Anda di halaman 1dari 13

Tujuan Dan Urgensi

Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Laut
Terpadu
Di susun oleh:
ROMANUS ABON HAYON
ANDRIANUS OPE
MICHAEL MERE KIRA G

Dalam kaitannya dengan sumberdaya pesisir dan


lautan, pemerintah dan bangsa Indonesia di era
reformasi mulai sadar untuk menjadikan
pembangunan berbasis kelautan menjadi pijakan
yang kuat dan strategis. Ini tercermin dalam GBHN
1999 yang menyatakan bahwa pembangunan
perekonomian yang berorientasi global sesuai
kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan
komperatif sebagai negara kelautan dan agraris
sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan
berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya
manusia (SDM). Arti strategis ini dilandasi empat
hipotesa pokok, yaitu :

1.Pertama, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar


di dunia memiliki sebanyak 17.508 pulau (pulau besar dan
kecil) dengan kekayaan lautan yang luar biasa besar dan
beragam, maka sudah seharusnya arus utama pembangunan
berbasis pesisir dan lautan akan memberikan manfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bangsa secara keseluruhan.
2.Kedua, Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan dan
jumlah penduduk, serta semakin menipisnya sumberdaya
alam daratan, maka sumberdaya pesisir dan lautan akan
menjadi tumpuan harapan bagi kesinambungan
pembangunan ekonomi nasional di masa mendatang.

Ketiga, dalam menuju era industrialisasi, wilayah


pesisir dan lautan merupakan prioritas utama untuk
pusat pengembangan industri, pariwisata, agribisnis,
agroindustri pemukiman, transportasi dan
pelabuhan. Kondisi demikian bagi kota-kota yang
terletak di wilayah industri terus dikembangkan
menuju tata ekonomi baru dan industrialisasi. Tidak
mengherankan bila sekitar 65% penduduk Indonesia
bermukim di sekitar wilayah pesisir.

Keempat, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah (UU


No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999), tentang
pemerintah daerah dan tentang perimbangan keuangan
antara Pusat dan Daerah, maka dengan propinsi dengan
otonomi terbatas dan kabupaten, mempunyai peluang besar
untuk memanfaatkan, mengelola dan melindungi wilayah
pesisir dan laut untu sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
dalam batas kewenangan wilayah laut propinsi 12 mil laut
diukur dari garis pantai, dan kewenangan kabupaten sejauh
sepertiga dari kewenangan propinsi. Pengelolaan wilayah
pesisir dan laut oleh daerah tidak terlepas dari misi dan visi
secara nasional dan komitmen bangsa dalam melindungi
wilayah pesisir dan laut, pendekatan pemanfaatan dan
konservasi perlu dilakukan dengan kehati-hatian agar tidak
mengurangi peluang generasi yang akan datang juga
menikmati kehidupan yang lebih baik dari sekarang.

POTENSI DAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR DAN LAUTAN


Faktor internal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi internal sumberdaya masyarakat pesisir dan nelayan, seperti :

Rendahnya tingkat pemanfaatan sumberdaya, teknologi dan manajemen usaha, Pola usaha tradisional dan subsisten (hanya cukup memenuhi kehidupan jangka pendek),
Keterbatasan kemampuan modal usaha,
Kemiskinan dan Keterbelakangan masyarakat pesisir dan nelayan.

Sedangkan Faktor eksternal, yaitu :

untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, bersifat sektoral,parsial dan kurang memihak


nelayan tradisional,

Belum kondisinya kebijakan ekonomi makro (political economy), suku bunga yang masih
tinggi serta belum adanya program kredit lunak yang diperuntukan bagi sektor
kelautan.

Kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena pencemaran dari wilayah darat, praktek
penangkapan ikan dengan bahan kimia, eksploitasi dan perusakan terumbu karang,
serta penggunaan peralatatan tangkap yang tidak ramah lingkungan,

Sistem hukum dan kelembagaan yang belum memadai disertai implementasinya yang
lemah, dan birokrasi yang beretoskerja rendah serta sarat KKN,

Perilaku pengusaha yang hanya memburu keuntungan dengan mempertahankan sistem


pemasaran yang mengutungkan pedagang perantara dan pengusaha,

Rendahnya kesadaran akan arti penting dan nilai strategis pengelolaan sumberdaya
wilayah pesisir dan lautan secara terpadu bagi kemajuan dan kemakmuran bangsa.

Tujuan pengelolaan adalah mengatasi konflik pemanfaatan


ruang wilayah pesisir, sehingga terwujudnya pembangunan
yang berkelanjutan. Adapun target pengelolaan adalah
teratasinya permasalahan turunan dari konflik
pemanfaatan ruang, melalui partisipasi masyarakat, dunia
usaha, dan pemerintah secara terpadu, yangdidukung
penegakan hukum secara konsisten, yaitu:

Tersusun dan dipatuhinya tata ruang wilayah pesisir ,


Terkendalinya reklamasi pantai,
Terkendalinya pencemaran perairan,
Tertatanya permukiman kumuh,
Kembalinya sempadan pantai dan rehabilitasi mangrove,
Terkendalinya masalah banjir dan abrasi serta sedimentasi

URGENSI DAN MANFAAT PENGELOLAAN WILAYAH


PESISIR DAN LAUTAN SECARA TERPADU (PWPLT)

.Seperti yang dijelaskan diatas, banyak faktor


persoalan yang menyebabkan tidak optimal dan
berkelanjutan pengelolaan wilayah pesisir dan
lautan. Namun, kesepakatan umum mengungkapkan
bahwa salah satu penyebab utama adalah
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
sumberdaya pesisir dan lautan yang selama ini
dijalankan bersifat sektoral dan terpilah-pilah.

Padahal karakteristik dan alamiah ekosistem pesisir dan lautan yang secara ekologis saling terkait satu
sama lain termasuk dengan ekosistem lahan atas, serta beraneka sumberdaya alam dan jasa-jasa
lingkungan sebagai potensi pembangunan yang pada umumnya terdapat dalam suatu hamparan
ekosistem pesisir, mensyaratkan bahwa pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara
optimal dan berkelanjutan hanya dapat diwujudkan melalui pendekatan terpadu dan holostik.

Apabilaperencanaan dan
pengelolaan sumberdaya pesisir dan
lautan tidak dilakukan secara
terpadu, maka dikhawatirkan
sumberdaya tersebut akan rusak
bahkan punah, sehingga tidak dapat
dimanfaatkan untuk menopang
kesinambungan pembangunan
nasional dalam mewujudkan bangsa
yang maju, adil dan makmur

Bertitik tolak pada kondisi tersebut, sudah


waktunya ada kebijakan dan strategi pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan
yang dapat menyeimbangkan pemanfaatan antar
wilayah dan tidak mengulangi kesalahan (kerusakan
lingkungan dan in-efesiensi), seperti yang terjadi di
Kawasan Barat Indonesia (KBI). Bedasarkan
karakteristik dan dinamika dari kawasan pesisir,
potensi dan permasalahannya, maka kebijakan
pemerintah untuk membangun kawasan pesisir dan
laut secara optimal dan berkelanjutan hanya
dilakukan melalui Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu (PWPLT).

Anda mungkin juga menyukai