KRONIK
PEMBIMBING :
dr. HARTANIAH SADIKIN Sp.A
OLEH :
R.FLAVIANA B. ASTIYANI
00-048
DEFINISI
Diare kronik adalah diare melanjut
sampai 2 minggu atau lebih dengan
atau tanpa kegagalan pertumbuhan
(failure to thrive).
KLASIFIKASI DIARE
KRONIK
PADA BAYI DAN ANAK
Watery stools
Fatty stools
Bloody stools
PATOFISIOLOGI
DIARE KRONIK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Diare osmotik
Diare sekretorik
Bakteri tumbuh lampau, asam empedu
asam lemak.
Tidak adanya mekanisme absorpsi ion
Kerusakan mukosa
Motilitas usus yang abnormal
Sindrom diare kronik
dan
DIARE OSMOTIK
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, dapat
dilewati air dan elektrolit dengan cepat
mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus
dengan cairan ekstraseluler.
Akumulasi bahan-bahan yang tidak dapat diserap
dalam lumen usus
keadaan hipertonik
Larutan isotonik
dehidrasi
DIARE SEKRETORIK
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan
elektrolit kedalam usus halus.
Absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi
klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat.
Sekresi cairan kehilangan air dan elektrolit dari
tubuh
tinja cair
dehidrasi.
Diare infeksi :
Rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri
seperti Escherichia coli dan Vibrio cholerae atau virus
(rotavirus)
Konjugasi
garam
empedu
Emulsi
Lemak
ATP-ase
Absorpsi Na
Absorpsi
lemak
Absorpsi
gula
Steatore
Intoleransi
gula
DIARE
DIARE
Absorpsi
asam
empedu
Absorpsi
H2O, Na, K
Absorpsi
protein
Hipoprotein
Hipoproteinemia
emia
Absorpsi
Malnutrisi
DIARE
DIARE
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dan pengobatan diare kronik tergantung kepada
penyebabnya.
Koreksi parenteral dan dehidrasi
Pengobatan:
a. Obat anti diare
b. Obat anti mikroba
c. Kolestiramin
d. Operasi
Setelah rehidrasi initial, proper feeding adalah esensial bagi
penyembuhan diare kronik.
Protein yang adekuat, energi dan nutrien esensial
ASI perlu dilanjutkan, bahkan waktu rehidrasi initial.
Anak
Diare
Beri makanan
u/cegah
malnutrisi
Bawa ke
petugas
kesehatan
3 hari tidak
membaik
Sindrom malaborbsi
Di negara berkembang, kelainan ini
banyak dihubungkan dengan
gastroenteritis, PEM, BBLR dan diare
pasca bedah.
Dihubungkan dengan mukosa yeyenum
yang abnormal.
Patofisiologi kelainan
pada usus
Perubahan kondisi intralumen usus
halus bagian atas
Mukosa usus halus yang abnormal
Hal-hal lain yang patologik merupakan
dasar gejala penyakit
Disfungsi usus besar yang
mempengaruhi usus kecil
2.
usus
Pemeriksaan
Analisis tinja
Kromatografi gula tinja
pH tinja
Uji toleransi gula
Uji galaktosa dalam urin
Uji absorbsi D-xylosa
Uji radiologik
Breath hidrogen test
Breath test
Biopsi usus
Uji toleransi asam amino
Uji aktivitas tripsin
Uji maldigesti triptofan
KOMPONEN ALERGEN
PADA AIR SUSU SAPI
Beta-laktoglobulin (BLG)
Casein
Alfa-lakalbumin (ALA)
Bovine serum albumin (BSA)
82%
43%
41%
18%
PATOGENESIS
Protein susu sapi sebagian besar
terdiri dari beta-laktoglobulin dan
sedikit immunoglobulin
Air susu ibu (terutama kolostrum)
sebaiknya kaya akan immunoglobulin A
dan tidak terdapat beta laktoglobulin.
Patofisiologi
Intoleransi laktosa
Gastroenteritis
akut
kerusakan mukosa
usus
aktifitas enzim
laktase
Intoleransi
laktosa
malabsorp
si
Intoleransi/alergi protein
susu sapi
malabsorp
si
DIARE
Sindrom intoleransi
protein susu sapi
Primer terjadi kerusakan mukosa usus terhadap antigen,
dan yang kedua adalah control dari antigen terutama dalam
hal kemampuan eksklusinya.
Sekunder yang terjadi akibat gastroenteritis.
Kerusakan mukosa usus akibat gastroenteritis yang
memungkinkan masuknya antigen secara berlebihan.
