Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

ANESTESI REGIONAL
APPENDISITIS AKUT

DISUSUN OLEH:
Rikki Oktrian Putra
030.12.231
Sela Aulia Mahmudah 030.12.250

ILUSTRASI KASUS
1.1 Identitas Pasien
No. Rekam Medis : 00.64.45.49
Nama : Ny. AN
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat: Desa Wadas rt 03/rw 03, Kab. Wadas, Kec.
Karawang Prop. Jawa Barat.
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Pendidikan Terakhir : SMK
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam
Tanggal masuk

: 12 Juli 2016 jam 21.59 WIB

Telukjambe, Kab.

1.2 Anamnesis
Dilakukan pada tanggal 13 juli 2016 jam 07.00 WIB
secara autoanamnesis kepada pasien.
Keluhan utama
: Nyeri perut kanan bawah sejak
2 hari sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS).
Keluhan tambahan

:-

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke RSUD Karawang dengan keluhan nyeri
di perut sebelah kanan bawah sejak 2 hari SMRS.
Pasien juga mengeluh nyeri perut bertambah jika
pasien batuk. Tidak terdapat rasa mual dan muntah.
Buang air kecil lancar dan berwarna kuning jernih.
Buang air besar sedikit.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Diabetes Mellitus tipe II (-), hipertensi (-), penyakit jantung (-),
penyakit paru (-), alergi (-), asma (-), penyakit ginjal (-),
penyakit gastritis (-), riwayat operasi (-), riwayat pengobatan
(-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Diabetes Mellitus tipe II (-), hipertensi (-), penyakit jantung (-),
alergi(-), asma (-), penyakit gastritis (-).
Riwayat Kebiasaan
Merokok (-), minum alkohol (-), penggunaan oabt-obat
rekreasional (-).

1.3 Pemeriksaan Fisik


1.3.1 Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis, GCS E4V5M6
Kesan sakit : sakit sedang
Berat badan

: 45 kg

Tinggi Badan

: 156 cm

BMI

: 18,7

Kesan gizi : Baik


1.3.2 Tanda Vital
Tekanan Darah

: 110/70mmHg

Nadi

: 88 x / menit

Suhu

: 37,2 C

RR

: 22 x / menit

1.3.3 Status Generalis


Kepala

: Normosefal, rambut hitam, distribusi merata

Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis(-/-), pupil isokor,


reflek cahaya +/+
Mulut : Trismus (-), buka mulut> 3 jari, upper lip bite test (+),
gigi goyang(-), gigi palsu(-), gigi tanggal (-), lidah normoglossi,
mallampati gr I
Leher : Limfadenopati (-), pembesaran tiroid (-), deviasi trakea
(-), diameter leher 28 cm, jarak tiromental 4 jari tangan
Thoraks
Paru-paru

: SN vesikuler, rhonki (-), wheezing(-)

Jantung

: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : BU (+), nyeri (+), tidak tampak jejas, hepar dan


lien tidak teraba
Ekstremitas: Akral hangat (+), mobilitas (+), edema (-)

1.4 Pemeriksaan Penunjang


Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 12 Juli 2016
Pemeriksaan

Nilai

Satuan

Nilai Normal

HEMATOLOGI
Hb

13,5

g/dl

11,7-15,5

Eritrosit

4,91

Juta/ul

3,80-5,20

Leukosit

8,97

Ribu/ul

5,0-10,0

Trombosit

321

Ribu/ul

150-440

Hematokrit

39

35,0-47,0

Basofil

0-1

Eosinofil

9*

1-3

Neutrofil

63

40-70

Limfosit

18*

20-40

Monosit

11

2-8

MCV

79*

FI

80-100

MCH

28

Pg

26,0-34,0

MCHC

35*

g/dl

35,0-36,0

RDW--CV

13,1

11,5-14,5

KIMIA KLINIK
Ureum

21

mg/dl

20-40

Kreatinin

0,5

mg/dl

0,5-0,9

Gula darah
sewaktu

92

mg/dl

70-140

Kesan: Eosinofilia,
Limfositopenia

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 12 Juli 2016


IMUNOLOGI
HbsAg

Non Reaktif

Tes kehamilan

Negatif

Kesan : Normal

Non reaktif
Pos/neg

1.5 Diagnosa kerja


Appendisitis akut
1.6 Konsul
Penyakit Dalam : acc operasi (+)
Anestesi : acc operasi (+)
1.7 Kesimpulan
ASA II (keluhan demam, Hasil Lab:
Eosinofilia)

