Anda di halaman 1dari 26

ASPEK HUKUM PENGADAAN BARANG/JASA

PEMERINTAH

ASPEK HUKUM PENGADAAN BARANG/JASA


PEMERINTAH

I.

Aspek
Hukum
Pemerintah

Pengadaan

II.

Penyusunan Dan Pelaksanaan Kontrak.

III. Serah Terima Pekerjaan.

Barang/Jasa

I. Aspek
Hukum
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah
A. Bidang Hukum Yang Terkait Dengan Pengadaan
Barang/Jasa Instansi Pemerintah

1. Hukum Administrasi Negara (HAN)/Hukum


Tata Usaha Negara
2. Hukum Perdata
3. Hukum Pidana

Bagan Bidang Hukum Yang Terkait Dengan


Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah
Persiapan

Penetapan
Penyedia

Penandatangan
Kontrak

Berakhirnya

Kontrak
Barang/Jasa

HAN

H. Perdata
H. Pidana

1. Hukum Administrasi Negara (HAN)

a. Mengatur hubungan hukum antara negara


(pejabat negara) dengan masyarakat;
b. Hubungan
hukum
antara
Penguna
barang/jasa dengan penyedia barang/jasa
yang
terjadi
pada
proses
persiapan
pengadaan s/d penetapan penyedia adalah
merupakan hubungan hukum yang diatur
oleh HAN;
c. Semua Keputusan Pengguna barang/jasa
dalam proses ini merupakan keputusan
pejabat
negara
sehingga
kalau
tidak
puas/tidak terima maka penyedia barang/jasa
dapat menuntut dengan atau tanpa ganti rugi

Persyaratan Keputusan Pejabat Negara Yang


Dapat Dituntut ke PTUN (UU No. 5 Tahun 1986
tentang PTUN) :
1. Dari Sifat Tuntutan tersebut :
Sifatnya berupa penetapan, bukan
pengaturan;
Sifatnya individuil;
Sifatnya kongkrit/tidak abstrak.
2. Bertentangan dengan perundang-undangan
yang berlaku;
3. Menggunakan kewenangan tidak sesuai
dengan tujuan kewenangan pejabat yang
mengeluarkan kewenangan;
4. Keputusan yang diambil tanpa pertimbangan
yang benar;

2. Hukum Perdata

a. Mengatur hubungan hukum privaat (pribadi)


masyarakat (sebagai pribadi atau badan
hukujm) dengan masyarakat lain atau negara
sebagai
badan
hukum
publik
dengan
masyarakat;
b. Hubungan hukum antara Penguna barang/jasa
dengan penyedia barang/jasa yang terjadi pada
proses penandatangan kontrak s/d berakhirnya
kontrak merupakan hubungan hukum privaat
yang diatur oleh Hukum Perdata;
c. Semua sengketa yang terjadi dalam hubungan
hukum privaat diselesaikan di Peradilan Umum
atau Lembaga Arbitrase.

3. Hukum Pidana

a. Apabila terjadi tindak pidana


dalam proses
pengadaan barang/jasa instansi pemerintah
maka negara dapat menuntut untuk diadili di
peradilan umum.
b. Hukum pidana bersifat publik : walaupun pihak
korban tidak menuntut, negara tetap berhak
untuk menghukum orang yang melakukan
perbutan pidana tersebut.
c. Tuntutan pidana masih tetap berlaku meskipun
para pihak telah membuat perjanjian untuk
tidak saling menuntut atas perbuatan pidana
yang dilakukannya dalam proses pengadaan.

B. Hirarki Perundang-Undangan RI
TAP MPR No. III/Tahun 2000 menyebutkan bahwa
hirarki peraturan perundang-undangan RI terdiri
dari :
1. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45);
2. Ketetapan MPR (TAP MPR);
3. Undang-Undang (UU);
4. Peraturan Pemerintah Pengganti UU (PERPU);
5. Peraturan Pemerintah (PP);
6. Keputusan Presiden (KEPPRES);
7. Peraturan Daerah (PERDA).

