Anda di halaman 1dari 84

Case Report Session

Otitis Media Supuratif


Kronis

KETERANGAN UMUM

Nama
Jenis kelamin
Umur
Alamat
Agama
Tanggal pemeriksaan
2009

: An. Fahri
: Laki-laki
: 22 bulan
: Ciwidey
: Islam
: 27 April

ANAMNESIS (alloanamnesis)
Keluhan utama :

keluar cairan dari telinga


kanan

ANAMNESIS KHUSUS
(alloanamnesis)
Sejak 2 bulan sebelum berobat ke

poliklinik THT RS Muhammadiyah, dari


telinga kanan os keluar cairan, hilang
timbul, jumlah tidak terlalu banyak,
berwarna kekuningan, kental, tidak
berbau dan tidak bercampur darah.

Menurut ibunya, pendengaran os tidak

terganggu karena os tetap berespon


bila dipanggil.

ANAMNESIS KHUSUS
Keluhan disertai dengan panas badan, telinga

terasa gatal sehingga os sering menggaruk


telinganya. Ibu os memberi obat penurun
panas yang dibeli di warung, namun keadaan
os tidak membaik sehingga os dibawa berobat
ke dokter THT dan diberi obat (ibu os tidak
ingat nama obatnya), namun tetap tidak ada
perbaikan.
Os baru pertama kali sakit seperti ini.
Sejak 2 hari sebelum berobat ke poliklinik RS
THT Muhammadiyah, os menderita batuk pilek
disertai demam.

ANAMNESA KHUSUS
Riwayat penurunan nafsu makan tidak ada.

Os tetap aktif bermain dan tidak rewel.


Riwayat tidur mengorok tidak ada.
Riwayat mengorek-ngorek telinga diakui
oleh ibu os.
Riwayat kemasukan air, berenang dan
kemasukan benda asing sebelumnya tidak
ada.
Riwayat hidung tersumbat dan keluar ingus
jernih, encer, tanpa disertai rasa gatal dan
bersin-bersin yang disebabkan alergi tidak
ada.

ANAMNESA KHUSUS
Tidak ada riwayat

telinga terbentur
atau pembedahan pada telinga.
Tidak ada bengkak pada belakang
telinga,
mulut
mencong,
muntah,
kejang, maupun penurunan kesadaran.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

:
kesadaran kompos mentis, tampak sakit
ringan
Tanda vital
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 20 bpm
Respirasi
: 80x/mnt
Suhu
: 370 C
Berat Badan
: 12 kg
Tinggi badan
: 85 kg

Status Generalis
Kepala
Leher
Dada

Abdomen
Ekstremitas
Neurologis

: Konjungtiva tidak anemis


Sklera tidak ikterik
: KGB tidak teraba membesar
: Bentuk dan gerak simetris
Pulmo : sonor, VBS ki=ka,
wheezing -/-, ronkhi -/Cor : BJ S1, S2 murni regular,
murmur (-)
: Datar, lembut
BU (+) normal
: Tidak ada kelainan
: Parese saraf kranialis (-)

Bagian

Kelainan

Auris
Dekstra

Sinistra

Preaurikula

Kongenital

Radangdantumor

Trauma

Aurikula

Kongenital

Radangdantumor

Trauma

Edema

Retroaurikula

Edema

Hiperemis

Nyeritekan

Sikatriks

Fistula

Fluktuasi

CAE

Kongenital

hiperemis

mukopurulen

-(perforasisentral)

Mukosa

Sekret

Serumen

MembranaTimpani

intak

Reflekscahaya

Hidung
PemeriksaanRinoskopi
Anterior
BentukdanUkuran

Nasal

Dekstra

Sinistra

Tidakhiperemis

Tidakhiperemis

Sekret

Konka

hipertrofi

eutrofi

Septumdeviasi

Pasaseudara

Mukosa

Hidung
Pemeriksaanrinoskopi
posterior
Bentukdanukuran

Nasal

Dekstra

Sinistra

Tidakhiperemis

Tidakhiperemis

Sekret

Koana

Terbuka

Terbuka

Torustubarius

Tenang

Tenang

Fossarosenmuller

Tenang

Tenang

Mukosa

Mulut dan orofaring


Mukosa

Tidakhiperemis

Gigi-geligi

Karies(-),Halitosis(-)

