Anda di halaman 1dari 79

DIARE

KRONIK

PEMBIMBING :
dr. HARTANIAH SADIKIN Sp.A
OLEH :
R.FLAVIANA B. ASTIYANI
00-048

DEFINISI
Diare kronik adalah diare melanjut
sampai 2 minggu atau lebih dengan
atau tanpa kegagalan pertumbuhan
(failure to thrive).

KLASIFIKASI DIARE
KRONIK
PADA BAYI DAN ANAK
Watery stools
Fatty stools
Bloody stools

Etiologi diare kronik


1. Sindrom malabsorpsi
2.Intestinal (chronic) infection
3.CMPSE
4.Drug associated diarrhoea
5. CSBS
6. Cholerrhoeic diarrhoea
7. Defek imun primer

PATOFISIOLOGI
DIARE KRONIK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Diare osmotik
Diare sekretorik
Bakteri tumbuh lampau, asam empedu
asam lemak.
Tidak adanya mekanisme absorpsi ion
Kerusakan mukosa
Motilitas usus yang abnormal
Sindrom diare kronik

dan

DIARE OSMOTIK
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, dapat
dilewati air dan elektrolit dengan cepat
mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus
dengan cairan ekstraseluler.
Akumulasi bahan-bahan yang tidak dapat diserap
dalam lumen usus

keadaan hipertonik

meninggikan tekanan osmotik intralumen


menghalangi absorpsi air dan elektrolit
diare.

Larutan isotonik

air dan bahan yang larut

didalamnya akan lewat tanpa diabsorpsi


diare.
Larutan hipertonik

air (dan beberapa

elektrolit) akan pindah dari cairan ekstraseluler


kedalam lumen usus

osmolaritas dari isi

usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah


volume tinja >>

dehidrasi

DIARE SEKRETORIK
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan
elektrolit kedalam usus halus.
Absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi
klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat.
Sekresi cairan kehilangan air dan elektrolit dari
tubuh
tinja cair
dehidrasi.
Diare infeksi :
Rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri
seperti Escherichia coli dan Vibrio cholerae atau virus
(rotavirus)

BAKTERI TUMBUH LIPAT GANDA


(OVERGROWTH)
BAKTERI ANAEROB
(bakteroides, laktobasilus, klostridium)
DEKONJUGASI GARAM EMPEDU

Konjugasi
garam
empedu

Emulsi
Lemak

ATP-ase

Absorpsi Na

Absorpsi
lemak

Absorpsi
gula

Steatore

Intoleransi
gula

DIARE

DIARE

Absorpsi
asam
empedu

Absorpsi
H2O, Na, K

Absorpsi
protein

Hipoprotein
Hipoproteinemia
emia

Absorpsi

Malnutrisi

DIARE

DIARE

DIAGNOSIS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dan pengobatan diare kronik tergantung kepada
penyebabnya.
Koreksi parenteral dan dehidrasi
Pengobatan:
a. Obat anti diare
b. Obat anti mikroba
c. Kolestiramin
d. Operasi
Setelah rehidrasi initial, proper feeding adalah esensial bagi
penyembuhan diare kronik.
Protein yang adekuat, energi dan nutrien esensial
ASI perlu dilanjutkan, bahkan waktu rehidrasi initial.

Menerangkan Penanggulangan Diare


Pada Keluarga.
Beri cairan u/
cegah dehidrasi

Anak
Diare

Oralit, LGG, sop, air tajin, air


putih.

Beri makanan
u/cegah
malnutrisi

ASI, susu, makanan padat

Bawa ke
petugas
kesehatan

Diare & muntah


berulang, rasa haus ,
demam, darah feses

3 hari tidak
membaik

Sindrom malaborbsi
Di negara berkembang, kelainan ini
banyak dihubungkan dengan
gastroenteritis, PEM, BBLR dan diare
pasca bedah.
Dihubungkan dengan mukosa yeyenum
yang abnormal.

Patofisiologi kelainan
pada usus
Perubahan kondisi intralumen usus
halus bagian atas
Mukosa usus halus yang abnormal
Hal-hal lain yang patologik merupakan
dasar gejala penyakit
Disfungsi usus besar yang
mempengaruhi usus kecil

Kondisi intralumen dan


malabsorbsi
1.

