Anda di halaman 1dari 16

Deodoran / Antiprespiran

Kelompok 3:
1. Steffi Liem
2. Magfira
3. Athiyah
4. Sukmawati
5. Arlinda
6. Ichsan Candra
7. Febri

Axilla Anatomy
1.
2.
3.
4.
5.

pectoralis major muscle


deltoid muscle
biceps brachii muscle
coracobrachialis muscle
groove of axillary nerves
and vessels
6. long head of triceps
muscle
7. teres major muscle
8. latissimus dorsi muscle

Mekanisme Terjadinya Bau


Badan
Kelenjar apokrin berkembang sejak anak2 dan fungsinya mulai
bekerja pd saat terjadinya pubertas. Kelenjar ini terdapat di axila
dan bagian urogenital, saluran eksresinya terbuka melalui folikel
rambut. Sekresi dari kelenjar apokrin adalah hasil dari stimulasi
emosional sperti kegembiraan, kemarahan, dan ketakutan.
Hasilnya merupakan substansi berwarna putih yang terutama
mengandung asam-asam amino, lemak, kolesterol dan steroid, dan
memproduksi bau ketika di dekomposisi oleh micrococci dan
diptheroid bacteria, yg secara alami berada di permukaan kulit.
Kehadiran rambut meningkatkan bau axila, karena bertindak
sebagai pengumpul sekresi dan bakteri.

Teori Dasar
Deodorant dan antiperspirant merupakan sediaan
kosmetik yang umumnya berbentuk padat (stick dan
bedak), cair (roll on dan spray) dan semi padat (krim)
yang bertujuan untuk menghilangkan bau badan dan
mengurangi keringat
Syarat Deodorant
a.
b.
c.
d.

Dapat menghilangkan bau badan walaupun sifatnya


sementara
Tidak merangsang kulit atau tidak iritasi pada kulit
Dapat membunuh atau mengrangi aktivitas bakteri yang
tidak menguntungkan
Tidak beracun

Komposisi
Komponen yang digunakan dalam deodorant dapat berupa:
a. Pewangi atau parfum
b. Pembunuh mikroba : berupa antiseptic seperti
heksaklofofen, triklosan, sirih atau berupa antibiotic
topical seperti neomisin
c. Eliminasi bau: senyawa yang dapat mengikat,
menyerap atau merusak struktur bahan kimia bau
menjadi struktur yang tidak bau, misalnya risinoleat
d. Bahan aktif yang digunakan dalam deodorant dapat
berupa :
e. Pewangi atau parfum

Formula
A. Fase Minyak
Petrolatum 24%
Setil alkohol 1,5%
B. Fase Air
Deionzed water 54,5%
Almunium klorohidrat 20%
C. Parfum
q.s

Prosedur Kerja
1. Fase minyak (petrolatum dan setil
alkohol) dicampurkan secara terpisah
dengan fase air (almunium klorohidrat
dan air deion) masing-masing pada suhu
700 C
2. Secara perlahan-lahan tambahkan fase
air ke dalam fase minyak dan aduk
3. Dinginkan campuran sampai 400 C dan
tambahkan parfum
4. Homogenkan dan kemasan dalam wadah
yang sesuai.

Zat Aktif Yang Sering Digunakan :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

AluminumChlorohydrate
AluminumChlorohydrateSolution
AluminumSesquichlorohydrate
AluminumChlorohydrexPG
AluminumZirconiumTrichlorohydrate
AluminumZirconiumTrichlorohydrexGIy
AluminumZirconiumTetrachlorohydrate
AluminumZirconiumTetrachlorohydrexGIy
AluminumZirconiumTetrachlorohydrexGIySolution
AluminumZirconiumPentachlorohydrate

Mekanisme Kerja
Deodoran/Antiprespiran
Mengurangi keluarnya keringat berdasarkan
pengurangan jumlah keringat, perubahan
serangan bakteri sehingga bau badan dapat
dicegah. Penggunaan garam aluminium saja
dapat dianggap mempunyai efek antibakteri
karena menghasilkan pH asam dari proses
hidrolisis. Kulit dengan pH asam dianggap
merupakan pertahanan natural terhadap infeksi
bakteri dan jamur.

Evaluasi Sediaan
Organoleptis
Evaluasi organoleptis menggunakan panca
indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian,
konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek
responden (dengan kriteria tertentu) dengan
menetapkan kriterianya pengujianya (macam
dan item), menghitung presentase masingmasing kriteria yang di peroleh, pengambilan
keputusan dengan analisa statistik.
Evaluasi pH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter,
dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air
yang di gunakan untuk mengencerkan ,
kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan
agar mengendap, dan airnya yang di ukur

Evaluasi daya sebar


Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di
atas kaca yang berskala. Kemudian bagian atasnya
di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya,
dan di beri rentang waktu 1 2 menit. kemudian
diameter
penyebaran
diukur
pada
setiap
penambahan
beban,
saat
sediaan
berhenti
menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur ).
Evaluasi penentuan ukuran droplet
Untuk menentukan ukuran droplet suatu
sediaan krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara
menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada
objek glass, kemudian diperiksa adanya tetesan
tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.

Uji aseptabilitas sediaan.


Dilakukan pada kulit, dengan berbagai
orang yang di kasih suatu quisioner di
buat
suatu
kriteria
,
kemudahan
dioleskan, kelembutan, sensasi yang di
timbulkan,
kemudahan
pencucian.
Kemudian dari data tersebut di buat
skoring untuk masing- masing kriteria.
Misal untuk kelembutan agak lembut,
lembut, sangat lembut

Uji Iritasi
Dengan cara dicukur bulu kelinci pada bagian
yang akan dioleskan sediaan uji dan yang tidak
diberi sediaan uji, kemudian ditutup dengan perban
yang tidak rektif. Dibiarkan selama 24 jam. Setelah
24 jam perban dibuka dan area uji dibersihkan
dengan air untuk menghilangkan sisa bahan uji.
Pada waktu 24 dan 72 jam setelah pemberian sediaan
kedua area uji diperiksa dan diamati perubahannya
sebagai reaksi kulit terhadap zat uji dan dinilai
dengan cara memberi skor 0-4 tergantung tingkat
keparahan reaksi yang terlihat.

Masalah Dalam Sediaan


Cracking yaitu pemisahan fase
terdispersi
Creaming yaitu terbentuk emulsi yg
terkonsentrasi sehingga membentuk
krim
Flokulasi / Agregasi yaitu bersifat
reversibel (partikel-partikel saling
berkumpul)
Coalesensi yaitu aglomerat menjadi
globul yg lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai