Deodoran Atau Antiperpirant
Deodoran Atau Antiperpirant
Kelompok 3:
1. Steffi Liem
2. Magfira
3. Athiyah
4. Sukmawati
5. Arlinda
6. Ichsan Candra
7. Febri
Axilla Anatomy
1.
2.
3.
4.
5.
Teori Dasar
Deodorant dan antiperspirant merupakan sediaan
kosmetik yang umumnya berbentuk padat (stick dan
bedak), cair (roll on dan spray) dan semi padat (krim)
yang bertujuan untuk menghilangkan bau badan dan
mengurangi keringat
Syarat Deodorant
a.
b.
c.
d.
Komposisi
Komponen yang digunakan dalam deodorant dapat berupa:
a. Pewangi atau parfum
b. Pembunuh mikroba : berupa antiseptic seperti
heksaklofofen, triklosan, sirih atau berupa antibiotic
topical seperti neomisin
c. Eliminasi bau: senyawa yang dapat mengikat,
menyerap atau merusak struktur bahan kimia bau
menjadi struktur yang tidak bau, misalnya risinoleat
d. Bahan aktif yang digunakan dalam deodorant dapat
berupa :
e. Pewangi atau parfum
Formula
A. Fase Minyak
Petrolatum 24%
Setil alkohol 1,5%
B. Fase Air
Deionzed water 54,5%
Almunium klorohidrat 20%
C. Parfum
q.s
Prosedur Kerja
1. Fase minyak (petrolatum dan setil
alkohol) dicampurkan secara terpisah
dengan fase air (almunium klorohidrat
dan air deion) masing-masing pada suhu
700 C
2. Secara perlahan-lahan tambahkan fase
air ke dalam fase minyak dan aduk
3. Dinginkan campuran sampai 400 C dan
tambahkan parfum
4. Homogenkan dan kemasan dalam wadah
yang sesuai.
AluminumChlorohydrate
AluminumChlorohydrateSolution
AluminumSesquichlorohydrate
AluminumChlorohydrexPG
AluminumZirconiumTrichlorohydrate
AluminumZirconiumTrichlorohydrexGIy
AluminumZirconiumTetrachlorohydrate
AluminumZirconiumTetrachlorohydrexGIy
AluminumZirconiumTetrachlorohydrexGIySolution
AluminumZirconiumPentachlorohydrate
Mekanisme Kerja
Deodoran/Antiprespiran
Mengurangi keluarnya keringat berdasarkan
pengurangan jumlah keringat, perubahan
serangan bakteri sehingga bau badan dapat
dicegah. Penggunaan garam aluminium saja
dapat dianggap mempunyai efek antibakteri
karena menghasilkan pH asam dari proses
hidrolisis. Kulit dengan pH asam dianggap
merupakan pertahanan natural terhadap infeksi
bakteri dan jamur.
Evaluasi Sediaan
Organoleptis
Evaluasi organoleptis menggunakan panca
indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian,
konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek
responden (dengan kriteria tertentu) dengan
menetapkan kriterianya pengujianya (macam
dan item), menghitung presentase masingmasing kriteria yang di peroleh, pengambilan
keputusan dengan analisa statistik.
Evaluasi pH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter,
dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air
yang di gunakan untuk mengencerkan ,
kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan
agar mengendap, dan airnya yang di ukur
Uji Iritasi
Dengan cara dicukur bulu kelinci pada bagian
yang akan dioleskan sediaan uji dan yang tidak
diberi sediaan uji, kemudian ditutup dengan perban
yang tidak rektif. Dibiarkan selama 24 jam. Setelah
24 jam perban dibuka dan area uji dibersihkan
dengan air untuk menghilangkan sisa bahan uji.
Pada waktu 24 dan 72 jam setelah pemberian sediaan
kedua area uji diperiksa dan diamati perubahannya
sebagai reaksi kulit terhadap zat uji dan dinilai
dengan cara memberi skor 0-4 tergantung tingkat
keparahan reaksi yang terlihat.