Uvula

Ditengah

Palatummole

Tidakterdapatpembengkakan,tidakhiperemis

Tonsil

Tidakhiperemis,ukuranT1-T1

Pharynx

Mukosatidakhiperemis,postnasaldrip(-)

Maksilofasial
Bentuk : simetris
parese nervus facialis (-)

RESUME
Seorang anak laki-laki berusia 22

bulan, datang ke poliklinik THT RS


Muhammadiyah dengan keluhan
utama otorrhea auris dextra.
Dari anamnesis didapatkan sejak 2
bulan SMRS, os merasakan otorrhea
dari telinga kanan terus menerus,
berwarna kekuningan, kental, jumlah
banyak, bau (-), darah (-).

RESUME
Keluhan disertai dengan febris,

telinga terasa gatal sehingga


os sering menggaruk
telinganya. Sejak 2 hari
sebelum berobat ke poliklinik
RS THT Muhammadiyah, os
menderita rhinitis.

RESUME
Status lokalis pada CAE AD

didapatkan mukosa hiperemis,


sekret mukopurulen, banyak,
bau (-), darah (-), membran
timpani perforasi sentral,
reflex cahaya (-).

Riwayat penurunan nafsu makan (-),

rewel (-), tidur mengorok (-),


mengorek-ngorek telinga (-),
kemasukan air (-), berenang (-),
kemasukan benda asing (-), rhinitis
alergi (-), trauma telinga (-), bengkak
pada belakang telinga (-), mulut
mencong (-), muntah (-), kejang (-),
penurunan kesadaran (-).

DIAGNOSIS BANDING

DIAGNOSIS KERJA
:
- Otitis Media Supuratif Kronis AD
- Rhinitis akut

USUL PEMERIKSAAN

Tes suara
Tes kultur dan resistensi
BERA
Foto rontgen mastoid

PENATALAKSANAAN
Umum
Jangan mengorek-ngorek telinga
Jangan sampai kemasukan air
Segera berobat bila batuk pilek

PENATALAKSANAAN
Khusus
Spooling dengan H2O2 3%
H2O2 3% 3xgtt 5 AD, selama 3-5 hari
Amoxicillin 40 mg/kgBB/hari dibagi 3
dosis, selama 7 hari
Ofloxacin otic drops 2 x gtt 2
Pseudoefedrin : triaminic drop 2x0,5
ml selama 3-5 hari
Mucolitic

PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam

bonam

: ad bonam
: dubia ad

OTITIS MEDIA

Definisi
Otitis media ialah

peradangan sebagian atau


seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius,
antrum mastoid, dan sel-sel
mastoid.

Pembagian otitis media

Otitis Media Akut (OMA)


Telinga tengah steril, meskipun

terdapat mikroba di nasofaring


dan faring.
Secara fisiologik
silia mukosa tuba Eustachius,
enzim dan antibodi

mencegah masuknya mikroba ke


dalam telinga tengah

Etiologi dan Patogenesa

OMA faktor pertahanan tubuh ini terganggu.


Sumbatan tuba Eustachius faktor penyebab utama dari otitis
media.

fungsi tuba eustachius terganggu

pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu

kuman masuk ke telinga tengah

peradangan

edema mukosa dan peningkatan produksi sekret di telinga tengah,


kemudian diikuti hiperemi, infiltrasi leukosit dan pembentuka pus.

Penyebab:
Penyebaran infeksi

Infeksi saluran pernafasan atas, biasanya


komplikasi pilek, measles, atau influenza.
Trauma pada membrana timpani.
Pada bayi tuba eustachhiusnya lebih

pendek, lebar dan lebih landai

kejadian OMA lebih mudah

Etiologi
Otitis media akut dapat disebabkan olah

bakteri ataupun virus.


Penyebab tersering :
Streptococcus pneumoniae
Haemophillus influenza.
Bakteri lain : Streptococcus haemolyticus
grup A, Staphylococcus aureus, Neisseria
catarrhalis, Pseudomonas aeruginosa,
Proteus sp, dan Klebsiella pneumoniae.

Stadium penyakit
1. Stadium oklusi tuba eustachius
Tanda:
retraksi membran timpani : akibat
terjadinya tekanan negatif di dalam
telinga tengah, akibat absorpsi udara
Kadang-kadang membran timpani

tampak normal (tidak ada kelainan)


atau berwarna keruh pucat

2. Stadium hiperemis
(Stadium pre-supuratif)
Pembuluh darah melebar di

membran timpani atau seluruh


membran timpani hiperemis atau
edem.
Sekret bersifat eksudat yang serosa
sehingga sukar terlihat.

Jumlah sekret terus bertambah di cavum timpani


mendesak membrana timpani ke liang telinga luar.

Otalgia dan pendengaran


Bila dibiarkan akan terjadi ruptur membran timpani.

3. Stadium supurasi
Edema mukosa telinga tengah, hancurnya

sel epitel superfisial,dan terbentuk eksudat


yang purulen di kavum timpani
membrana timpani menonjol ke arah
telinga luar.
Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu
meningkat, serta rasa nyeri di telinga
bertambah hebat.
Eksudat serosanguineus menjadi
mukopurulen. Pada stadium ini penonjolan
membran timpani dapat ruptur secara
spontan biasanya di bagian anteroinferior.

Bila tekanan pus di kavum timpani tidak


berkurang

iskemia akibat tekanan pada kapiler-kapiler


dan trombophlebitis vena-vena kecil

nekrosis mukosa dan submukosa.


Nekrosis lebih lembek dan berwarna
kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani
ruptur membran timpani

4. Stadium Perforasi
Terlambatnya pemberian antibiotik

atau virulensi kuman yang tinggi

ruptur membran timpani dan nanah


keluar melalui lubang telinga luar.
Biasanya anak yang tadinya gelisah
langsung menjadi tenang, suhu
badan turun dan anak dapat tidur
dengan nyenyak.

5. Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka

membran timpani perlahan-lahan kembali


normal dan pendengaran mejadi baik
kembali.
Bila sudah terjadi perforasi maka sekret
akan berkurang dan kering. Bila daya tahan
tubuh baik, maka resolusi dapat terjadi
walaupun tanpa pengobatan.
OMA dapat menjadi kronis apabila perforasi
menetap dengan sekret yang keluar terusmenerus atau hilang timbul.

Gejala klinik
Gejala klinik otitis media akut tergantung pada

stadium penyakit serta umur pasien.


Pada anak yang sudah dapat berbicara : nyeri
telinga, suhu tubuh tinggi dan biasanya ada
riwayat batuk pilek sebelumnya.
Pada anak yang lebih besar atau orang dewasa :
disertai gangguan pendengaran berupa rasa
penuh di telinga atau rasa kurang dengar.
Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA adalah
suhu tubuh tinggi sampai 39,5 C (stadium
supurasi), anak gelisah dan sulit tidur, tiba-tiba
anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang.
Bila terjadi ruptur membran timpani maka sekret
mengalir keluar , suhu tubuh turun dan anak
tertidur tenang.

Terapi
Otitis media akut merupakan penyakit yang

dapat sembuh dengan sendirinya yaitu bila daya


tahan tubuh baik dan tidak terdapat sumber
infeksi yang menetap untuk telinga tengah.
Pengobatan OMA tergantung stadium
penyakitnya.
Pada stadium oklusi tuba eustachius pengobatan
terutama bertujuan membuka kembali tuba
eustachius, sehingga tekanan negatif di telinga
tengah hilang.
Untuk itu diberikan obat tetes hidung seperti HCl
efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis (untuk anak
< 12 tahun) atau HCl efedrin 1 % dalam larutan
fisiologis (untuk anak > 12 tahun dan untuk
orang dewasa).

Sumber infeksi harus diobati, antibiotik

diberikan bila penyebabnya bakteri bukan


oleh virus atau alergi. Antibiotik yang
dianjurkan ialah golongan penicillin atau
ampisillin.
Pemberian antibiotika dianjurkan minimal
selama 7 hari.
Bila pasien alergi penicillin maka diberikan
eritromisin.
Pada anak ampisillin dosis 50-100
mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis atau
amoxicillin 40 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis
atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari.

Pada stadium presupurasi :

Antibiotik
Dekongestan
Analgetik
Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis
difus dilakukan miringotomi.

Pada stadium perforasi :


obat pencuci telinga H2O2 3 % selama 3-5 hari
Antibiotika
Catatan : biasanya sekret akan hilang dan

perforasi dapat menutup kembali dalam waktu


7-10 hari.

Miringotomi
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars
tensa membran timpani agar terjadi drainese
sekret telinga tengah.
Miringotomi dilakukan bila ada cairan yang
menetap di telinga setelah 3 bulan penanganan
medis dan terdapat gangguan pendengaran.
Miringotomi harus dilakukan secara a-vue
(dilihat langsung), anak harus tenang dan
dapat dikuasai agar membran timpani dapat
terlihat dengan baik. Biasanya pada anak kecil
dignakan anastesi umum. Lokasi miringotomi
adalah di kuadran posteroinferior.

Komplikasi
mastoidis
paralisis nervus fascialis
komplikasi ke intrakranial seperti

abses ekstradural, abses subdural,


meningitis, abses otak, trombosis
sinus lateralis, otittis hidrocephalus,
labirintis dan petrosis.

Otitis media supuratif


kronis (OMSK)
Otitis media supuratif kronis (OMSK),

dahulu disebut otitis media perforata


(OMP) atau dalam bahasa awam
disebut sebagai congek, ialah infeksi
kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan
sekret yang keluar dari telinga
tengah, baik terus-menerus atau
hilang timbul.

Penyakit ini muncul sebagai kelanjutan

dari OMA yang rekuren, namun dapat


pula muncul sebagai kelanjutan dari
penyakit lain dan trauma.
OMA dengan perforasi membran
timpani akan menjadi OMSK apabila
prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.
Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan,
maka disebut OMS subakut

Epidemiologi
Insidensi OMSK tampaknya

tergantung pada ras dan faktor


sosioekonomi. OMSK lebih sering
ditemukan pada orang Eskimo, Indian
Amerika (Fairbanks, 1981), Alaska
(Tschopp, 1977), anak-anak Aborigin
Australia (McCafferty, 1977), dan kulit
hitam Afrika Selatan (Meyrick, 1951).

Frekuensi
Di Amerika Serikat, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa
insidensi OMSK mencapai 39 kasus
per 100.000 anak-anak dan remaja
berusia 15 tahun ke bawah.

Ras
Beberapa populasi ras tertentu memiliki risiko lebih

tinggi untuk menderita OMSK. Orang Indian Amerika


dan Eskimo menunjukkan kecenderungan peningkatan
risiko untuk terkena infeksi ini. Sekira 8 % orang
Indian Amerika dan hingga 12 % orang Eskimo
menderita OMSK. Anatomi dan fisiologi tuba
Eustachius memiliki peran penting pada peningkatan
risiko ini. Tuba Eustachius pada kedua populasi
tersebut lebih lebar dan lebih terbuka dibandingkan
dengan populasi lainnya, sehingga mereka lebih
berisiko untuk mengalami refluks bakteri melalui nasal
yang biasa terjadi pada OMA yang dapat berkembang
lebih lanjut menjadi OMSK. Selain kedua populasi
tersebut, populasi lainnya yang memiliki peningkatan
risiko terkena OMSK adalah anak-anak dari Guam,
Hong Kong, Afrika Selatan, dan Kepulauan Solomon.

Jenis Kelamin
Pria = wanita

Usia
beberapa penelitian menunjukan
insidensi tahunan OMSK mencapai
39 kasus per 100.000 anak-anak dan
remaja berusia 15 tahun ke bawah.

Etiologi
translokasi bakteri dari saluran telinga

luar melalui perforasi memban timpani


kemudian masuk ke telinga tengah.
Jenis bakteri penyebab OMSK berbeda
dengan jenis bakteri penyebab OMA :
Pseudomonas aeruginosa,
spesies Proteus,
Staphylococcus aureus,
Klebsiella pneumoniae

Faktor predisposisi
Pasien dengan anomali kraniofasial

(Celah palatum, sindrom Down,


sindrom Cri du Chat, atresia khoana,
celah bibir, dan mikrosefal adalah
berbagai kelainan yang dapat
meningkatkan risiko OMSK ) : berisiko
untuk menderita OMSK, karena
adanya perubahan anatomi dan
fungsi tuba Eustachius pada berbagai
kelainan tersebut.

Patofisiologi
Gangguan
fungsi tuba
eustachius

Etiologi:
perubahan
tekanan
udara
Alegi
Infeksi
Sumbatan
(sekret,
sampon,
tumor)

Gangguan
pengaturan tekanan
(+) & (-) telinga
tengah
Sembuh

Tekanan negatif
pada telinga
tengah
Predisposisi
infeksi
OMA

Sembuh

Otitis
media
efusi

Otitis media
kronis

Patofisiologi
OMSK timbul sebagai kelanjutan infeksi akut yang

berulang .
Diawali
dengan
iritasi
dan
inflamasi
subsekuen pada mukosa telinga tengah
Respon inflamasi menyebabkan edema mukosa,
akhirnya menyebabkan ulserasi mukosa dan
kerusakan epitel.
Upaya
pertahanan tubuh dapat menghasilkan
jaringan granulasi yang dapat berkembang
menjadi polip dalam rongga telinga tengah.
Siklus
inflamasi,
ulserasi,
infeksi,
dan
pembentukan jaringan granulasi dapat terus
berlanjut sehingga menyebabkan kerusakan
tulang di sekitarnya dan akhirnya menyebabkan
berbagai komplikasi.

Letak perforasi
Perforasi membran timpani dapat ditemukan di

daerah sentral, marginal atau atik.


Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars
tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih
ada sisa membran timpani.
Pada perforasi marginal, sebagian tepi perforasi
langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus
timpanikum.
Perforasi atik ialah perforasi yang terletak di pars
flaksida.

Jenis
OMSK dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)
OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe

bahaya).

Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar :


OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang

keluar dari kavum timpani secara aktif


OMSK tenang ialah yang keadaan kavum
timpaninya terlihat basah atau kering.

OMSK Tipe Benigna


Proses terbatas pada mukosa saja, dan

biasanya tidak mengenai tulang.


Perforasi terletak di sentral.
Jarang menimbulkan komplikasi yang
berbahaya.
Tidak terdapat kolesteatoma.

OMSK Tipe Maligna


Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna

ialah
OMSK
yang
disertai
dengan
kolesteatoma.
OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe
bahaya atau OMSK tipe tulang.
Perforasi pada OMSK tipe maligna letaknya
marginal atau di atik.
Sebagian besar komplikasi yang berbahaya
timbul pada OMSK tipe maligna.

Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakkan melalui :
anamnesis
pemeriksaan fisik
pemeriksaan penunjang (apabila
diperlukan).

Anamnesis
Sekret keluar dari telinga tengah, baik terus-menerus

atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,


bening atau berupa nanah.
Gangguan pendengaran pada telinga yang terkena.
Riwayat OMA rekuren, perforasi karena trauma, atau

pemasangan saluran ventilasi.


Adanya demam, vertigo, atau nyeri dapat menunjukkan

adanya komplikasi intratemporal atau intrakranial.


Riwayat OMSK persisten harus dicurigai sebagai adanya

kolesteatoma.

Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Kanalis akustikus eksterna dapat terlihat
edema dan biasanya tampak keras.
Sekret dapat berupa encer atau kental,
bening atau berupa nanah.
Perforasi membran timpani.
Adanya jaringan granulasi yang terlihat
pada kanalis media atau rongga telinga
tengah.
Mukosa telinga tengah yang terlihat melalui
perforasi membran timpani, dapat terlihat
edema atau polipoid, pucat atau edema.

Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Penatalaksanaan
OMSK

dapat
pemeriksaan

dilakukan
tanpa
laboratorium.
Sebelum
terapi
sistemik
dilakukan, pemeriksaan kultur
harus dilakukan untuk mengetahui
sensitifitas.

Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang

X-ray Schuller-stenver
Pencitraan
CT Scan

Jika OMSK tidak responsif terhadap terapi


medikamentosa, maka CT scan terhadap tulang
temporal dapat memberikan penjelasan. Alasan yang
mungkin terjadi pada kegagalan terapi termasuk
kolesteatoma atau adanya benda asing.
CT scan perlu dilakukan apabila pemeriksa curiga
adanya proses neoplastik pada telinga tengah atau
untuk mengantisipasi komplikasi intratemporal atau
intrakranial.
CT scan dapat menunjukkan adanya erosi tulang
akibat kolesteatoma, erosi osikular, keterlibatan
apeks petrosus, mastoiditis koalesen, erosi saluran
Fallopi, dan abses subperiosteal.

MRI
Lakukan pemeriksaan MRI pada
tulang temporal dan otak jika diduga
adanya komplikasi intratemporal
atau intrakranial.
MRI pun dapat menunjukkan adanya
peradangan dura, trombosis sinus
sigmoid, labirintitis, serta abses
bakteri, ekstradural, dan intrakranial.

Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang

Lain-lain
Audiogram sebaiknya juga
dilakukan. Pada pasien dengan
OMSK, pasien diduga akan
menderita tuli konduktif.

Penatalaksanaan
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan

waktu lama, serta harus berulang-ulang.


Sekret yang keluar tidak cepat mengering
atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara
lain disebabkan oleh beberapa keadaan,
yaitu:
Adanya perforasi membran timpani yang

permanen, sehingga telinga tengah


berhubungan dengan dunia luar.
Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring,
hidung, dan sinus paranasal.
Sudah terbentuk jaringan patologis yang
ireversibel dalam rongga mastoid.
Gizi dan higienis yang kurang.

Medikamentosa

Prinsip terapi OMSK tipe benigna

konservatif
medikamentosa.

Bila sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan


obat pencuci telinga berupa larutan H2O2 3 % selama 3
5 hari.

Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan


dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung
antibiotika dan kortikosteroid. Banyak ahli berpendapat
bahwa semua obat tetes yang dijual di pasaran saat ini
mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik. Oleh
sebab itu, Djaafar (2004) menganjurkan agar obat tetes
telinga tidak diberikan terus-menerus lebih dari 1 atau 2
minggu, atau pada OMSK yang sudah tenang.

Medikamentosa
Secara

oral diberikan antibiotika dari golongan


ampisilin, atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap
penisilin), sebelum tes hasil resistensi diterima. Pada
infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah
resisten terhadap ampisilin, dapat diberikan ampisilin
asam klavulanat.

Pembedahan
Indikasi pembedahan pada OMSK adalah

sebagai berikut:

Perforasi yang bertahan lebih dari 6 minggu.


Otore yang berlangsung lebih dari 6 minggu

setelah menggunakan antibiotik.


Pembentukan kolesteatoma.
Bukti radiografi adanya mastoiditis kronis.

Jenis operasi mastoid yang dilakukan

tergantung pada luasnya infeksi atau


kolesteatoma, sarana yang tersedia, serta
pengalaman operator.

Pembedahan
Beberapa jenis pembedahan atau teknik
operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik
tipe benigna atau maligna, antara lain:
Mastoidektomi sederhana (simple
mastoidectomy)
Mastoidektomi radikal.
Mastoidektomi radikal dengan
modifikasi. (Operasi Bondy).
Miringoplasti.
Timpanoplasti.

Komplikasi
Otitis

media supuratif, baik yang akut


maupun kronis, mempunyai potensi untuk
menjadi serius karena komplikasinya yang
dapat mengancam kesehatan dan dapat
menyebabkan kematian.
Bentuk komplikasi ini tergantung pada
kelainan patologik yang menyebabkan otore.
Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien
OMSK tipe maligna, tetapi OMSK tipe benigna
pun dapat menyebabkan suatu komplikasi,
bila terinfeksi kuman yang virulen.
Dengan tersedianya antibiotika mutahir
komplikasi otogenik menjadi semakin jarang.

Penyebaran penyakit
Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier)

pertahanan telinga tengah yang normal dilewati,


sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur
di sekitarnya.
Pertahanan pertama ini ialah mukosa kavum timpani
yang mampu melokalisasi infeksi. Bila sawar ini
runtuh, masih ada sawar kedua, yaitu dinding tulang
kavum timpani dan sel mastoid.
Bila sawar ini runtuh, maka struktur lunak di sekitarnya
akan
terkena.
Runtuhnya
periostium
akan
menyebabkan terjadinya abses subperiosteal, suatu
komplikasi yang relatif tidak berbahaya. Tetapi bila
infeksi mengarah ke dalam, ke tulang temporal, maka
akan menyebabkan paresis n.fasialis atau labirinitis.
Bila ke arah kranial, akan menyebabkan abses
ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis, meningitis
dan abses otak.

Penyebaran penyakit
Bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding

pertahanan ketiga yaitu jaringan granulasi akan


terbentuk.
Pada otitis media supuratif akut atau suatu
eksaserbasi akut penyebaran biasanya secara
hematogen.
Pada kasus, yang kronis, penyebaran melalui
erosi tulang. Cara penyebaran lainnya ialah
melalui jalan yang sudah ada, misalnya melalui
fenestra rotundum, meatus akustikus internus,
duktus perilimfatik dan duktus endolimfatik.
Dari gejala dan tanda yang ditemukan, dapat
diperkirakan jalan penyebaran suatu infeksi
telinga tengah ke intrakranial.

Diagnosis komplikasi yang


mengancam
Pada stadium akut, naiknya suhu tubuh,

nyeri kepala atau adanya tanda toksisitas


seperti malaise, perasaan mengantuk,
somnolen atau gelisah yang menetap
dapat merupakan tanda bahaya.
Timbulnya nyeri kepala di daerah parietal
atau oksipital dan adanya keluhan mual,
muntah yang proyektil serta kenaikan
suhu badan yang menetap selama terapi
diberikan merupakan tanda komplikasi
intrakranial.

Diagnosis komplikasi yang


mengancam
Pada OMSK, tanda-tanda penyebaran

penyakit dapat terjadi setelah sekret


berhenti keluar hal ini menandakan
adanya sekret purulen yang terbendung.
Pemeriksaan radiologik dapat membantu
memperlihatkan kemungkinan rusaknya
dinding mastoid, tetapi untuk yang lebih
akurat diperlukan pemeriksaan CT Scan.
Terdapatnya erosi tulang merupakan
tanda nyata komplikasi dan memerlukan
tindakan operasi segera. CT scan
berfaedah untuk menentukan letak
anatomi lesi.

Klasifikasi komplikasi otitis media supuratif


kronis

Adams dkk (1989)

Komplikasi
Komplikasi
Komplikasi
Komplikasi

di telinga tengah
di telinga dalam
di ekstradural
ke susunan saraf pusat

Paparella dan Shumrick (1980)


Komplikasi otologik
Komplikasi intrakranial

Shambough (1980)
Komplikasi meningeal
Komplikasi non-meningeal

Nervus Fasialis

Nervus Fasialis
3 komponen nervus fasialis :
Motoris
Sensoris
Parasimpatis

motoris :
mensyarafi otot wajah, kecuali m.

levator palpebra superior


mensyarafi m. stapedius
Mensyarafi m. digastrikus

sensoris :
mensyarafi dua pertiga anterior lidah

untuk mengecap, melalui n. korda


timpani.

parasimpatis :
Mensyarafi glandula lakrimalis
glandula submandibula
glandula lingualis.

Perjalanan nervus
fasialis
Serabut dari inti superior dan inti inferior

Berjalan mengelilingi inti nervus abdusen

Meninggalkan pons bersama-sama dengan


nervus auditorius dan nervus intermedius

Masuk ke dalam tulang temporal melalui


porus akustikus internus

Berjalan dalam kanal Faloppi

Dalam perjalanan di dalam tulang temporal,


nervus fasialis dibagi dalam 3 segmen :
Segmen labirin
Segmen timpani
Segmen mastoid
Di dalam tulang temporal, nervus fasialis
memberikan 3 cabang penting, yaitu :
Nervus petrosus superior mayor
Nervus stapedius
Korda timpani

Parese nervus fasialis


Etiologi
Kongenital
Infeksi (sindrom Ramsay-Hunt, OMSK)
Tumor (intrakranial , ekstrakranial)
Trauma (fraktur pars petrosa os

temporal)
Gangguan pembuluh darah (trombosis
arteri karotis, a.maksilaris, a. Serebri
media)
Idiopatik (Bells palsy)

Pemeriksaan untuk parese


nervus fasialis
Tujuan :
Menentukan letak lesi
Menentukan derajat kelumpuhan

Jenis pemeriksaan :

Pemeriksaan fungsi saraf motorik


Tonus
Sinkinesis
Hemispasme
Gustometri
Menentukan ambang kecap dari pasien

Tes Schirmer atau reflkes nasolakrimal


Menentukan berapa banyak sekresi kelenjar

lakrimalis

Pemeriksaan refleks stapedius


Pemeriksaan radiologi
Elektromiografi

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai