Rhinovirus
Coronavirus
Influenza virus
Parainfluenza virus
Adenovirus
Metapneumoniavirus
Jenis virus yang berbeda, menggunakan metode trnasmisi yang berbeda pula
TRANSMISI
Rhinovirus
Kontak tangan dengan kulit yang
terkontaminasi
Penyebaran
Udara
Inokulasi
virus ke
dalam
mukosa
hidung atau
konjungtiva
Bergantung pada
durasi paparn
TRANSMISI
Parainfluenza virus (PIV)
Penyebaran
TRANSMISI
Respiratory syncytial virus (RSV)
Kontak langsung
dengan inokulasi pada
permukaan lingkungan
Diikuti dengan
pemaparan pada
konjungtiva
TRANSMISI
coronavirus
Penyebaran
Aerosol inhalasi
TRANSMISI
Influenza virus
Penyebaran
TRANSMISI
ModeTransmisi
Rhinovirus
besar
musim semi
Coronavirus
MasaInkubasi
2-4 hari
Musiman
Influenza
kecil
RSV
Aerosol
partikel
kontak
langsung
besar
/ 4-5 hari
dengan
inokulasi
PIV
Aerosol
partikel
kontak
langsung
besat
/ 3-10 hari
Sepanjang tahun
dengan
inokulasi
Adenovirus
dengan inokulasi
musim semi
TRANSMISI
Transmisi pada umumnya melalui droplet (aerosol), kontak langsung dengan sekresi
hidung yang terinfeksi, atau melalui benda-benda yang terkontaminasi virus.
Virus dapat bertahan hidup untuk waktu +/- 18 jam untuk Rhinovirus
Tangan yang terkontaminasi kemudian mengenai mata atau hidung dimana infeksi
akan terjadi.
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Rhinovirus
Virus penyebab common cold yang paling penting, dengan persentase sebesar 80%
Menyerang saluran pernapasan bagian atas dengan kerusakan epitel hidung minimal.
PATOFISIOLOGI
Coronavirus
Terdapat 2 kelompok yang berbeda dari coronavirus yang menginfeksi manusia: HCoV229E dan HCoV-OC43.
HCoV-229E
memanfaatkan human aminopeptidase N (hAPN) sebagai reseptor untuk dapat masuk ke epitel
saluran pernapasan.
Human aminopeptidase N (hAPN) diekspresikan pada sel epitel ginjal, usus, dan saluran
pernapasan
HCoV-OC43
PATOFISIOLOGI
Influenza virus
PATOFISIOLOGI
Respiratory syncytial virus
PATOFISIOLOGI
Parainfluenza virus
TERAPI
Dibagi menjadi 2, yaitu
Terapi farmakologi
Terapi non-farmakologi
TERAPI
Farmakologi
TERAPI
Farmakologi
TERAPI
Farmakologi
PRINSIP
PERJALANAN PENYAKIT
Dalam beberapa jam, bersin dan hidung discharge berair dapat terjadi,
sering disertai dengan keluhan sistemik seperti demam ringan, malaise,
sakit kepala, anoreksia, dan mialgia.
Satu sampai tiga hari setelah onset penyakit, sekresi hidung biasanya
menjadi lebih tebal dan lebih mukopurulen karena mengandung sel
epitel yang terdeskuamasi, sel polimorfonuklear, dan bakteri yang
normal berkoloni pada saluran pernapasan bagian atas.
TERAPI
Farmakologi (Batuk)
Penggunaan codeine pada anak-anak dan dua studi kecil pada orang
dewasa gagal menunjukkan manfaat
TERAPI
Farmakologi (Hidung tersumbat dan rhinorrhea)
Meskipun mekanisme ini berbeda dari gejala yang berhubungan dengan alergi,
antihistamin tetap menjadi terapi populer untuk common cold. Meskipun sedikit
memberikan manfaat klinis, ada risiko dan efek samping, terutama dengan
antihistamin generasi pertama. Monoterapi antihistamin tidak dianjurkan untuk
anak-anak dan harus digunakan dengan hati-hati pada orang dewasa.
Dekongestan dosis tunggal memiliki manfaat jangka pendek moderat untuk remaja
dan orang dewasa dengan hidung tersumbat.
Terapi
BATUK(saturiviewCochrane[17studi])
Kombinasiantihistamin/dekongestan
Temuanstudi
2 studi : 1 menunjukkan manfaat dengan efek samping tidak disukai; 1
menunjukkan tidak memberi manfaat
Antihistamin
Codein
Dextromethorphan
Dextromethorphan+salbutamon
Guaifenesin
Moguisteine
1 studi : manfaat sangat terbatas
mukolitik
1 studi : bermanfaat
KONGESTIHIDUNGDANRHINORRHEA(duareviewCochorane[30studi])
Kombinasiantihistamin/dekongestan
Antihistamin
Intranasalipratropium
Dekongestanoral/topikal(dosistunggal)
1 studi : bermanfaat
4 studi : bermanfaat untuk sumbatan hidung
Dekongestanoral(dosisberulang)
TERAPI
Non-Farmakologi (Komplementer dan Alternatif)
Echinacea
Vitamin C
Zinc
TERAPI
Non-Farmakologi (Echinacea)
TERAPI
Non-Farmakologi (Vitamin C)
TERAPI
Non-Farmakologi (Zinc)
TERAPI
Non-Farmakologi (Udara yang dilembabkan dan asupan cairan)