Insufisiensi eksokrin pankreas (kurangnya enzim


digestif mencapai duodenum)
-malnutrisi
-prematuritas
-cystic fibrosis
-pancreatic achylia dan neutropenia
-defisiensi lipase spesifik
-abnormalitas pankreas lain

2.

Gangguan sirkulasi enterohepatik garam empedu


a. Hati yang imatur
-prematuritas
-hepatitis neonatal
b. Kolestasis
-atresia biliaris
-sirosis hati
c. Dekonjugasi garam empedu karena bakteri dalam lumen
-overgrowth bakteri di usus halus bagian atas
-contaminated small bowel syndrome:
obstruksi usus
blind loop
gangguan motilitas
anastomosis sesudah reseksi
abnormalitas anatomik lain
d. Gangguan absorbsi garam empedu
-reseksi ileum
-diare pascabedah pada penyakit hirschprung
e. Tosigenik
-diare menetap atau intraktabel

usus

Mukosa usus halus yang


abnormal
1. Nonspesifik
(tinggi villus berkurang, sel epitel
rusak, infiltrasi sel pada lamina)
2. Spesifik
(gangguan aliran limfa)

Pemeriksaan

Analisis tinja
Kromatografi gula tinja
pH tinja
Uji toleransi gula
Uji galaktosa dalam urin
Uji absorbsi D-xylosa
Uji radiologik
Breath hidrogen test
Breath test
Biopsi usus
Uji toleransi asam amino
Uji aktivitas tripsin
Uji maldigesti triptofan

Cows Milk Protein


Sensitive Enteropathy
(CMPSE)
Sindrom klinik akibat sensitisasi
seseorang terhadap protein susu sapi
yang diabsorbsi melalui mukosa usus
halus yang permeabel.

KOMPONEN ALERGEN
PADA AIR SUSU SAPI

Beta-laktoglobulin (BLG)
Casein
Alfa-lakalbumin (ALA)
Bovine serum albumin (BSA)

82%
43%
41%
18%

PATOGENESIS
Protein susu sapi sebagian besar
terdiri dari beta-laktoglobulin dan
sedikit immunoglobulin
Air susu ibu (terutama kolostrum)
sebaiknya kaya akan immunoglobulin A
dan tidak terdapat beta laktoglobulin.

Patofisiologi
Intoleransi laktosa
Gastroenteritis
akut
kerusakan mukosa
usus
aktifitas enzim
laktase
Intoleransi
laktosa
malabsorp
si

Intoleransi/alergi protein
susu sapi

Sensitif thd protein


asing
kerusakan mukosa
usus

malabsorp
si

DIARE

Sindrom intoleransi
protein susu sapi
Primer terjadi kerusakan mukosa usus terhadap antigen,
dan yang kedua adalah control dari antigen terutama dalam
hal kemampuan eksklusinya.
Sekunder yang terjadi akibat gastroenteritis.
Kerusakan mukosa usus akibat gastroenteritis yang
memungkinkan masuknya antigen secara berlebihan.
Disertai dengan ketidakmampuan secara local untuk
mengontrol antigen.
Reaksi local pada mukosa usus yang kemudian terjadi
diduga berlandaskan reaksi hipersensitivitas tipe I, tipe
III dan tipe IV. Tipe IV menyebabkan pemendekan vili dan
perpanjangan kripta usus (suatu enteropatia)

GEJALA KLINIS

diare kronik
muntah
gangguan pertumbuhan (failure to thrive)
hipoproteinemia
gejala lain : obstipasi, stomatitis, nafsu
makan menurun, kolik abdominal dan
gejala obstruksi intestinal karena
pembesaran kelenjar mesenterika.

KRITERIA DIAGNOSTIK
(Goldman, dkk)

gejala menghilang sesudah eliminasi susu sapi


gejala tampak kembali 48 jam sesudah
pemberian susu sapi
reaksi pada pemberian kembali susu sapi
tersebut harus terjadi 3 kali berturut-turut
dengan gejala klinis yang sama baik mengenai
masa timbulnya (onset) maupun lama
sindromnya.

TERAPI

1.

Pengelolaan diet (dietary management)

ASI
Diet bebas susu sapi
Substitusi susu

2. Harus mengandung protein, lemak dan


karbohidrat dalam jumlah yang equivalent
dan vitamin serta mineral yang adekuat.

