2.
3.
4.
5.
FARMAKOTERAPI
SCHIZOPHRENI
A
KELOMPOK 2:
DEFINISI
schizophre
nia
Schizein
(terpisah/pec
ah)
Phrenia
(jiwa)
Tipe paranoid
ada delusi dan halusinasi, tetapi tidak ada
gangguan pemeriksaan, perilaku yang tidak
teratur , dan respon yang datar
Tipe disorganized
gangguan berpikir dan perasaan yang datar
terjadi bersama-sama
Klasifikasi
skizifrenia
Tipe katatonik
individu mungkin hampir tidak bergerak atau
menunjukan kegelisahan, atau gerakan yang
tidak ada tujuannya
Tipe
undifferentiated
ada gejala pisikotik namun tidak memenuhi
kriteria untuk jenis paranoid, disorganized , atau
katatonik
Tipe residual
gejala positif terjadi pada intensitas rendah saja
EPIDEMIOLOGI
1. Prevalensi penderita seumur hidup didunia sekitar
0,2 2%
2. Mula terjadi biasanya pada mulai remaja atau awal
dewasa, jarang terjadi pada sebelum remaja atau
setelah umur 40 tahun
.
Patofisiologi
1. Melibatkan dopaminergik dan serotonergik
Dalam hipotesis dopamin, dinyatakan
bahwa skizofrenia dipengaruhi oleh
a. aktifitas dopamin pada jalur mesolimbik dan
mesokrotis syaraf dopamin
b. Hiperaktivitas dopamin pada jalur
mesolombik menyebabkan gejala positif
c. kurangnya aktivitas dopamin pada jalur
mesokortis menyebabkan gejala negatif,
kognitif, dan afektif.
Sistem Dopamin
asal
inervasi
fungsi
Efek Antagonis
Dopamin
Nigrostriatal
Substansia nigra
(daerah A9)
Nukleus caudate
Putamen
Sistem ekstrapiramidal,
gerakan
Gangguan gerakan
Mesolimbik
Midbrain ventral
tegmentum (daerah
A10)
Daerah limbik
(contoh: amygdala,
olfactory, tuberde,
septal, nuclei),
cigulate gyrus
Mengurangi gejala
psikosis
Mesokortikal
Midbrain ventral
tegmentum
(daerah A10)
tuberoinfundibular
Hipotalamus
Kelenjar pituitari
Mengatur pelepasan
prolaktin
Meningkatkan
konsentrasi prolaktin
ETIOLOGI
1. Faktor biologi (teori somatogenesis)
a. genetic (keturunan)
b. Biochemistry (ketidakseimbangan
kimiawi otak)
c. Neuroanatomy (abnormalitas struktur
otak)
2. Faktor psikis (Teori Psikogenik)
Disebabkan oleh suatu gangguan
fungsional. Dan penyebab utamanya adalah
konflik, stres psikologik
Halusinasi
Gangguan
ingatan
Perilaku aneh,
Avolition (kehilangan
tidak terorganisir
motifasi)
Anhedonea atau
topik melompat-
asosiality (kurangnya
kemampuan untuk
berhubungan
merasakan kesenangan,
mengisolasi diri dari
kehidupan sosial)
Elusi
Tidak mampu
berkosentrasi
Gangguan
fungsi
melakukan
pekerjaan
tertentu
DIAGNOSIS
Tatalaksana Terapi
1. Tujuan Terapi
mengembaikan fungsi normal pasien
dan mencegah kekambuhan.
2. Sasaran Terapi
a. Pada fase akut mengurangi atau
meghilangkan gejala psikotik dan
meningkatkan fungsi normal pasien
b. fase stabilisasi mengurangi resiko
kekambuhan dan meningkatkan
adaptasi pasien terhadap kehidupan
dalam masyarakat
STRATEGI TERAPI
Terapi stabilisasi
dilakukan setelah gejala psikotik akut telah
dapat dikendalikan. Tujuan pengobatan
dalam fase stabilisasi adalah untuk
mencegah kekambuhan, mengurangi gejala,
dan mengarahkan pasien kedalam tahap
pemulihan yang lebih stabil.
Terapi tahap
pemeliharaan
terapi pemulihan jangka panjang skizofrenia.
