Sistembolaget di Indonesia Byantari P. Nyoman 260112160080
Dampak Penerapan Aturan Monopoli
Industri Minuman Alkohol Di Swedia Telah dilakukan Kampanye monopoli minuman Alkohol, hasilnya terjadi perubahan dalam penggunaan minuman alkohol. 2002 : 49% pengguna yang baik 2007 : 65 % pengguna yang baik Kampanye ini juga berorientasi terhadap kesehatan masyarakat disana. Namun masih ada yang belum mengetahui dengan jelas dari konsumen pengguna minuman alkohol ini, apakah termasuk pengguna minuman alkohol yang baik atau tidak. Respon positif terhadap kampanye yang dilakukan oleh masyarakat ataupun pihakSymtembolaget tersebut.
Bila diterapkan di Indonesia ?
Perilaku masyarakat selaku audiens dalam penerapan sistembolaget ini bergantung pada langkah dalam kampanye atau promosi sistembolaget di Indonesia. Positif :
Peredaran minuman alkohol terkendali (satu pintu)
Investigasi bisa berlangsung cepat Antisipasi produk produk minuman alkohol yang tidak teregistrasi (Minuman alkohol oplosan) Jumlah, Distribusi, dan Pemantauan lebih mudah karena pemerintah terlibat langsung dalam sistembolaget.
Negatif : terjadi kapitalisme ekonomi, terjadi gesekan terhadap aturan
minuman beralkohol, terjadi gesekan dengan norma di masyarakat.
Penyesuaian atau alternative
kebijakan sistembolaget Memposisikan sistembolaget di Indonesia akan menjadi program yang dapat diterima ataupun ditolak oleh masyarakat. Adanya pro dan kontra ini membuat program sistembolaget memerlukan penyesuaian ataupun alternatif bila di implementasikan di Indonesia Regulasi (menyesuaikan Pajak, Labelling pada jenis alcohol lebih ditingkatkan, Hukum yang berlaku) Informasi Edukasi
Membangun pengertian masyarakat mengenai dampak konsumsi
minuman beralkohol dalam baik maupun buruk pada masyarakat itu sendiri.
Regulasi yang terdapat dan
berkembang di Indonesia Di dalam Permenkes No. 86/1977 minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung alkohol (etanol) yang dibuat secara fermentasi dari berbagai jenis bahan baku nabati: mengandung karbohidrat, misalnya biji-bijian, buah-buahan, nira dan lain sebagainya, atau yang dibuat dengan cara distilasi hasil fermentasi termasuk di dalamnya adalah minuman keras klarifikasi A (Kadar etanol 1-5 persen), B (Kadar etanol 5-20 persen), dan C (Kadar etanol 20-55 persen). Minuman beralkohol juga terikat regulasi di dalam UU RI No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, Siaran Iklan pasal 46 ayat 3b yaitu siaran iklan niaga dilarang melakukan promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif juga PP RI No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan khususnya Pasal 58.
Regulasi yang terdapat dan
berkembang di Indonesia Pedoman periklanan makanan dan minuman petunjuk teknis minuman keras (minuman beralkohol) menurut Dewan Periklanan Indonesia Etika Pariwara di dalam buku Tata Krama dan Tata Cara Periklanan di Indonesia (2007): Iklan tidak boleh mempengaruhi atau merangsang orang untuk mulai minum minuman keras. Iklan minuman keras tidak boleh menggambarkan penggunaan minuman keras dalam kegiatan-kegiatan yang memerlukan konsentrasi (perlu informasi bahwa penggunaannya dapat membahayakan keselamatan). Iklan minuman keras tidak boleh ditujukan terhadap anak di bawah usia 16 tahun dan atau wanita hamil atau menampilkan mereka dalam iklan. Minuman keras golongan C (dengan kadar alkohol 20% sampai dengan 55%) dilarang diiklankan.