Formula susu kedelai


Susu domba / susu kambing
Susu yang dipanaskan (dievaporasi dan dididihkan)
Hidrolisat protein
Formula meat base
Air tajin

3. Terapi obat
Disodium cromoglycate (per oral) dosis
25-50 mg, 1 jam sebelum pemberian air
susu sapi.
4. Hiposensitisasi
5. Diberikan air susu sapi yang diencerkan,
kemudian perlahan-lahan dinaikkan
tergantung respon anak.
6. Koreksi air dan elektrolit

PROGNOSIS
Baik bila berhasil dibuat diagnosa
dini dan dengan eliminasi diet
memberi hasil yang memuaskan.

PENCEGAHAN

Anamnesis keluarga dengan alergi,


terutama terhadap air susu sapi
Pada bayi baru lahir, tidak diberi air
susu sapi, berikan :

ASI
Formula hipoalergenik

Gizi buruk
Penyakit gastrointestinal, terutama
diare, yang banyak terjadi pada umur
dengan pertumbuhan cepat (balita),
berakibat absorbsi zat gizi
berkurang, mempunyai efek negatif
pada pertumbuhan.

Kebutuhan zat gizi

Untuk tiap umur tidak sama


Bayi : 110 kal/kgBB
protein : 2-3,5 gr/kgBB
Anak ( 13-15 th) : 60 kal/kgBB
protein : 1,7 gr/kgBB
Pada diare kronik dapat diberikan formula susu yang berisi :
-MCT (Medium Chain Trigliserid)
-bebas laktosa dan bebas disakarida lain, tetapi dengan
glukosa polimer, di/tripeptida atau protein hidrolisat
-bersifat isoosmolar (296 mOsm/L)
-hipoalergenik

Mekanisme diare
menyebabkan gizi buruk
Berkurangnya pemasukan makanan
Kerusakan sel mukosa usus
menyebabkan absorbsi berkurang
Infeksi sistemik menyebabkan
gangguan fungsi metabolik
Kehilangan langsung air dan elektrolit

TONSILOFARINGITIS
AKUT
Faringitis bakterialis akut adalah adalah
sebuah penyakit yang menyerang
tenggorokan atau faring
Kadangkala juga disebut sebagai radang
tenggorokan.
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada
tonsil (amandel).
Tonsilitis dapat bersifat akut atau kronis

Kuman terbanyak

Streptococcus viridans (54.2%)


Branhamella catarrhalis (22.9%),
Streptococcus haemolyticus (6.11%)
Streptococcus pneumoniae (3.82%)
Streptococcus non-haemolyticus (3.82%)
Klebsiella pneumoniae (3.05%)

PATOGENESIS
Penularan terjadi secara droplet
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel
Epitel terkikis
Jaringan limfoid superfisialis bereaksi
Pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear.

Manifestasi Klinis
Suhu tubuh naik sampai 40C
Rasa gatal/kering di tenggorokan
Lesu
Nyeri sendi
Odinifagia
Anoreksia
Otalgia dalam bentuk nyeri ahli
(referred pain)
Bila laring terkena suara akan menjadi
serak

Manifestasi klinis
Pada pemeriksaan tampak:
Faring hiperemis
Tonsil membengkak dan hiperemis
Terdapat detritus (Tonsilitis Folikularis)
Kadang detritus berdekatan menjadi satu
(Tonsilitis Lakunaris), atau berupa membran
semu
Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri
tekan

Penatalaksanaan
Analgetik
Antipiretik
Obat hisap atau berkumur dengan larutan
garam hangat 3-4 kali sehari
Terapi antibiotik
Istirahat yang cukup
Tonsilektomi

LAPORAN KASUS

IDENTITAS
: An. A
Nama
: 11 Januari 2006
Tgl lahir (umur)
(10 bln)
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat : Jl. Dewi sartika Gg. Waru dalam RT.
11/06 No. 2 Cawang Kramat Jati, Jak-Tim
Agama : Islam

IDENTITAS ORANG
TUA
Ayah

Ibu

Nama : Tn. M
Nama : Ny. S
Umur : 27 tahun Umur : 23 tahun
Suku bangsa : Jawa
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Agama : Islam
Pendidikan : STM Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Ibu
rumahtangga
Hubungan dengan orang tua : anak kandung

RIWAYAT KEHAMILAN
DAN KELAHIRAN
Kehamilan :
Perawatan antenatal : teratur
Penyakit kehamilan : disangkal
Kelahiran :
Tempat kelahiran
: rumah bersalin
Penolong persalinan
: bidan
Cara persalinan : pervaginam
Penyulit persalinan
: disangkal
Masa gestasi
: cukup bulan
Keadaan bayi
:
- Berat badan lahir
: 3800 gram
- Panjang badan lahir : 50 cm
- Langsung menangis
- Nilai Apgar : tidak diketahui
- Kelainan bawaan
: disangkal

RIWAYAT IMUNISASI
Jenis

BCG

II

III Ulangan

2 bulan

DPT
Polio

2 bulan

4 bulan

6 bulan

2 bulan

4 bulan

6 bulan

Campak
Hepatitis B

Kesan imunisasi dasar tidak lengkap

RIWAYAT MAKANAN

Umur
(bulan)

A.S.I/P.A.S.I

0-2

ASI

2-4

ASI

4-6

ASI

6-8

ASI

8-10

PASI

Buah/biskuit

Bubur susu Bubur tim

RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Keluhan utama : Mencret-mencret
Keluhan tambahan : demam
30 hari SMRS pasien mencret-mencret, sebanyak 6 kali/hari, cair,
warna kuning, ampas (+), lendir (-), darah (-). Pasien dibawa ke rumah
sakit oleh orang tuanya dan mendapat pengobatan puyer. Setelah 3
hari kemudian mencret-mencret pasien berkurang. Batuk (+), pilek (-),
mual (-), muntah (-), demam (-), BAK biasa.
14 hari SMRS pasien kembali mencret-mencret, sebanyak 6 kali/hari,
cair, ampas (+), lendir (-), darah (-). Pasien kembali dibawa ke dokter
oleh orang tuanya. Saat itu dokter menyarankan agar pasien di rawat.
Namun karena permasalahan keuangan, orang tua pasien menolak untuk
rawat inap. Pasien mendapat obat puyer dan mencret mulai berkurang.
Batuk (+), pilek (-), mual (-), muntah (-), demam (-), saat menangis air
mata (-), nafsu minum ASI/PASI berkurang, BAK biasa.

5 jam SMRS pasien kembali mencret-mencret dari


pagi pukul 07.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB. Kali
ini pasien mencret lebih dari 6 kali/hari, cair, ampas
(+), lendir (-), darah (-). BAK berkurang, air mata (-),
nafsu minum ASI berkurang. Pasien juga demam
(suhu tidak diukur), sepanjang hari, suhu dirasakan
tidak naik turun. Kejang (-). Orang tua pasien
kembali membawa pasien ke dokter, kali ini orang
tua pasien setuju untuk rawat inap. Batuk (+), pilek
(-), mual (-), muntah (-). Di keluarga pasien saat ini
tidak ada yang menderita sakit seperti pasien.

RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH


DIDERITA
Disangkal
RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA
Disangkal
RIWAYAT PENYAKIT PADA ANGGOTA
KELUARGA LAIN / ORANG LAIN SERUMAH
Disangkal

DATA KEPEMILIKAN
RUMAH

Kepemilikan rumah : Hak milik


pribadi
Keadaan rumah : konstruksi
tembok, sinar matahari
cukup, ventilasi cukup (3
buah), kamar mandi 1 di
dalam rumah, atap genteng,
lantai ubin.
Keadaan lingkungan : jarak
antar rumah berdekatan,
saluran got tidak ada, tempat
pembuangan sampah di depan
rumah.

PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 1/11/ 2006
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Frekuensi nadi : 130 x/menit (reguler,kuat
angkat, isi cukup)
Frekuensi nafas : 38 x/menit (reguler,adekuat)
Suhu
: 37,5 C (Axilla)

Data Antropometri
Berat badan = 5,5 kg
Panjang badan
= 71 cm
Status gizi :
BB/BB (P50) x 100%
= 5,5/9,1 x 100% = 60,4 %
PB/PB (P50) x 100%
= 71/72 x 100% = 98,6 %
BB/BB PB (P50) x 100% = 5,5/8,8 x 100% = 62,5 %
Kesan : Gizi kurang

Pemeriksaan Fisik
Kepala : mesocephali, UUB cekung, belum menutup,
rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah
dicabut
Mata : kelopak mata cekung, air mata (-), kongjungtiva
subanemis, tidak hiperemis, sclera tidak ikterik.
Telinga : normotia, serumen -/Hidung : lapang/lapang, sekret -/-, pernapasan cuping
hidung (-).
Mulut : mukosa bibir kering, tonsil T1-T1 hiperemis,
faring hiperemis, sianosis sirkumoral (-)
Leher : KGB tidak teraba membesar

Pemeriksaan Fisik
Thoraks : I
Pal
Per
Aus

: pergerakan dinding dada simetris


: stem fremitus ka=ki
: sonor ka=ki
: BND bronkovesikuler, rhonki -/-,
wheezing-/BJ I-II normal, murmur (-), gallop(-)
Abdomen : I : perut tampak datar
Aus : bising usus (+) 8 x/m
Pal : lemas, hepar dan lien tidak teraba
Per : timpani
Ekstremitas : akral hangat, capillary refill < 2 dtk
Kulit
: turgor kurang

LABORATORIUM
Darah lengkap
LED : 10 mm / jam
HB
: 10,6 g/dl
Ht : 37 %
Eritrosit : 4,16 juta / ul
Leukosit : 22.400/ l
Trombosit : 271.000/l
Hitung jenis
: -/1/2/46/49/2
Retikulosit : 30 %

DIAGNOSIS KERJA

Diare Akut Dehidrasi Berat


Tonsilofaringitis akut
Anemia
Gizi kurang

ANJURAN PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Pemeriksaan darah lengkap


Pemeriksaan Urin lengkap
Pemeriksaan feses lengkap
Pemeriksaan elektrolit

PROGNOSIS
: Bonam
Ad vitam
Ad sanationum : Dubia ad bonam
Ad functionum : Bonam

PENATALAKSANAAN
Rawat inap
Diet : ASI/PASI (LLM) + BPK
IVFD
:
1 jam pertama RL 165 tetes/mnt mikro
7 jam kedua
RL 55 tetes/mnt mikro
16 jam ketiga RL 44 tetes/mnt mikro
MM/ :
- Sanmol 3 x 50 mg (Po)
- Taxegram 2 x 200 mg (IV)
- Lacto B
2 x 1 sachet (Po)

S :

mencret 2x (cair, ampas , lendir (-), darah


(-), warna cokelat), demam (+), BAK (+) banyak
O : Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Frek. Nadi : 115 x/menit (reguler, isi cukup, kuat angkat)
Frek. Nafas
: 30 x /menit (reguler, adekuat)
Suhu
: 37,8 C (axilla)
Kepala
: Mesocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut, UUB cekung belum menutup
Mata
: Konjungtiva subanemis, sklera tidak ikterik, kelopak
mata cekung, air mata (-)
Mulut
: mukosa bibir kering, tonsil T1-T1 hiperemis, faring hiperemis
Sianosis sirkumoral (-)
Abdomen : I
: perut tampak datar
Aus : bising usus (+) 6 x/m
Pal : lemas, hepar dan lien tidak teraba
Per : timpani
Hidung, telinga, leher, pemeriksaan dada dalam batas
normal.
Kulit
: Turgor kurang
A : Diare Akut dehidrasi berat + Tonsilofaringitis + Anemia + Gizi kurang
P : Diet
: ASI/LLM + BPK
IVFD
: RL 55 tetes/mnt
MM/
:
- Taxegram 2 x 200 mg (IV)
- Paracetamol 3 x 50 mg (Po)
- Lacto B 2 x 1 sachet (Po)

Tgl 1 11 - 2006
SOAP 1 Jam (Pk. 13.00) BB = 5,5 kg

Tanggal 01-11-2006
SOAP 7 jam
BB : 5,5 kg
S : Dari jam 13.00 20.00 mencret 3x (cair, ampas , lendir (-), darah
(-), warna cokelat), demam (+) ,BAK (+) banyak
O : Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Frek. Nadi : 115 x/menit (reguler, isi cukup, kuat angkat)
Frek. Nafas
: 30 x /menit (reguler, adekuat)
Suhu : 38,5 C (axilla)
Kepala
: Mesocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut, UUB cekung belum menutup
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, kelopak
mata cekung, air mata (-)
Mulut : mukosa bibir kering, tonsil T1-T1 hiperemis, faring
hiperemis
Sianosis sirkumoral (-)
Abdomen : I
: perut tampak datar
Aus : bising usus (+) 6 x/m
Pal : lemas, hepar dan lien tidak teraba
Per : timpani
Hidung, telinga, leher, pemeriksaan dada dalam batas normal.

A : Diare Akut dehidrasi berat +


Tonsilofaringitis + Anemia + Gizi kurang
P :-

Diet
IVFD
MM/ :

: ASI/LLM + BPK
: RL 44 tetes/mnt
- Taxegram 2 x 200 mg (IV)
- Paracetamol 3 x 50 mg (Po)
- Lacto B 2 x 1 sachet (Po)

Pemeriksaan Feses
Konsistensi : cair
Lendir
: (-)
Eritrosit : (-)
Entamoeba histolitika :(-)
Entamoeba coli : (-)
Kista : (-)

Elektrolit :
Na : 136 mmol/L
K : 3,9 mmol/L
Cl : 102 mmol/L

SOAP Tanggal 02-11-2006 BB: 5,5 kg


S : Semalam dari jam 20.00 06.00 WIB pasien mencret > 6 kali,
gelas aqua setiap kali mencret, cair, lendir (-), ampas (+),
darah (-), warna cokelat.
O : Keadaan umum
: Tampak sakit sedang (lemas)
Kesadaran
: Composmentis
Frek. Nadi
: 124 x/menit (reguler, isi cukup, kuat angkat)
Frek. Nafas
: 30 x menit (reguler, adekuat)
Suhu
: 36,4 C (axilla)
Kepala : UUB cekung belum menutup
Mata : air mata (+), kelopak mata tidak cekung
Mulut : mukosa bibir lembab, tonsil T1-T1 hiperemis, faring
hiperemis
Telinga, hidung, leher, dada, Perut, ekstremitas : dalam batas
normal
Kulit
: turgor cukup

A : Diare Akut terehidrasi + Tonsilofaringitis


Akut + Anemia + Gizi kurang
P :

Diet
: ASI/LLM + BPK
IVFD : Kaen 3B 22 tetes/menit (mikro)
MM/ : - Taxegram 2 x 200 mg (IV)
- Paracetamol 3 x 500 mg (Po)
- Lacto B 2 x 1 sachet (Po)

Tanggal 03-11-2006
BB: 5,6 kg + spalk
S : Pasien sudah tidak mencret sejak semalam, tidak rewel, sudah banyak
minum
O :
Keadaan umum
: Tampak sakit ringan (BAB (-), tidak rewel,
sudah banyak minum)
Kesadaran
: Composmentis
Frek. Nadi
: 127 x/menit (reguler, isi cukup, kuat
angkat)
Frek. Nafas
: 26 x menit (reguler, adekuat)
Suhu
: 37 C (axilla)
Kepala
: dalam batas normal
Mata
: air mata (+) banyak, kelopak mata tidak cekung
Telinga, hidung, mulut, leher, dada, Perut, ekstremitas : dalam batas
normal
Kulit
: turgor cukup
A :Diare Akut terehidrasi, tidak diare 1 hr + Tonsilofaringitis akut dalam
perbaikan + Anemia + Gizi kurang
P :Diet
: ASI/LLM + BPK
IVFD
: Kaen 3B 23 tetes/menit (mikro)
MM/
:
- Taxegram 2 x 200 mg (IV)
- Paracetamol 3 x 500 mg (Po)
- Lacto B 2 x 1 sachet (Po)

Tanggal 04-11-2006
BB: 5,6 kg + spalk
S : Pasien sudah tidak mencret sejak 2 hari yang lalu, tidak rewel, gerakan aktif,
sudah banyak minum dan sudah banyak makan
O : Keadaan umum: Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Composmentis
Frek. Nadi
: 136 x/menit (reguler, isi cukup, kuat angkat)
Frek. Nafas : 32 x menit (reguler, adekuat)
Suhu : 36,5 C (axilla)
Kepala
: dalam batas normal
Mata : dalam batas normal
Telinga, hidung, mulut, leher, dada, Perut, ekstremitas : dalam batas normal
Kulit
: turgor cukup
A :Bebas diare hari kedua + Tonsilofaringitis dalam perbaikan + Anemia + Gizi kurang
P :Diet
: ASI/LLM + BPK
IVFD
: Kaen 3B 23 tetes/menit (mikro) Aff
MM/
:
- Paracetamol 3 x 500 mg (Po)
- Lacto B 2 x 1 sachet (Po)
- Boleh pulang

ANALISA KASUS
Pada pasien ini seharusnya dilakukan tes
mantoux untuk mengetahui apakah ada
infeksi kuman tuberculosa.
Kecurigaan ini berdasarkan pada adanya
batuk >1 bln, status gizi yang buruk dan
adanya diare >1 bln.
Pada pasien ini juga belum sempat dilakukan
pemeriksaan foto thoraks dikarenakan
kondisi keuangan keluarga yang tidak
memungkinkan

Dalam hal ini status gizi yang buruk dapat pula


menyebabkan diare yang semakin berat.
Gizi buruk yang terjadi disebabkan oleh:
Kondisi ekonomi keluarga kurang

Pendidikan orangtua yang rendah

Kurangnya asupan makanan (ASI/PASI

sedikit)
Diare yang berkelanjutan

Maka penanganan diare juga harus meliputi perbaikan gizi.


Pada pasien ini terjadi anemia karena asupan gizi yang
kurang baik.

KESIMPULAN

Pasien, seorang bayi laki-laki, umur 9


bulan, BB = 5,5 kg, PB = 71 cm, dirawat di
RSU FK UKI dengan diagnosa Diare Akut
Dehidrasi Berat. Berdasarkan kriteria
WHO (2000), dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik pada pasien ditemukan
anak tampak gelisah, malas minum, ubunubun besar cekung, turgor kulit lambat
kembali, matanya cekung, air mata
sedikit, dan pengeluaran urin berkurang.

Maka untuk terapi rehidrasi diberikan


cairan RL.
1 jam pertama RL 165 tetes/mnt mikro
7 jam kedua RL 55 tetes/mnt mikro
16 jam ketiga RL 44 tetes/mnt mikro
Kemudian tetap dilanjutkan dengan KAEN
3B untuk maintenance.
Kaen 3B 22 tetes/menit (mikro)

Diagnosa Tonsilofaringitis Akut


berdasarkan pada anamnesa adanya
batuk, pada pemeriksaan fisik adanya
tonsil T1-T1 hiperemis dan faring
hiperemis.
Diagnosa anemia berdasarkan pada
pemeriksaan fisik adanya konjungtiva
subanemis dan pada pemeriksaan lab
ditemukan Hb menurun 10,6 g/dL.
Diagnosa gizi kurang berdasarkan
data antropometri

Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap


terdapat leukositosis, maka kemungkinan
penyebabnya diare parenteral dari TFA.
Maka diberikan pengobatan antibiotik
Taxegram 2x200 mg (dosis 50-100
mg/kgBB/hari)
Pemberian obat antipiretik sebagai
pengobatan simtomatik karena pada pasien
ini terdapat panas.
Panas pada penderita diare dapat disebabkan
karena dehidrasi, karena kekurangan cairan
yang banyak melalui tinja dan intake yang
kurang.
Diare pada pasien ini dapat digolongkan
sebagai diare kronik karena perjalanan
penyakit selama 30 hari.

EDUKASI

Menganjurkan untuk tetap memberikan ASI


Memberi pengarahan menyusun diet bergizi untuk
meningkatkan status gizi pasien
Menganjurkan untuk menjaga kebersihan lingkungan
rumah, kebersihan perseorangan, termasuk mencuci
tangan dahulu sebelum makan atau memberi makan
pasien.
Menggunakan jamban yang terawat dan bersih.
Menjaga kebersihan tempat makanan dan minuman
pasien.
Apabila pasien terkena diare lagi, menganjurkan
orangtua untuk memberikan pertolongan pertama
memberi larutan oralit sebelum dibawa ke rumah
sakit.

Penyusunan diet
ASI diteruskan
Susu Formula (contoh: Bebelac FL)
Formula bebas laktosa dengan Fe untuk bayi
dan anak dengan diare sedang-berat,
intoleransi laktosa.
Kebutuhan energi 110 kcal x 5.5 kg = 605
kcal/hari.
Diet : tim saring dan lauk pauk cincang
Diberikan 1x/hari

PENUTUP
Masalah diare kronik adalah lebih
kompleks dibanding diare akut. Perlu
diadakan pendekatan masalah (anamnesis,
pemeriksaan klinis, laboratorium dan
pemeriksaan penunjang) yang sangat teliti
untuk mendapatkan diagnosis yang lebih
tepat agar pengobatannya dapat berhasil.

Anda mungkin juga menyukai