C. Peraturan Perundang-Undangan Yang


Terkait Dengan Pengadaan Barang/Jasa
Instansi Pemerintah

1. Peraturan perundangan-undangan
nasional
2. Peraturan internasional

1. Peraturan Perundang-Undangan Nasional

a. Peraturan yang mengatur tentang pengadaan


barang/ jasa instansi pemerintah :

Keppres No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman


Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi
Pemerintah;

b. Peraturan yang tidak terkait langsung dengan


pengadaan barang/jasa instansi pemerintah :
1. UU No. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil;
2. UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat;
3.

UU No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi dan PP No. : 29 Tahun 2000
Tentang Penyelenggaran Jasa Konstruksi;

4. UU No. 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah


Pusat dan Daerah dan PP No. 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah;
5. UU No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan
Bebas KKN;
6. UU No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan;
7. Keppres No. 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan APBN;
8. SEB Dirjen Anggaran Departemen Keuangan & Deputi Bidang Pembiayaan
Bappenas No. 1203/D.II/03/2000 No. SE-38/A/2000, Tahun 2000 tentang
Petunjuk Penyusunan RAB Untuk Jasa Konsultansi (Biaya Langsung
Personil/Remuneration)
dan
Biaya
Langsung
Non
Personil/Non
Remuneration)

2. Peraturan Internasional

a. Peraturan
dari
negara/lembaga
pinjaman/ hibah luar negeri;

b. Peraturan
yang
diterbitkan
asosiasi/lembaga internasional;

pemberi

oleh

a. Peraturan pengadaan yang diterbitkan oleh


negara/lembaga
pemberi
pinjaman/hibah
luar negeri :
1) Loan Agreement/Hibah Agreement;
2) Handbook/Guideline
dari
negara/lembaga
pinjaman/hibah luar negeri.

tiap-tiap
pemberi

Catatan :
Untuk proyek pemerintah yang seluruh/sebagian
dibiayai
dengan
PHLN,
maka
ketentuan
pengadaannya
adalah
ketentuan
dari
negara/lembaga pemberi PHLN;
Ketentuan nasional baru berlaku sepanjang belum
diatur atau
tidak bertentangan dengan ketentuan

b. Kententuan dari Lembaga/Asosiasi


Internasional :
1) FIDIC (Federation Internationale Des IngenieursConseils/Federasi
Konsultan).

Internasional

dari

Insinyur

2) UNCITRAL (United Commision on International


Trade Law).

III. PENYUSUNAN
PERJANJIAN/KONTRAK

DAN

PELAKSANAAN

1. Pengertian :
Perjanjian adalah suatu ikatan atau hubungan
hukum mengenai benda-benda (barang) atau
kebendaan (jasa) antara dua pihak atau lebih,
dimana para pihak tersebut saling berjanji atau
dianggap saling berjanji untuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
2. Unsur-Unsur Perjanjian :
a. Adanya para pihak;
b. Adanya kesepakatan dari para pihak;
c. Obyek perjanjian;

3. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian


KUHPerdata):

(Pasal 1320

a. Syarat Subyektif :

1) Para pihak yang membuat perjanjian


harus sudah dewasa/cakap;

2) Para pihak tidak dalam keadaan terpaksa


membuat perjanjian tersebut (para
pihak harus setuju/seia sekata dengan
isi perjanjian tersebut).

b) Syarat Obyektif :

1) obyek perjanjian mengenai suatu hal


tertentu
2) Suatu sebab yang halal;
Catatan :
a) Apabila syarat subyektif tidak terpenuhi maka
perjanjian dapat dibatalkan di pengadilan;
b) Apabila syarat obyektif tidak dipenuhi maka
perjanjian batal demi hukum (dianggap tidak
ada perjanjian) tanpa harus dibatalkan di
pengadilan;

4. Asas-Asas Hukum Perjanjian :


a. Asas Kebebasan Berkontrak/Keterbukaan
b. Asas Konsensualitas;
c.