1.8 Perencanaan Operasi


Rencana tindakan bedah: Pada pasien ini akan direncanakan
appendiktomi
Rencana tindakan anestesi: Rencana dilakukan anestesi
regional, dengan teknik spinal dan akan diberikan obat anestesi
bupivacaine
1.8.1 Persiapan Pre-Operasi
Informed consent (+)
OS dipuasakan selama 8 jam sebelum dilakukan tindakan
IV line terpasang dengan infuse RL
Premedikasi: Inj. Ranitidine 50mg iv, inj. Metoclopramid 10 mg
iv
Keadaan umum baik
Tanda vital : TD : 146/88 mmHg
RR : 24x/menit Suhu : 36,2 C

Nadi : 95x/menit

1.8.2 Persiapan Intra-Operasi


1.8.2.1 Keadaan sebelum pembedahan
Tekanan Darah
Nadi

: 153/106 mmHg

: 117x/menit

Temperatur

: 37,2 C

Respiratory rate : 24x/menit


1.8.2.2 Persiapan
Langkah tindakan anestesi:
Menyiapkan meja operasi
Menyiapkan mesin dan alat anestesi
Menyiapkan komponen STATICS:

Scope: Stetoskop, Laringoskop


Tubes: ETT cuffed no. 7,0
Airway: Gudel
Tape: Plester
Introducer
Connector
Suction
Menyiapkan obat-obatan anestesi yang
diperlukan: Regivell 0,5%
Menyiapkan obat-obat resusitasi: adrenalin,
atropine, aminofilin, natrium bikarbonat, dan
lain-lain.
Memasang monitor, saturasi O2, tekanan darah,
nadi dan EKG
Menyiapkan alat anestesi regional: Spuit,
Handscoon, Jarum spinal dengan ujung tajam
(ujung bambu runcing/quinckebacock) atau
jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point
whitecare)

1.8.2.3 Tindakan Anestesi


Pasien diminta duduk tegak dengan kepala menunduk,
lalu dilakukan tindakan aseptic dan antiseptic dengan
betadine dan kasa steril secara melingkar dari sentral
ke perifer. Setelah menentukan lokasi penyuntikan
pada L3-L4, tepat pada perpotongan garis antar crista
iliaca dextra dan sinistra. Kemudian dilakukan
penyuntikan dengan menggunakan jarum spinal no 25
G menuju ke ruang subarachnoid, tunggu sampai LCS
mengalir keluar pada jarum spinal, lalu pasang spuit
yang berisi Bupivacaine. Lakukan aspirasi untuk
memastikan LCS mengalir, lalu injeksikan Bupivacaine
20 mg secara perlahan, kemudian aspirasi kembali
untuk memastikan LCS mengalir dan posisi jarum
tetap di subarachnoid. Setelah semua obat habis di
injeksi, cabut jarum spinal perlahan, Selanjutnya
posisikan pasien berbaring pada meja operasi.

1.8.2.4 Keadaan Intra operasi


Lama Operasi : 75 menit (10.40-11.15)
Lama Anestesi : 80 menit (10.35-11.15)
Jenis Anestesi : Regional anestesi (spinal anestesi)
Posisi : supine
Pernapasan

: spontan

Infus : tangan kanan dengan abocath no.18G, Asering 500ml


Premedikasi

:-

Medikasi : Inj. Midazolam 3mg, Inj. Tramadol 50mg


Jumlah Cairan
cairan masuk : 500 ml Asering
cairan keluar : 100 cc perdarahan

1.8.3 Pemantauan Selama Anestesi


Melakukan monitoring terus menerus tentang keadaan
pasien yaitu reaksi pasien terhadap pemberian obat
anestesi khususnya terhadap fungsi pernapasan dan
jantung.
Kardiovaskular: Nadi setiap 15 menit
Tekanan darah setiap 5 menit
Respirasi

