Anda di halaman 1dari 28

BAB VI

PERSIAPAN
LAHAN

Lahan pertanian menurut bentuk fisik dan


ekosistemnya dapat dibedakan menjadi dua
kelompok besar, yaitu Lahan basah dan Lahan
kering.

Berikut ini adalah penjelasan dua macam bentuk


fisik dan ekosistem lahan pertanian, yaitu :
Lahan Basah

Lahan basah atau wetland adalah wilayah-wilayah di


mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat
permanen (menetap) atau musiman. Lahan basah
adalah suatu wilayah yang tergenang air, baik alami
maupun buatan, tetap atau sementara, mengalir atau
tergenang, tawar asin atau payau, termasuk di
dalamnya wilayah laut yang kedalamannya kurang dari
6 m pada waktu air surut paling rendah. Wilayah
-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang-kadang
tergenangi oleh lapisan air yang dangkal.

Sistem penggunaan
lahan
di
lahan basah dibedakan menjadi
beberapa
jenis, diantaranya adalah
lahan sawah, gogorancah, sistem
surjan, lebak, dan pasang surut.
1. Sawah
Sawah merupakan tanah yang dapat
digenangi air dan mempertahankannya,
dapat diratakan dan dibatasi dengan
pematang. Berdasarkan jenis irigasinya
sawah dibedakan menjadi sawah irigasi
teknis dan sawah tadah hujan.

Sawah irigasi teknis merupakan


sawah yang sumber pengairannya
berasal dari sungai, danau, atau
waduk.
Dengan demikian selalu tersedia
sepanjang tahun, dan air pengairan
yang masuk ke saluran primer,
sekunder, dan tersier volume terukur.
Oleh karena itu, pola tanam pada
sawah teknis ini lebih fleksibel
dibandingkan dengan sawah lainnya.
Ciri sawah jenis ini dalam pola
tanamnya seb agian besar selalu

Sawah tadah hujan merupakan


sawah yang sumber pengairannya
bergantung pada ada atau tidaknya
curah hujan.
Sawah jenis ini biasanya terdapat di
daerah - daerah yang topografinya
tinggi dan berada di lereng-lereng
gunung atau bukit yang tidak
memungkinkan dibuat saluran irigasi.
Oleh
karena
itu,
pada
sawah
semacam ini pola tanamnya adalah
padi bera, padi palawija, dan


2. GOGORANCAH
Gogorancah
merupakan
Tanah sawah yang tergantung
pada curah hujan, dimana
pada
awalnya
padi
diusahakan
secara
gogo
(kering) atau sedikit air,
kemudian setelah hujan turun
dikelola dengan sistem sawah

3. SISTEM SURJAN
Sistem surjan adalah Lahan yang
diusahakan dengan membuat
guludan atau pematang yang cukup
luas (llebar 13 m) pada bagian
atas yang ditanami palawija.
Sayuran dan pada legokannya pada
bagian bawah ditanami padi sawah.

4. LEBAK
Lebak adalah daerah yang
umumnya di dataran rendah
di sekitar sungai yang terjadi
karena luapan air sungai dan
air hujan.
Terjadi secara
periodik yakni selama musim
penghujan

5. PASANG SURUT
Pasang surut merupakan lahan yang
trebentuk
oleh
naik
turunnya
permukaan
air
sungai
akibat
terjadinya pasang naik dan surut di
laut tempat sungai bermuara

LAHAN KERING

Lahan kering adalah lahan yang tidak jenuh air


sepanjang tahun yang digunakan untuk usaha
petanian dengan menggunakan air secara
terbatas dan biasanya mengharapkan dari
curah hujan.
Lahan ini memiliki kondisi agro -ekosistem yang
beragam, umumnya berlereng dengan kondisi
kemantapan lahan yang kurang atau peka
terhadap erosi terutama bila pengolahannya
tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah.

Sistem penggunaan lahan di


lahan
kering
dibedakan
menjadi
beberapa
jenis,
diantaranya adalah ladang,
tegalan,
kebun,
dan
pekarangan.

1. LADANG
Ladang merupakan lahan usahatani kering yang
bersifat berpindah-pindah. Cara terbentuknya
ladang adalah melalui penebangan hutan, lalu
dibersihkan, baru kemudian langsung ditanami
atau diolah tanahnya terlebih dahulu. Tanaman
yang biasa ditanam di lahan ladang adalah
jagung,
kacang-kacangan,
dan
lain-lain.
Penanaman
dapat
dilakukan
secara
monokultur maupun dengan cara tumpangsari.
Setiap lahan ladang ini biasanya hanya untuk
empat sampai enam musim tanam saja, untuk
selanjutnya ditinggalkan yang kemudian hari
dapat dibuka kembali setelah subur kembali.
Biasanya pada waktu akhir ditanami, ladang
tersebut ditanami tanaman tahunan seperti karet
atau kopi sebagai bukti bahwa ladang tersebut

2. TEGALAN
merupakan kelanjutan dari system berladang,
hal ini terjadi apabila hutan yang mungkin
dibuka untuk kegiatan usaha pertanian tidak
memungkinkan lagi. Lahan usahatani tegalan
sifatnya sudah menetap. Pola tanam biasanya
campur atau tumpang sari antara padi ladang
dan palawija
(jagung,
kacang-kacangan,
ubikayu, dan lain-lain). Di lahan tegal biasanya
hanya diusahakan pada musim hujan saja,
sedangkan pada musim kemarau diberakan
(dibiarkan) tidak ada tanaman.

3. KEBUN
merupakan lahan pertanian yang sudah
menetap,
yang
ditanami
tanaman
tahunan secara permanen atau tetap,
baik sejenis meupun secara campuran.
Tanaman yang biasa ditanam di lahan
kebun antara lain kelapa dan jenis buah buahan, seperti mangga, rambutan, dan
lain-lain.

PEKARANGAN
merupakan sebidang lahan usahatani
yang ada di sekitar rumah yang
dibatasi oleh pagar tanaman hidup
atau pagar mati. Tanaman yang bisa
ditanami di pekarangan adalah buahbuahan, sayur untuk memelihara
ternak unggas atau terbak kecil,
seperti kambing dan biri-biri.

Pengolahan tanah bertujuan

1. Menggemburkantanah; untuk:

2. Menciptakankondisifisik,kimiadanbiologistanahmenjadilebih

baik
3. Membunuhgulmadantanamanyangtidakdiinginkan
4. Menempatkan sisa-sisa tanaman (seresah) pada tempat yang
sesuaiagardekomposisiberjalandenganbaik.
5. Menurunkanlajuerosi
6. Meratakantanahuntukmemudahkanpekerjaandilapangan
7. Mencampurdanmeratakanpupukdengantanah
8. Mempersiapkanpengaturanirigasidandrainase

Untuk mencapai tujuan pengolahan tanah yang


dikehendaki maka ada tanah yang diolah minimum
dan dangkal tetapi ada pula yang intensif dan
dalam. Semua tindakan ini tergantung pada
keadaan dan tujuan penanaman, yaitu :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Macam tanaman yang ditanam


Jenis tanah
Sifat atau keadaan tanah
Topografi
Tanaman penutup tanah
Sistem pengairan

Kegiatan yang dilakukan dalam


pengolahan lahan diantaranya
adalah pembersihan dari sisa
tanaman
dan
gulma,
penggemburan,
pemberian
pupuk
organik,
pengapuran,
pembuatan
bedengan,
dan
pemasangan mulsa.

a. Pembersihan sisa tanaman dan gulma

Pebersihan sisa tanaman atau gulma dilakukan agar


untuk memudahkan dalam pengolahan tanah. Jika
sisa tanaman atau gulma yang tersisa masih
banyak akan menghambat dalam pengolahan
tanah. Penngolahan tanah dengan menggunakan
msin maka kinerja mesin akan terganggu sehingga
pengolahan tanah menjadi terhambat. Pembersihan
sisa tanaman atau gulma dapat dilakukan dengan
cara di babat atau atau di bakar.
Namun
pembersihan
dengan
cara
dibakar
akan
membunuh mikro organisme tanah.

b.