Asas Perjanjian adalah UU Bagi Para Pihak


Yang Membuat Perjanjian;

5. Bentuk dan Jenis Perjanjian :

a. Bentuk Perjanjian :

1) Perjanjian Lisan;
2) Perjanjian Tertulis (KONTRAK);
b. Jenis Perjanjian :

1) Perjanjian yang lahir karena UU;


2) Perjanjian di luar UU;

6. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa


a. Kontrak
pengadaan
barang/jasa
adalah
perikatan
antara
pengguna
barang/jasa
dengan
penyedia
barang/jasa
dalam
pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
b. Unsur perjanjian pengadaan barang/jasa :
1) Adanya para pihak : pihak
barang/jasa
dan
pihak
barang/jasa;
2) Adanya kesepakatan para pihak;

pengguna
penyedia

3) Adanya obyek perjanjian : barang/jasa;

c. Jenis Perjanjian Pengadaan Barang/Jasa :


1) Berdasarkan jenis pekerjaannya (Keppres 80 Tahun
2003):
a) Perjanjian pengadaan barang;
b) Perjanjian pengadaan jasa lainnya;
c) Perjanjian pengadaan jasa konsultansi;
d) Perjanjian pengadaan jasa pemborongan.
2) Berdasarkan jenis pekerjaanya (PP 29 Tahun 2000):
a) Perjanjian pengadaan jasa perencana konstruksi;
b) Perjanjian pengadaan jasa pelaksana konstruksi;
c) Perjanjian pengadaan jasa pengawas konstruksi.

1) Berdasarkan bentuk imbalan :


a) Lump sum;
b) Harga satuan;
c) Gabungan lump sum dan harga satuan;
d) Terima jadi.
e) Presentase.
2) Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan :
a) Tahun tunggal;
b) Tahun jamak.
3) Berdasarkan jumlah pengguna barang/jasa :
a) Kontrak pengadaan tunggal;
b) Kontrak pengadaan bersama.

d. Bentuk Kontrak Pengadaan Barang/Jasa :


1) Kontrak Surat Perintah
dibawah 50 juta).

Kerja

2) Kontrak Pengadaan Barang/Jasa.

e. Sistimatika Kontrak SPK :


1) Komparisi (Pembukaan).
2) Isi Perjanjian.
3) Penutup.

(SPK)

(kontrak

f. Sistematika Kontrak Pengadaan Barang/Jasa


1) Inti Kontrak :
a) Pembukaan (Komparisi).
b) Isi Perjanjian.
c) Penutup (Tanda tangan para pihak)
2) Syarat Umum Kontrak
3) Syarat Khusus Kontrak
4) Lampiran-Lampiran

IV. SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN


Pengguna barang/jasa wajib menyerahkan :
1. Hasil pekerjaan.
2. Seluruh kekayaan proyek.
Kepada :
a. Menteri/Pimpinan Lembaga atau pejabat yang ditunjuk dengan berita acara
penyerahan dengan tembusan kepada Dirjen Anggaran dan Kanwil
Anggaran. (Proyek Pusat).
b. Menteri/Pimpinan Lembaga melalui gubernur
penyerahan dengan tembusan kepada Dirjen
Anggaran. (Proyek dekonsentrasi).

dengan berita acara


Anggaran dan Kanwil

c. Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/bupati/Walikota/kades dengan berita


acara penyerahan dengan tembusan kepada Dirjen Anggaran dan Kanwil
Anggaran. (Proyek dekonsentrasi).
d. Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/bupati/Walikota/kades dengan berita
acara penyerahan dengan tembusan kepada Dirjen Anggaran dan Kanwil
Anggaran. (Proyek dekonsentrasi).

Anda mungkin juga menyukai