James
(Sumber: wikipedia.com)

William mengatakan bahwa


eksperimen psikologi di laboratorium
sering kali tidak bisa menjelaskan
kepada kita bagaimana cara
mengajar anak secara efektif.

Edward Lee Thorndike


(Sumber: wikipedia.com)

Thorndike berpendapat bahwa salah


satu tugas pendidikan di sekolah yang
paling penting adalah menanamkan
keahlian penalaran anak.

Kita banyak mendapat ide penting dari


John Dewey, yaitu:
1. Kita mendapatkan pandangan
tentang anak sebagai pembelajar
aktif (active learner).
2. Kita mendapatkan ide bahwa
pendidikan seharusnya difokuskan
pada anak secara keseluruhan
dan memperkuat kemampuan
anak untuk beradaptasi dengan
lingkungannya.
3. Kita mendapat gagasan bahwaa
semua anak berhak mendapat
pendidikan yang selayaknya.
John Dewey
(Sumber: wikipedia.com)

Model-model Belajar Siswa


1. Model Belajar Carroll
2. Model Belajar-Murid Bloom
3. Model Belajar Glaser
4. Model Belajar-Murid Sintetik

Model Belajar Carroll


Menurut Carroll (1963), komponen utama
belajar adalah waktu. Derajat belajar
merupakan fungsi waktu yang dihabiskan,
dibagi dengan waktu yang direncanakan.
Adapun persamaan Carroll, sebagai
berikut:

Dalam model ini, kemampuan siswa


memahami pengajaran merupakan suatu
faktor dalam belajar efektif (Soedomo,
1990)

Model Belajar-Murid Bloom


Bloom (1976) berpindah dari
penekanan pada waktu untuk tugas
kepada sejarah belajar siswa dan
apakah pengajaran didekati secara
peka dan sistematik. Apa yang
dipelajari oleh seseorang di dunia ini,
hampir semua orang dapat belajar
jika diberi kondisi belajar lebih dulu
dan sekarang. Kunci keberhasilan
belajar kurang terletak pada waktu
dan lebih pada seberapa besar
siswa dapat dimotivasi dan dibantu
untuk membenahi kesulita-kesulitan
belajarnya pada titik genting dalam
proses belajar.

Model Belajar Glaser


Glaser mengidentifikasi empat komponen yang dipertimbangkan merupakan hakekat bagi upaya yang
menghasilkan belajar siswa, sebagai berikut:

Melibatkan analisis penampilan kecakapan (dalam hal ini hasilan yang


diantisipasi).

Suatu paparan keadaan awal pelajar yang mirip dengan masukan tingkah laku
kognitif menurut Bloom.

Transformasi antara keadaan awal dengan keadaan kecakapan, ini merupakan


sumbangan unik dari model jenis Glaser.

Suatu asesmen terhadap pengaruh pelaksanaan pengajaran.

Model Belajar-Murid Sintetik


Barry J. Fraser mengemukakan sejumlah unsur kriteria model belajar-murid sintetik, sebagai berikut:
1

Pengaturan-ulang ini menempatkan siswa di pusat berbagai pengaruh

Ada pemberian umpan balik di antara setiap unsur.

Hasilan proses belajar merupakan hal yang secara khas mempengaruhi pengajaran.

Model ini bukan hanya memiliki keluaran kognitif, tetapi juga memiliki keluaran afektif.

Peranan proses belajar dan gaya belajar secara jelas dirincikan.

Keluaran terdapat baik untuk hasilan belajar kognitif khusus maupun umum.

Memusatkan perhatian pada individu sebagai bagian sistem sosial

Motif Berprestasi Siswa


McClelland meneliti motif berprestasi
dalam hubungannya dengan
pertumbuhan ekonomi. Motif berprestasi
merupakan suatu hasrat untuk
melakukan segala sesuatu sebaikbaiknya, bukan demi memperoleh
penghargaan sosial atau prestise,
melainkan untuk mencapai kepuasan
di dalam batin individu itu sendiri.