Disertai dengan ketidakmampuan secara local untuk
mengontrol antigen.
Reaksi local pada mukosa usus yang kemudian terjadi
diduga berlandaskan reaksi hipersensitivitas tipe I, tipe
III dan tipe IV. Tipe IV menyebabkan pemendekan vili dan
perpanjangan kripta usus (suatu enteropatia)
GEJALA KLINIS
diare kronik
muntah
gangguan pertumbuhan (failure to thrive)
hipoproteinemia
gejala lain : obstipasi, stomatitis, nafsu
makan menurun, kolik abdominal dan
gejala obstruksi intestinal karena
pembesaran kelenjar mesenterika.
KRITERIA DIAGNOSTIK
(Goldman, dkk)
TERAPI
1.
ASI
Diet bebas susu sapi
Substitusi susu
3. Terapi obat
Disodium cromoglycate (per oral) dosis
25-50 mg, 1 jam sebelum pemberian air
susu sapi.
4. Hiposensitisasi
5. Diberikan air susu sapi yang diencerkan,
kemudian perlahan-lahan dinaikkan
tergantung respon anak.
6. Koreksi air dan elektrolit
PROGNOSIS
Baik bila berhasil dibuat diagnosa
dini dan dengan eliminasi diet
memberi hasil yang memuaskan.
PENCEGAHAN
ASI
Formula hipoalergenik
Gizi buruk
Penyakit gastrointestinal, terutama
diare, yang banyak terjadi pada umur
dengan pertumbuhan cepat (balita),
berakibat absorbsi zat gizi
berkurang, mempunyai efek negatif
pada pertumbuhan.
Mekanisme diare
menyebabkan gizi buruk
Berkurangnya pemasukan makanan
Kerusakan sel mukosa usus
menyebabkan absorbsi berkurang
Infeksi sistemik menyebabkan
gangguan fungsi metabolik
Kehilangan langsung air dan elektrolit
TONSILOFARINGITIS
AKUT
Faringitis bakterialis akut adalah adalah
sebuah penyakit yang menyerang
tenggorokan atau faring
Kadangkala juga disebut sebagai radang
tenggorokan.
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada
tonsil (amandel).
Tonsilitis dapat bersifat akut atau kronis
Kuman terbanyak
PATOGENESIS
Penularan terjadi secara droplet
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel
Epitel terkikis
Jaringan limfoid superfisialis bereaksi
Pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear.
Manifestasi Klinis
Suhu tubuh naik sampai 40C
Rasa gatal/kering di tenggorokan
Lesu
Nyeri sendi
Odinifagia
Anoreksia
Otalgia dalam bentuk nyeri ahli
(referred pain)
Bila laring terkena suara akan menjadi
serak
Manifestasi klinis
Pada pemeriksaan tampak:
Faring hiperemis
Tonsil membengkak dan hiperemis
Terdapat detritus (Tonsilitis Folikularis)
Kadang detritus berdekatan menjadi satu
(Tonsilitis Lakunaris), atau berupa membran
semu
Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri
tekan
Penatalaksanaan
Analgetik
Antipiretik
Obat hisap atau berkumur dengan larutan
garam hangat 3-4 kali sehari
Terapi antibiotik
Istirahat yang cukup
Tonsilektomi
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
: An. A
Nama
: 11 Januari 2006
Tgl lahir (umur)
(10 bln)
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat : Jl. Dewi sartika Gg. Waru dalam RT.
11/06 No. 2 Cawang Kramat Jati, Jak-Tim
Agama : Islam
IDENTITAS ORANG
TUA
Ayah
Ibu
Nama : Tn. M
Nama : Ny. S
Umur : 27 tahun Umur : 23 tahun
Suku bangsa : Jawa
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Agama : Islam
Pendidikan : STM Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Ibu
rumahtangga
Hubungan dengan orang tua : anak kandung
RIWAYAT KEHAMILAN
DAN KELAHIRAN
Kehamilan :
Perawatan antenatal : teratur
Penyakit kehamilan : disangkal
Kelahiran :
Tempat kelahiran
: rumah bersalin
Penolong persalinan
: bidan
Cara persalinan : pervaginam
Penyulit persalinan
: disangkal
Masa gestasi
: cukup bulan
Keadaan bayi
:
- Berat badan lahir
: 3800 gram
- Panjang badan lahir : 50 cm
- Langsung menangis
- Nilai Apgar : tidak diketahui
- Kelainan bawaan
: disangkal
RIWAYAT IMUNISASI
Jenis
BCG
II
III Ulangan
2 bulan
DPT
Polio
2 bulan
4 bulan
6 bulan
2 bulan
4 bulan
6 bulan
Campak
Hepatitis B
RIWAYAT MAKANAN
Umur
(bulan)
A.S.I/P.A.S.I
0-2
ASI
2-4
ASI
4-6
ASI
6-8
ASI
8-10
PASI
Buah/biskuit
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Keluhan utama : Mencret-mencret
Keluhan tambahan : demam
30 hari SMRS pasien mencret-mencret, sebanyak 6 kali/hari, cair,
warna kuning, ampas (+), lendir (-), darah (-). Pasien dibawa ke rumah
sakit oleh orang tuanya dan mendapat pengobatan puyer. Setelah 3
hari kemudian mencret-mencret pasien berkurang. Batuk (+), pilek (-),
mual (-), muntah (-), demam (-), BAK biasa.
14 hari SMRS pasien kembali mencret-mencret, sebanyak 6 kali/hari,
cair, ampas (+), lendir (-), darah (-). Pasien kembali dibawa ke dokter
oleh orang tuanya. Saat itu dokter menyarankan agar pasien di rawat.
Namun karena permasalahan keuangan, orang tua pasien menolak untuk
rawat inap. Pasien mendapat obat puyer dan mencret mulai berkurang.
Batuk (+), pilek (-), mual (-), muntah (-), demam (-), saat menangis air
mata (-), nafsu minum ASI/PASI berkurang, BAK biasa.
DATA KEPEMILIKAN
RUMAH
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 1/11/ 2006
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Frekuensi nadi : 130 x/menit (reguler,kuat
angkat, isi cukup)
Frekuensi nafas : 38 x/menit (reguler,adekuat)
Suhu
: 37,5 C (Axilla)
Data Antropometri
Berat badan = 5,5 kg
Panjang badan
= 71 cm
Status gizi :
BB/BB (P50) x 100%
= 5,5/9,1 x 100% = 60,4 %
PB/PB (P50) x 100%
= 71/72 x 100% = 98,6 %
BB/BB PB (P50) x 100% = 5,5/8,8 x 100% = 62,5 %
Kesan : Gizi kurang
Pemeriksaan Fisik
Kepala : mesocephali, UUB cekung, belum menutup,
rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah
dicabut
Mata : kelopak mata cekung, air mata (-), kongjungtiva
subanemis, tidak hiperemis, sclera tidak ikterik.
Telinga : normotia, serumen -/Hidung : lapang/lapang, sekret -/-, pernapasan cuping
hidung (-).
Mulut : mukosa bibir kering, tonsil T1-T1 hiperemis,
faring hiperemis, sianosis sirkumoral (-)
Leher : KGB tidak teraba membesar
Pemeriksaan Fisik
Thoraks : I
Pal
Per
Aus
LABORATORIUM
Darah lengkap
LED : 10 mm / jam
HB
: 10,6 g/dl
Ht : 37 %
Eritrosit : 4,16 juta / ul
Leukosit : 22.400/ l
Trombosit : 271.000/l
Hitung jenis
: -/1/2/46/49/2
Retikulosit : 30 %
DIAGNOSIS KERJA
ANJURAN PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PROGNOSIS
: Bonam
Ad vitam
Ad sanationum : Dubia ad bonam
Ad functionum : Bonam
PENATALAKSANAAN
Rawat inap
Diet : ASI/PASI (LLM) + BPK
IVFD
:
1 jam pertama RL 165 tetes/mnt mikro
7 jam kedua
RL 55 tetes/mnt mikro
16 jam ketiga RL 44 tetes/mnt mikro
MM/ :
- Sanmol 3 x 50 mg (Po)
- Taxegram 2 x 200 mg (IV)
- Lacto B
2 x 1 sachet (Po)
S :
Tgl 1 11 - 2006
SOAP 1 Jam (Pk. 13.00) BB = 5,5 kg
Tanggal 01-11-2006
SOAP 7 jam
BB : 5,5 kg
S : Dari jam 13.00 20.00 mencret 3x (cair, ampas , lendir (-), darah
(-), warna cokelat), demam (+) ,BAK (+) banyak
O : Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Frek. Nadi : 115 x/menit (reguler, isi cukup, kuat angkat)
Frek. Nafas
: 30 x /menit (reguler, adekuat)
Suhu : 38,5 C (axilla)
Kepala
: Mesocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut, UUB cekung belum menutup
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, kelopak
mata cekung, air mata (-)
Mulut : mukosa bibir kering, tonsil T1-T1 hiperemis, faring
hiperemis
Sianosis sirkumoral (-)
Abdomen : I
: perut tampak datar
Aus : bising usus (+) 6 x/m
Pal : lemas, hepar dan lien tidak teraba
Per : timpani
Hidung, telinga, leher, pemeriksaan dada dalam batas normal.
Diet
IVFD
MM/ :
: ASI/LLM + BPK
: RL 44 tetes/mnt
- Taxegram 2 x 200 mg (IV)
- Paracetamol 3 x 50 mg (Po)
- Lacto B 2 x 1 sachet (Po)
Pemeriksaan Feses
Konsistensi : cair
Lendir
: (-)
Eritrosit : (-)
Entamoeba histolitika :(-)
Entamoeba coli : (-)
Kista : (-)
Elektrolit :
Na : 136 mmol/L
K : 3,9 mmol/L
Cl : 102 mmol/L
Diet
: ASI/LLM + BPK
IVFD : Kaen 3B 22 tetes/menit (mikro)
MM/ : - Taxegram 2 x 200 mg (IV)
- Paracetamol 3 x 500 mg (Po)
- Lacto B 2 x 1 sachet (Po)
Tanggal 03-11-2006
BB: 5,6 kg + spalk
S : Pasien sudah tidak mencret sejak semalam, tidak rewel, sudah banyak
minum
O :
Keadaan umum
: Tampak sakit ringan (BAB (-), tidak rewel,
sudah banyak minum)
Kesadaran
: Composmentis
Frek. Nadi
: 127 x/menit (reguler, isi cukup, kuat
angkat)
Frek. Nafas
: 26 x menit (reguler, adekuat)
Suhu
: 37 C (axilla)
Kepala
: dalam batas normal
Mata
: air mata (+) banyak, kelopak mata tidak cekung
Telinga, hidung, mulut, leher, dada, Perut, ekstremitas : dalam batas
normal
Kulit
: turgor cukup
A :Diare Akut terehidrasi, tidak diare 1 hr + Tonsilofaringitis akut dalam
perbaikan + Anemia + Gizi kurang
P :Diet
: ASI/LLM + BPK
IVFD
: Kaen 3B 23 tetes/menit (mikro)
MM/
:
- Taxegram 2 x 200 mg (IV)
- Paracetamol 3 x 500 mg (Po)
- Lacto B 2 x 1 sachet (Po)
Tanggal 04-11-2006
BB: 5,6 kg + spalk
S : Pasien sudah tidak mencret sejak 2 hari yang lalu, tidak rewel, gerakan aktif,
sudah banyak minum dan sudah banyak makan
O : Keadaan umum: Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Composmentis
Frek. Nadi
: 136 x/menit (reguler, isi cukup, kuat angkat)
Frek. Nafas : 32 x menit (reguler, adekuat)
Suhu : 36,5 C (axilla)
Kepala
: dalam batas normal
Mata : dalam batas normal
Telinga, hidung, mulut, leher, dada, Perut, ekstremitas : dalam batas normal
Kulit
: turgor cukup
A :Bebas diare hari kedua + Tonsilofaringitis dalam perbaikan + Anemia + Gizi kurang
P :Diet
: ASI/LLM + BPK
IVFD
: Kaen 3B 23 tetes/menit (mikro) Aff
MM/
:
- Paracetamol 3 x 500 mg (Po)
- Lacto B 2 x 1 sachet (Po)
- Boleh pulang
ANALISA KASUS
Pada pasien ini seharusnya dilakukan tes
mantoux untuk mengetahui apakah ada
infeksi kuman tuberculosa.
Kecurigaan ini berdasarkan pada adanya
batuk >1 bln, status gizi yang buruk dan
adanya diare >1 bln.
Pada pasien ini juga belum sempat dilakukan
pemeriksaan foto thoraks dikarenakan
kondisi keuangan keluarga yang tidak
memungkinkan
sedikit)
Diare yang berkelanjutan
KESIMPULAN
EDUKASI
Penyusunan diet
ASI diteruskan
Susu Formula (contoh: Bebelac FL)
Formula bebas laktosa dengan Fe untuk bayi
dan anak dengan diare sedang-berat,
intoleransi laktosa.
Kebutuhan energi 110 kcal x 5.5 kg = 605
kcal/hari.
Diet : tim saring dan lauk pauk cincang
Diberikan 1x/hari
PENUTUP
Masalah diare kronik adalah lebih
kompleks dibanding diare akut. Perlu
diadakan pendekatan masalah (anamnesis,
pemeriksaan klinis, laboratorium dan
pemeriksaan penunjang) yang sangat teliti
untuk mendapatkan diagnosis yang lebih
tepat agar pengobatannya dapat berhasil.