Terapi fase pemeliharaan bertujuan untuk
mempertahankan kekambuhan dan
mengontrol gejala
Non Farmakologi
Ada beberapa jenis pendekatan
psikososial untuk skizoprenia, antara lain
adalah
A.Program for Assertive Community
Treatment (PACT),
B. intervensi keluarga,
C. terapi perilaku kognitif (cognitive
behavioural theraph, CBT) dan
D.pelatihan keterampilan social.
E.Terapi elektrokonvulsif
(Electroconvulsive therapy, ECT)
Terapi Farmakologi
(Menggunakan obat-obat antipsikotik
untuk memodulasi neurotransmiter
yang terlibat)
CONTOH OBAT
Antipsikotik tipikal
(FGA)
Klorpromazin
Tioridazin
Mesoridazin
Flufenazin
Perfenazin
Thiotixene
Haloperidol
Loxapin
Molindon
Antipsikotik atipikal
(SGA)
Clozapin
Risperidon
Olanzapin
Quetiapin
Ziprasidon
Aripiprazo
FASE AKUT
TERAPI STABILISASI
TERAPI PEMELIHARAAN
Tujuan : mencegah kekambuhan
harus diberikan sedikitnya sampai setahun sejak sembuh dari
episode
akut
bahkan untuk bisa lebih berhasil perlu terapi selama
sedikitnya 5
tahun, kemudian dosis pada diturunkan perlahan-lahan
terapi pemeliharaan dapat diberikan dalam dosis setengah dari
dosis
akut
bagi pasien yang kepatuhannya rendah ada obat yang dibuat
dalam
formulasi depot contoh : flufenazin dekanoat atau haloperidol
dekanoat dapat diberikan setiap 2 -4 minggu sekali secara i.m.
tetapi formulasi depot ini hanya dapat diberikan jika pasien telah
memiliki dosis efektif p.o yang stabil
Recently : Risperidon long acting dg dosis 25-50 mg IM every 2
weeks
Contoh kasus
Seorang pasien datang ke UGD RSJ Tampan
Pekanbaru dibawa oleh keluarganya dengan
nama NN.TRS (23 th), BB 41 kg, TB 160 cm
dengan keluhan sudah satu tahun terakhir tidak
seperti biasanya. NN. TRS sering mengurung diri
dikamar dan terlihat murung, terkadang dia
berteriak bahkan menceritakan hal-hal yang tidak
masuk akal dengan topik yang melompat-lompat.
NN. TRS kerap keluar rumah tanpa pamit kepada
keluarganya. Kecenderungan bunuh diri juga
sering dilakukan tetapi tidak berhasil. Hasil
pemeriksaan laboratorium dan USG diketahui NN.
TRS sedang hamil 8 minggu. Harapan keluarga
kehamilan NN. TRS tetap dipertahankan.
Pemeriksaan fisik :
TD : 90/70 mmHg
N : 18
P : 78
T : 36
Pemeriksaan Laboratorium
KGD : 120 mg/dL
LDL : 100 mg/dL
HDL : 65 mg/dL
Trigilserida : 125 MG/dL
Riwayat Keluarga
Ayah : HT
Ibu : Riwayat Pengobatan :
Risperidon 2 mg 1x1 ; Valisanbe 2 mg 3x1 ; THP
3x1 sejak satu bulan yang lalu.
SUBJECTIV
Nama
: Nn. TRS
Umur : 23 th
Tb
: 160 cm
Keluhan :sering mengurung
diri dikamar danterlihat
murung, terkadang dia
berteriak bahkan
menceritakan hal-hal yang
tidak masuk akal dengan
topik yang melompat-lompat.
NN. TRS kerap keluar rumah
tanpa pamit kepada
keluarganya. Kecenderungan
bunuh diri juga sering
dilakukanakan tetapi tidak
OBJECTIV
Pemeriksaan fisik :
TD : 90/70 mmHg
N : 18
P : 78
T : 36
Pemeriksaan
Laboratorium
KGD
: 120 mg/dL
LDL : 100 mg/dL
HDL
: 65 mg/dL
Trigilserida : 125
MG/dL
ASSESMENT
TERAPI
TERAPI
FARMAKOLO
ObatGIyang diberikan
TERIMAKASIH