David C McClelland
(Sumber: wikipedia.com)

Menurut McClelland dalam Soedomo (1990), orangorang yang bermotif prestasi tinggi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:

1. Memikul
resiko yang tidak
terlalu besar
menurut
keahlian/kemam
puannya

2. Berkegiatan
dengan penuh
semangat
dan/atau
berdaya cipta

3. Memiliki
tanggung jawab
pribadi

4. Mempunyai
pengetahuan
mengenai hasilhasil
keputusan/tindak
an

5. Meminati
pekerjaan
kewirausahaan
sebagai akibat
dari martabat
dan sikap
beresiko
mereka

lanjutan
Penemuan terpenting dari penelitian
mengenai motif-berprestasi adalah bahwa
motif-berprestasi bukan pembawaan. Motif
berprestasi terbukti dapat diperoleh anakanak pada awal usianya, sekitar umur 8-10
tahun, sebagai hasil cara mendidik dan
mengasuh orang tua mereka. Latihanlatihan kemandirian dapat meningkatkan
motif berprestasi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Siswa


Melalui meta-analisis dikelompokkan 7 variabel besar yang mempengaruhi belajar
siswa, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Sekolah
Haertel dan sejawatnya menemukan bahwa variabel lingkungan yang
paling mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kepuasan, kesulitan
tugas dan arah tujuan.
Dari
Haladyna dan Shaughnessy
ditemukan
penelitian
simpulan yang mirip mengenai pengaruh
ini,bahwa iklim yang
lingkungan belajar,
kelihatan prestasi secara
kooperatif mempengaruhi
nya latar berpengaruh
positif. Upaya individualistik
kecilyang
sekali.
kooperatif
dalam
lingkunga
n belajar
dapat
memiliki
pengaruh
positif
terhadap
belajar di

2. Faktor Sosial

3. Faktor Guru

Menurut Nana Syaodih


Sumadinata (2004:44), bahwa
banyak faktor yang
mempengaruhi perilaku
individu, baik bersumber dari
dalam dirinya (faktor internal)
ataupun berasal dari luar
dirinya (faktor eksternal).
Faktor internal diperoleh dari
hasil keturunan dan faktor
eksternal merupakan segala
hal yang diterima individu dari
lingkungannya (Masdudi, 2012)

Keberhasilan suatu proses


pembelajaran sangat ditentukan oleh
kualitas dan kemampuan guru, hal ini
sesuai dengan yang dinyatakan oleh
Norman Kirby dalam Wina (2006:50)
menyatakan: One underlying
emphasis should be noticeable : that
the quality of the teacher is the
essential, constant feature in the
success of any educational system.
(Riyani, Yani, 2012)

5. Faktor Siswa
4. Faktor Pengajaran
Faktor pengajaran dapat
dibagi menjadi tiga segi
yaitu kualitas, kuantitas
dan bahan pengajaran
atau kurikulum

Dorongan yang ada dalam diri siswa


ini akan menyertai siswa tersebut dari
awal kegiatan belajarnya sampai
siswa tersebut merasa cukup untuk
mencapai tujuan belajarnya.
Dorongan motivasi tersebut akan
sangat mempengaruhi bagaimana
siswa tersebut mampu belajar dengan
baik.

6. Metode Pengajaran

7. Faktor Proses Belajar

Metode digunakan untuk


merealisasikan strategi yang
telah ditetapkan. Keberhasilan
implementasi strategi
mengajar sangat tergantung
pada cara guru menggunakan
metode mengajar, karena
suatu strategi mengajar hanya
mungkin dapat
diimplementasikan melalui
penggunaan metode
mengajar (Septiana, Anisa,
2016)

Proses belajar mengajar yang


efisien akan sangat
berpengaruh terhadap tingkat
keberhasilan siswa yang
dinyatakan dengan prestasi
belajar. Prestasi belajar
merupakan hasil penilaian
atas kemampuan, kecakapan
dan keterampilanketerampilan tertentu yang
dipelajari selama masa
belajar (Riyani, Yani, 2012).

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai