Anda di halaman 1dari 30

Manajemen Terapi Jerawat

A REVIEW OF PHYTOTHERAPY OF ACNE


VULGARIS: PERSPECTIVE OF NEW
PHARMACOLOGICAL TREATMENTS

EFEK ANTIBAKTERI
(ECHINACEA PURPUREA )

A review of phytotherapy of acne vulgaris: Perspective of new


pharmacological treatments

Echinacea purpurea memiliki aktivitas


penghambatan tinggi terhadap strain P. acnes dan
beberapa isolat klinis. Ekstrak purpurea E. juga
membawa tingkat sitokin pro-inflamasi, termasuk
IL-6 dan IL-8 (CXCL8) kembali normal.

Farmakologi
principles and practice of phytotherapy

Efek farmakologi : meningkatkan kekebalan tubuh terhadap

alergi, autoimun, dan infeksi terutama pada saluran


pernafasan atas, membantu pemulihan dari kemoterapi,
antiinflamasi terutama untuk sediaan topikal.
Penggunaan terapi tradisional : untuk terapi infeksi bakteri,
virus dan protozoa pada saluran pencernaan, saluran
pernafasan, dan saluran kemih, setikemia ringan, lemah,
adanya tekanan atau ketidak seimbangan kekebalan tubuh
termasuk alergi dan penyakit autoimun, inflamasi dan
kondisi pirulen seperti jerawat, abses, dan furunkulosis.
Topikal untuk penyembuhan luka, inflamasi kulit, dan
infeksi bakteri.

Farmakognosi
principles and practice of phytotherapy

Echinacea merupakan anggota keluarga dari

Compositae (Asteraceae, daisy) yang tumbuh dengan


ketinggian 50-180 cm yang bergantung pada spesies.
Kepala bunga khas yang terdiri dari warnanya putih,
terdapat kuntum ray terkulai bewarna ungu dan
berbentuk kerucut yang terdiri dari banyak tubular. E.
Purpurea ukurannya besar, berbentuk telur, daun
bergerigi, dan kuntum bewarna ungu cerah.

Akar

Bagian udara (aerial


parts)

Alkamida : sebagian besar

isobutilamida (yang
menyebabkan rasa
kesemutan pada mulut)
Asam ester caffeic : asam
chicoric
Minyak atsiri : 16
poliasetil, 10,17
polisakarida, 18 alkaloid
pyrrolizidine non-toksik

Alkamida
Asam ester caffeic : asam

chicoric dan asam caftaric


Flavonoid : 20 minyak
essensial, 16 polisakarida

Alkamida
Alkamida pada akar jumlahnya lebih banyak di

bandingkan dengan bagian udara.


Alkamida yang mendominasi adalah jenis
dodecatetraene.
Pada penelitian, kandungan alkamida akan menurun
yang bergantung pada lama penyimpanan. Alkamida
cepat terdegradasi dalam larutan, senyawa fenolik
dapat bertindak sebagai antioksidan.
Berdasarkan waktu paruhnya, alkamida dalam bentuk
ekstrak di sarankan karena stabilitasnya baik.

Polisakarida
Polisakarida lebih banyak di bagian udara.
Dari penelitian isolasi, di hasilkan fraksi tinggi protein

arabinogalacton dari ekstrak air akar E. Purpurea.


Sebuah proyek penelitian yang luas mengisolasi dua
polisakarida (I dan II) dari E. bagian purpurea udara yang
secara struktural ditandai sebagai heteroxylan (berat molekul 35
000) dan asam arabinorhamnogalactan (berat molekul 450
000). Hasilnya menyiratkan bahwa polisakarida mungkin tidak
hadir dalam jumlah yang cukup untuk mempengaruhi
farmakologi ekstrak berair (hidrofilik) dari akar Echinacea
kering (bahkan jika polisakarida yang bioavailable) dan absen
dari ekstrak air-etanol (lipofilik) Echinacea akar disusun dengan
menggunakan lebih dari 40% ethanol, tidak seperti alkylamides.

The Potential Use of Echinacea in Acne: Control of


Propionibacterium acnes Growth and Inflammation
Senyawa aktif spesifik yang bertanggung jawab

sebagai antibakteri dari E. Pupurea belum


teridentifikasi.
Polisakarida, derivatif asam caffeic, dan alkamida
merupakan konstituen yang di curigai dapat
memberikan efek biologis, namun tidak ada bukti
yang menunjukkan bahwa secara individu sebagai
senyawa aktif spesifiknya.
Polyynes (poliasetilen) yang sering di temukan pada
ekstrak Echincea di kenal memiliki sifat antibakteri.

Farmakokinetika
principles and practice of phytotherapy

Peneliti menggunakan monolayer Caco-2 sebagai model in

vitro permeabilitas usus, alkamida tetraene menunjukkan


difusi pasif cepat saat melintasi membran buatan tersebut,
namun derivatif asam caffeic, seperti asam chicoric dan
achinacosida menunjukkan permeabilitas yang rendah.
Alkamida tertraene menunjukkan absorpsi yang cepat
setelah pemberian dosis oral pada tikus (2,5 mg/kg) dan
muncul di otak setelah 8 menit.
Cmax dalam plasma adalah 26,4 ng/ml, sedangkan di otak
33,8-46,0 ng/ml. Hal tersebut menunjukkan bahwa
alkamida mampu menembus sawar otak.

Sebuah penelitian lain pada tikus menemukan bahwa

bioaavailabilitas alkamida tetraene adalah 29,2% yang


meningkat menjadi 47,1% dari pemberian 60%
ekstrak etanol akar E. Purpurea. Namun, administrasi
ekstrak tidak berdampak pada Cmax, tidak
meningkatkan eksposur darah dengan
memperpanjang waktu paruh.
Pada penelitian yang menggunakan manusia di
sebagai objeknya di Australia, menunjukkan bahwa
alkamida di absorpsi dan tetap terdeteksi 12 jam,
Tmax 2-3 jam, dan Cmax 336 ng/ml.

Bioavailabilitas sediaan tablet dan larutan dengan

dosis sama dari ekstrak E. Purpurea tidak


menunjukkan perbedaan yang siginifikan. Tmax
sediaan larutan adalah 20 menit, sedangkan sediaan
tablet adalah 30 menit. Tidak ada bukti baik untuk
induksi atau inhibisi metabolisme alkamida,
sebagaimana di buktikan oleh konsistensi eliminasi,
waktu paruhnya sekitar 1,5 jam dan Cmax (Sekitar 100
ng/ml) sama pada awal dan akhir pengujian.
Bioavailabilitas sediaan lozenges menunjukkan Cmax
8,88 ng/ml yang di capai pada 19 menit.

Studi farmakokinetik menunjukkan bahwa first-pass

metabolism alkamida besar, yang berdasarkan


penilitian secara in vitro pada metabolisme hepatik
alkamida menggunakan mikrosom hati manusia.

Farmakodinamika
principles and practice of phytotherapy

Efek antimikroba
Echinacoside menunjukkan aktivitas antimikroba yang

rendah pada Staphylococcus aureus.


Poliasetilen dari akar E. purpurea menunjukkan aktivitas
bakteriostatik dan fungistatik terhadap Eschericia coli
dan Pseudomonas aeruginosa.
Ekstrak E. Purpurea menunjukkan aktivitas
penghambatan yang rendah pada Trichomonas vaginalis
dan Epidermophyton interdigitale.
E. purpurea juga memiliki aktivitas antileishmanial dan
antiadhesi.

The Potential Use of Echinacea in Acne: Control of Propionibacterium acnes


Growth and Inflammation

Aktivitas antibakteri
Echinacea purpurea dapat menonaktifkan P. Acnes dan

menghambat efek pro-inflamasi.


Pada penelitian ini, bakteri di induksi dengan sitokin proinflamasi pada 3 baris sel, ternyata bakteri di hambat oleh
Echinacea purpurea yang menunjukkan bahwa ekstrak dapat
memberikan efek ganda untuk jerawat (antibakteri dan
antiinflamasi).
Dari induksi sitokin pro-inflamasi, IL-6,IL-8, dan sedikit
TNF- dapat memberikan respon inflamasi dan di harapkan
untuk menyebabkan masuknya leukosit. Selain itu, sekresi
GROa biasanya menghasilkan daya tarik monosit.

Selain memiliki manfaat sebagai antibakteri dan

antiinflamasi, ternyata E. Purpurea juga bermanfaat


sebagai antiviral, tindakan modulasi kekebalan
tubuh, antioksidan, dan berguna untuk
penyembuhan luka.

Tata laksana terapi

EFEK ANTIOKSIDAN
(GARCINIA MANGOSTANA)

A review of phytotherapy of acne vulgaris: Perspective of new


pharmacological treatments
G. Mangostana memiliki aktivitas antioksidan yang paling

signifikan yaitu dengan mengurangi ROS (spesies oksigen reaktif),


molekul yang dapat menghasilkan radikal bebas.

G. Mangostana juga dapat memberikan efek antiinflamasi dengan


mengurangi produksi TNF-.

Ekstrak kulit buah muda mengandung fenolat dan tanin yang

tinggi dan memiliki aktivitas pengambilan radikal bebas yang


tinggi dari pada kulit buah matang. Tingginya kandungan flavonoid
dan -mangostin xanthone menunjukkan tingginya aktivitas anti
jerawat yang di sebabkan oleh produksi aktivitas bakteri.

Farmakologi
Garcinia mangostana L: A Phytochemical and Pharmalogical Review

Efek farmakologi :
Lambung buah : anti parasit pada terapi disentri,

penyembuh luka, nanah, dan ulkus kronis.


Daun dan kulit buah : antiinflamasi, untuk terapi
eksim, hiperkeratoris, dan gangguan kulit lainnya
seperti psoriasis.
Kulit buah : meringankan diare, sistitis, gonore, dan
gleet.
Akar : mengobati gangguan menstruasi

Farmakognosi
Garcinia mangostana L: A Phytochemical and Pharmalogical Review

Genus garnicia (Clusiaceae) meliputi 50-300 spesies yang tersebar di

asia, australia, negara tropis, afrika selatan, dan polinensia.


Kebanyak menghasilkan buah yang dapat di makan, seperti G.
mangostana.
Morfologi : pohon tumbuh tegak lambat dan terdapat mahkota
piramida, ketinggian 6-25 m, dan kulit pohon bewarna coklat gelap
atau hampir hitam. Kulit bagian dalam mengandung getah kuning,
lateks pahit. Daun berlawanan, pendek mengintai, bentuknya elips,
memiliki dasar cuneate, mengandung banyak pembuluh, tebal
bewarna hijau gelap dan mengkilap pada bagian atas. Lebar
bunganya 4-5 cm, 4 bulat telur, kelopak berdaging, kelopak bewarna
hijau, banyak benang sari, dan tidak ada kepala sari. Buah bewarna
gelap-ungu kemerahan, kulit buah tebal, kulitnya mengandung lateks
kuning pahit dan ungu, dan mungkin tanpa biji atau hanya 1-5 biji.

anti-acne activity of Garnicia mangostana L. : A Review


Dengan adanya kemajuan teknologi dalam

kromatografi dan penjelasan struktural memberikan


wawasan yang luas untuk kandungan aktif yang
bertanggung jawab dalam banyaknya sifat obat. G.
mangostana mengandung lebih dari 60 xanthone
selain tanin, flavonoid, dan senyawa fenolik, yang
bertanggung jawab sebagai antiinflamasi dan
antioksidan. Beberapa senyawa di temukan pada kulit
buat, seperti, senyawa utama, -mangostin, yang juga
di katakan memiliki efek anti bakteri yang dapat
melawan bakteri penyebab jerawat.

anti-acne activity of Garnicia mangostana L. : A Review

Garcinia mangostana L: A Phytochemical and Pharmalogical Review

Metabolit sekunder bioaktif

utama adalah turunan


xanthone, kandungan
utama dari fraksi xanthone
adalah -mangostin dan mangostin.
Banyak penelitian yang
fokus pada ektraksi dan
penjelasan struktur
xanthone dari lambung
buah atau pericarp buah.

Farmakodinamik
anti-acne activity of Garnicia mangostana L. : A Review

Penelitian pemanfaatan kulit buah manggis untuk

mengobati jerawat relatif baru dan telah banyak


peneliti yang belum mengetahui senyawa individu
yang berkontribusi pada aktivitas anti-jerawat.
Namun, senyawa utama, -mangostin sudah di
pastikan memiliki aktivitas anti bakteri pada
penyebab jerawat, yaitu Propinobacterium acnes dan
Staphilococcus epidermidis.
Secara keseluruhan, efek antiinflamasi, antioksidan,
dan antibakteri berperan langsung untuk penargetan
patogenesis jerawat.

Garcinia mangostana L: A Phytochemical and


Pharmalogical Review

Ekstrak G. mangostana dilaporkan memiliki sangat baik

tindakan antioksidan berdasarkan uji oleh 2,2-difenil-1pikrilhidrazil radikal (DPPH). Ekstrak dapat menghambat
50% radikal bebas pada konsentrasi dari 6.13 mg / mL. Selain
itu, ekstrak ini menunjukkan penghambatan tinggi pada
produksi TNF- yang dihasilkan dari sel mononuklear darah
perifer (PBMC) dirangsang dengan acnes Propionibacterum.
Oleh karena itu tanaman ini adalah diklaim memiliki efek
antiinflamasi yang luar biasa dan untuk mengurangi
kerusakan sel. pekerjaan lain yang menunjukkan tinggi sifat
antioksidan xanthone yang diterbitkan oleh Dalam kertas mangostin adalah mengaku mencegah oksidasi low density
lipoprotein (LDL), sehingga menjadi zat ampuh untuk
mencegah perkembangan aterosklerosis.

Farmakokinetik
Pharmacokinetic characterization of mangosteen (Garcinia mangostana) fruit
extract standardized to -mangostin in C57BL/6 mice

-mangsotin dapat mencapai Cmax 1382 nmol/L,

Tmax 0,5 jam, dan waktu paruh 5 jam.


Gugus hidroksil yang terdapat pada -mangsotin ,
yang berfungsi sebagai penengah sistem enzim
glusuronosiltransferase, sehingga mengakibatkan
glukoronidasi dan eliminasi yang cepat.

Tata Laksana Terapi

Echinacea purpurea (principles.., 517)-antibakteri


Vitex agnus-castus L. (principles.., 482)
Crataegus spp. (principles.., 664)
Filipendula ulmaria L. (principles,..735)
Phytolacca decandra L. (principles,..788)
Curcuma longa L. (principles,..893)-antioksidan

Anda mungkin juga menyukai