: Inspeksi pernapasan spontan pada pasien

Saturasi O2
Cairan

: Produksi urin

Estimasi jumlah perdarahan

Jam

Tindakan

10.30

- Pasien
masuk
ruang
operasi
Diposisika
n
terlentang
diatas
meja
operasi
Dipasangk
an manset
tekanan
darah di
tangan
kanan dan
pulse
oksimeter
di tangan

Tek.
darah

Nadi

Saturasi
O2

10.35

- Desinfeksi 153/106
lokal lokasi mmHg
suntikan
anestesi
spinal
- Posisi
pasien
duduk
tegak
dengan
kepala
menunduk,
dilakukan
tindakan
anestesi
spinal
menggunak
an jarum
spinal no
25G
diantara L3L4 dengan
Bupivacaine
20 mg, LCS
(+), darah
(-)

117
x/menit

99%

10.40

Operasi
dimulai

10.45

121/86
mmHg

89 x/menit

94 %

-Infus futrolit 120/85


500ml habis mmHg
diberikan
infus Asering
500ml
ditangan
kanan

103 x/menit

99%

10.50

-Diberikan
120/83
injeksi
mmHg
tramadol
50mg secara
bolus iv

104 x/menit

98%

10.55

125/83
mmHg

95 x/menit

98%

11.00

118/80
mmHg

89 x/menit

99%

11.05

113/84
mmHg

89 x/mrnit

99%

11.10

105/73
mmHg

88 x/menit

99%

102/71
mmHg

93 x/menit

95%

11.15

Operasi
selesai
pasien
dibawa ke
ruang
pemulihan

1.8.3.1 Keadaan Akhir Bedah :


TD : 102/71 mmhg
N : 93 x/menit
Saturasi O2: 95%
Kesadaran : Compos Mentis
Muntah : (-)
Sianosis : (-)
1.8.4 Penilaian Pemulihan Kesadaran
Penilaian pemulihan pasca anestesi spinal
dilakukan dengan scoring menggunakan
bromage skor untuk menentukan apakah pasien
sudah dapat dipindahkan ke ruang rawat atau
masih perlu observasi lanjutan di ruang
pemulihan, berikut nilai serta cara penilaiannya:

Scor
e

Kriteria

Complete block (Tidak mampu menggerakan tungkai

dan kaki)
Almost complete block (Hanya mampu menggerakan

kaki saja)
Partial block (Hanya mampu menggerakan tungkai saja)

Fleksi penuh tungkai (ada tanda-tanda kelemahan pada


pangkal paha

dalam posisi supine)


Tidak ada tanda-tanda kelemahan pada pangkal paha
dalam posisi

Supine
Mampu melakukan menekuk lutut parsial

: Ke ruang pemulihan

: Ke bangsal

Pada kasus ini, pasien memliki bromade score


5 sehingga dapat dibawa ke bangsal.

Modifikasi Aldrette Score


2

Kesadaran

Sadar penuh,
orientasi baik

Dapat
dibangunkan
jika dipanggil

Tidak
berespon jika
dipanggil

Respirasi

Dapat nafas

Nafas
dangkal,
sesak
Ke-2

Apnea

dalam, batuk
Aktifitas

Ke-4
ekstremitas
dapat
digerakkan,
dengan/tanpa
perintah

ekstremitas
dapat
digerakkan,
dengan/tanpa
perintah

Tidak gerak

Tekanan darah Tekanan darah Tekanan darah Tekanan darah

Saturasi O2

20 mm dari

10-50mm dari

50mm dari

nilai pra-

nilai pra-

nilai pra-

anestesia
Mampu

anestesia
Memerlukan

anastesia
Saturasi O2 >

mempertahank inhalasi O2

90% meski

an saturasi O2

dengan

untuk

> 92% dengan mempertahank suplemen O2

TOTAL

udara kamar

an saturasi O2

> 90%
1

9 : Ke ruang pemuliahan
9 : Ke bangsal
Pada kasus ini, pasien memiliki Aldrette Score
9 sehingga dibawa ke bangsal.

