Anda di halaman 1dari 9

Pendahuluan

Manusia sebagai makhluk sosial, manusia mengalami evolusi lain, yaitu


evolusi kultur atau budaya. Manusia mempunyai tata cara hidup, kebiasaan dan
norma dan aspek-aspek kultural lainnya yang senantiasa berubah dan menjadi
kompleks dari waktu ke waktu. Evolusi adalah proses perubahan mahluk hidup
secara bertahap dalam jangka waktu yang lama dari bentuk sederhana menjadi
bentuk yang kompleks. Robert Boyd (2005), mengajukan beberapa proposisi
terkait dengan evolusi budaya diantaranya:
Budaya merupakan informasi yang didapatkan oleh suatu individu dari orang
lain melalui pengajaran, imitasi atau bentuk pembelajaran sosial lainnya.
Perubahan budaya haruslah dimodelkan sebagai suatu proses Evolusi
Darwinian.
Budaya merupakan sebahagian dari evolusi biologis.
Evolusi budaya membuat evolusi manusia menjadi berbeda dengan evolusi
makhluk hidup lainnya.
Gen dan budaya berevolusi.

Evolusi Kebudayaan Zaman


Prasejarah
Mengenai masa prasejarah ini, ada dua pendekatan untuk
membagi zaman prasejarah, yaitu: Pendekatan berdasarkan hasil
teknologi, terdiri dari zaman batu tua (paleolitikum), zaman batu
tengah/madya (Mesolitikum), dan zaman batu baru (Neolitikum).
Pendekatan berdasarkan model social ekonomi atau mata
pencaharian hidup yang terdiri atas:
a.Masa berburu dan mengumpulkan makanan, meliputi masa
berburu sederhana (tradisi Paleolit) dan masa berburu tingkat lanjut
(tradisi Epipaleolitik).
b.Masa bercocok tanam, meliputi tradisi Neolitik dan Megalitik.
c.Masa kemahiran teknik atau perundagian, melliputi tradisi
semituang besi.

Ada dua produk revolusioner hasil dari akal manusia


dalam zaman prasejarah, yaitu:
a. Penemuan roda untuk transportasi, pada mulanya
roda digunakan hanya untuk mengangkat barang berat
di atas sebuah pohon. Kemudian, roda disambung
dengan kereta, lalu berkembang menjadi mobil seperti
saat ini.
b. Bahasa adalah suara yang diterima sebagai cara
untuk menyampaikan pikiran seseorang kepada orang
lain. Ketika tanda-tanda diterima sebagai representasi
dan bunyi-bunyi arbitrer yang mewakili ide-ide, masa
prasejarah pun beralih ke masa sejarah tertulis.

Evolusi Kebudayaan Zaman Batu


a. Zaman Batu Tua (Palaeolitic)

1. Kebudayaan Pacitan
Pada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak
genggam di daerah Pacitan. Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi tidak
bertangkai. Kapak ini masih dikerjakan dengan sangat kasar dan belum
dihaluskan. Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu adalah kapak penetak.
Selain di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa
Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara)

2. Kebudayaan Ngandong
Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes,
alat penusuk dari tanduk rusa dan ujung tombak bergigi di
daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran
ditemukan alat sangat kecil dari betuan yang amat indah.
Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan banyak ditemukan di
Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu
indah seperti kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga
didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa seperti
lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan
ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan)

b. Zaman Batu Tengah (Mesolithic)

Nomaden dan masih melakukan food gathering


(mengumpulkan
makanan).
Tiga
bagian
penting
kebudayaan Mesolithikum: Pebble Culture (kebudayaan
kapak), Bone Culture (kebudayaan alat tulang) dan
Flakes Culture (kebudayaan alat serpih). Alat-alat yang
dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum
yakni masih merupakan alat-alat batu kasar. Alat-alat
zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam
(Pebble), Kapak pendek (hache Courte) Pipisan (batubatu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang

c. Zaman Batu Muda (Neolithic)

Ciri utama pada zaman batu Muda adalah alat-alat


batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga
halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:
kapak persegi, kapak batu, perhiasan dari batu, pakaian
dari kulit kayu dan tembikar.

d. Zaman Batu Besar (Megalithic)

Hasil kebudayaan Megalithikum, antara lain: Menhir, tugu batu, Dolmen,


meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan,
Sarchopagus, keranda atau peti mati yang dapat dibuka-tutup, Punden
berundak, tempat pemujaan bertingkat dan Arca atau patung batu.
Peninggalan kebudayaan megalithikum masih dapat dilihat sampai
sekarang, karena pada beberapa suku-suku bangsa di Indonesia masih
memanfaatkan kebudayaan megalithikum tersebut. Contohnya seperti suku
Nias.

Anda mungkin juga menyukai