Penggemburan

Penggemburan
tanah
bertujuan
untuk
menciptakan kondisi tanah yang gembur pada
kedalaman yang cukup, untuk menyediakan
aerasi dan draenase tanah yang lebih baik serta
untuk memperluas zona akar sehingga tanaman
dapat tumbuh dengan baik. Penggemburan tanah
dapat dilakukan dengan menggunakan bajak atau
dengan menggunakan cangkul. Kedalaman tanah
yang digemburkan biasanya sekitar 2040 cm.
Hal tersebut bertujuan untuk memperluas zona
akar sehingga akar lebih leluasa untuk tumbuh
dan memperoleh air dan nutrisi.

c. Pemberian pupuk organik

Pemberian
pupuk
organik
pada
saat
pengolahan
lahan
sangat
baik
bagi
pertumbuhan
tanaman.
Hal
tersebut
dikarenakan pupuk organik dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Dengan
penambahan pupuk organiak, atau pupuk
kandang
aerasi
dan
draenase tanah akan menjadi lebih baik, selin
itu pH tanah juga dapat meningkat. Secara
biologi penambahan pupuk organik dapat
meningkatkan mikroorganisme di dalam tanah.

Sebagai contoh pemberian pupuk


kandang 10 ton/ha diberikan saat
penggemburan agar cepat merata
dan bercampur dengan tanah yang
akan kita gunakan.

d. Pengapuran

Pengapuran dilakukan untuk meningkatkan


pH terutama pada lahan -lahan yang
memiliki pH rendah (asam). Pengapuran
dilakukan jauh -jauh sebelum penanaman
benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu
sebelumnya yaitu bersamaan dengan saat
pengolahan tanah. Hal tersebut dilakukan
dengan tujuan agar pada saat dilakukan
penanaman maka pH tanah sudah
meningkat.

Jenis kapur yang digunakan adalah


kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit
(CaMg(CO3)2). Dosis kapur kalsit
(CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2)
yang diperlukan untuk meningkatkan
pH tanah tergantung dari kondisi pH
tanah sebelum aplikasi. Dosis kapur
kalsit
(CaCO3)
atau
dolomit
(CaMg(CO3)2) untuk menaikkan pH
berdasarkan kondisi pH awal adalah

e. Pembuatan bedengan
Pembuatan bedengan memiliki banyak manfaat untuk tanaman yang
akan ditanam. Tujuan dari pembuatan bedengan atauPembuatan
bedenganaatauguludanbertujuanuntuk:
1.Memperbaikidrainasebagitanamanyangtidaktahangenangan

2.Mendapatkanlapisantanahyangatasyanglebihdalam

3.Memperbaikipengumbianpadaakarlateralagarmenujukearah
bawah

4.Menghindarkanserangansoilborndisease

f.

Penggunaan mulsa

Mulsa adalah material penutup tanah pada


tanaman
budidaya
yang dimaksudkan
untuk menjaga kelembaban tanah serta
menekan pertumbuhan gulma dan penyakit
sehingga
membuat
tanaman
tumbuh
dengan baik.
Dalam bercocok tanam
mulsa menjadi komponen penting yang dapat
mempengaruhi ekberhasilan bercocok tanam.

Terdapat dua jenis mulsa yang sering


digunakan oleh petani, yaitu mulsa
organik dan mulsa plastik.
Mulsa
organik merupakan bahan penutup
tanah yang berasal dari bahan
organik. Bahan organik yang biasa
digunakan sebagai mulsa adalah
jerami padi dan alang-alang.
Sedangkan mulsa anorganik adalah
bahan
penutup
tanah
yang
digunakan
berasal
dari
bahan
anorganik. Bahan anorganik yang
umumnya digunakan sebagai mulsa

Anda mungkin juga menyukai