ANALISA KASUS
Seorang perempuan berusia 23 tahun dengan bb 45kg datang ke
RSUD Karawang dengan keluhan nyeri di perut sebelah kanan bawah
sejak 2 hari SMRS. Pasien juga mengeluh nyeri perut bertambah
jika pasien batuk. Tidak terdapat rasa mual dan muntah. Buang air
kecil lancar dan berwarna kuning jernih. Buang air besar sedikit.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan suhu subfebris, tekanan
darah dalam batas normal sedangkan nafas dan nadinya dalam
batas normal. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik, pada palpasi
didapatkan nyeri tekan dan nyeri lepas pada titik Mc Burney, rovsing
sign, psoas sign dan obturator sign positif. Pada auskultasi
didapatkan bising usus menurun 2x/menit, sedangkan lainnya dalam
batas normal. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai
Leukosit 8.97 ribu/uL, Eosinofil 9%, Limfosit 18% hasil pemeriksaan
lainnya dalam batas normal. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang didiagnosa pasien menderita
appendisitis akut. Pasien dianjurkan untuk menjalani operasi
appendiktomi yang akan direncanakan pada tanggal 13 Juli 2016.
Izin untuk dilakukan operasi didapatkan dari pasien dan disetujui
oleh dokter spesialis anestesi dan dokter penyakit dalam.

Pada pasien ini dapat di simpulkan bahwa pasien termasuk ASA II


yakni hasil lab menunjukkan eosinofilia dan limfositopenia.
Operasi dilakukan pada tanggal 13 Juli 2016. Operasi bedah
appendiktomi berlangsung selama 75 menit, sedangkan tindakan
anestesi berlangsung selama 80 menit di bagian instalasi bedah sentral
RSUD Karawang.
Pasien dengan ASA II dalam appendisitis akut ditentukan jenis
anestesi yang dilakukan yaitu anestesi regional dengan teknik spinal
dengan alasan operasi yang dilakukan pada bagian abdomen dengan
dermatom sensoris T6-T8 yaitu tepatnya pada bagian appendiks sebagai
salah satu indikasi anestesi spinal, sehingga cukup memblok dermatom
bagian tubuh dibawah Thorakal 4. Spinal analgesi dengan blok saraf
setinggi L3-L4 memberikan efek anestesi yang memuaskan dan kondisi
operasi yang optimal bagi appendisitis karena dibanding dengan general
anestesi, regional anestesi dapat menurunkan insidens terjadinya postoperative venous trombosis. Obat anastesi lokal yang diberikan pada
pasien ini adalah regivell 0,5% (berisi bupivacain HCl 20 mg), Bupivacain
spinal dipilih karena durasi kerja yang panjang (90-120menit).
Bupivacain merupakan anestesi lokal golongan amida. Bupivakain
mencegah konduksi rangsang saraf dengan menghambat sodium
channel, memperlambat perambatan rangsang saraf dan menurunkan
kenaikan potensial aksi. Bupivacaine dimetabolisme di hati dan
diekskresikan di urin.

Midazolam adalah derivat benzodiazepin yang


memiliki efek sedasi jangka pendek. Obat ini
berinteraksi dengan reseptor neurotransmitter inhibitor
di SSP yaitu gamma aminobutirat acid(GABA).
Benzodiazepin berikatan langsung dengan reseptor
GABA sehingga menyebabkan terbukanya kanal ion
yang memungkinkan masuknya ion klorida ke dalam sel
dan keluarnya ion kalium, menyebabkan hiperpolarisasi
sel(peningkatan potensial listrik) dan menyebabkan sel
sukar tereksitasi. Dibandingkan diazepam obat ini
bekerja cepat karena transformasi metaboliknya cepat
dan lama kerjanya singkat. Action of drugs(AOA) obat
ini adalah 30detik 1 menit/IV. Dosis premedikasi
adalah 0,03-0,04 mg/kgBB/IV, sedangkan dosis sedasi
0,5-2,5 mg/kgBB/IV namun tetap disesuaikan dengan
umur dan keadaan pasien. Duration of action(DOA)
obat ini adalah 15-80 menit/IV.

Tramadol termasuk obat analgesik opioid lemah


golongan aminocyclohexanol, yang bekerja secara
sentral dengan menghambat pengambilan kembali
neurotransmitter nonadrenergik dan seratonin. Dosis
yang dianjurkan untuk dewasa adalah 50-100
mg/kgBB/IV. Penggunaan tramadol 100mg/IV sama
efektifnya dengan 75mg pethidine IV dengan efek
samping yang lebih kecil.
Perawatan pasien post operasi dilakukan di ruang
pemulihan, dan setelah dipastikan pasien pulih
(dengan penilaian Bromage score) pasien dipindahkan
ke bangsal setelah stabil di ruangan pemulihan karena
mempunyai angka skor 6 poin dengan bed rest
minimal 12 jam serta tetap diawasi vital sign.

3.1 Pemberian Cairan


Kebutuhan Cairan Basal (M) : 4 x 10 kg
2 x 10 kg

= 20 cc

1 x 25 kg

= 25 cc

Total

= 40 cc

: 85 cc

Kebutuhan Cairan Operasi (O) :Operasi sedang x


Berat badan
6 x 45 kg = 270 cc
Kebutuhan Cairan Puasa (P) : Lama jam puasa x
Kebutuhan Cairan Basal
10 jam x 85 cc = 850 cc

Pemberian Cairan Jam Pertama:


Kebutuhan Basal + Kebutuhan Operasi + 50% puasa
= 85 + 270 + 425 = 780 cc
Pemberian Cairan Jam Kedua:
Kebutuhan Basal + Kebutuhan Operasi + 25% puasa
= 85 + 270 + 212 = 567 cc
Pemberian Cairan Jam Ketiga:
Kebutuhan Basal + Kebutuhan Operasi + 25% puasa
= 85 + 270 + 212 = 567 cc
Pemberian Cairan Jam Keempat:
Kebutuhan Basal + Kebutuhan Operasi
= 85 + 270 = 355 cc

Jumlah darah keluar


= Darah di kassa sedang 4 buah x 20
= 80 ml
Allowed Blood Loss (ABL)
= 20 % x Estimated Blood Volume
= 20% x (65% x BB)
= 20 % x (65 x 45 kg)
= 20 % x 2925
= 585 cc
Blood loss (%)
= (80ml : 585ml) x 100
= 13,7 % (Perdarahan yang terjadi <20% ABL)

Perdarahan yang terjadi <20% ABL maka


tidak perlu dilakukan transfusi darah.
Hanya perlu diberi cairan kristaloid.
Jam pertama :
Pemberian cairan pertama + Jumlah
pendarahan = 780 cc + 80 cc = 860 cc
kristaloid
Cairan yang masuk selama operasi = Asering
500 ml yang kurang 360 cc dari perhitungan
yang saya lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Soenarto FR, Dachlan RM. Anesthesia umum. Buku ajar anestesiologi.


Jakarta: Departemen anestesiologi dan intensive care FKUI;2012. p. 451-75
Soerasdi E, Satriyanto D. Obat- Obat Anesthesia Sehari-Hari. Bandung:
2010. p. 41.
Gunawan S, Setiabudi R, Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi dan Terapi. Ed 5.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta: 2009. p. 122-38.
Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anastesi. Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta: 2002. p. 105-7.
Morgan, Edward dkk. Clinical Anesthesiology Fourth Edition. McGraw-Hill
Companies. 2006.
Watson, Beverley,. Allen, Jon., Smith, Ian. Spinal Anesthesia in Day Surgery.
Colm Print, Norwich. 2004. pp: 4-10.
Werth, M. Pokok-pokok Anestesi. Jakarta: EGC. 2010
Mulroy MF. Regional Anesthesia An Illustrated Procedural Guide. 2 nd ed.
Little, Brown and Company. Boston 2002

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai