PENDAHULUAN
Erupsi gunung api menghasilkan sejumlah bencana yaitu lava, jatuhnya
piroklastik, aliran piroklastik, lonjakan piroklastik, ledakan lateral, longsoran puingpuing, tsunami vulkanik, lumpur, banjir dan gas. Dasar pemikiran pengkajian
bencana gunung api dihubungkan ke ukuran, style/gaya, frekuensi erupsi dan
kedekatan dengan gunung api, pengaruhnya terhadap masyarakat adalah kematian
dan keracunan akibat gas. Diantara 127 Gunung Api aktif yang terletak di Indonesia
mungkin Merapi termasuk yang paling terkenal.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko bencana gunung
api terhadap keselamatan jiwa didaerah penelitian, Sebagai bagian dalam
membantu kebijakan pemerintah dalam meminimalisir korban jiwa di daerah
penelitian dan sebagai landasan dokumen rencana aksi daerah pengurangan risiko
akibat bencana gunung api. Hasil dari penelitian ini yaitu berupa kawasan rawan
bencana disekitar kawasan gunung api
Merapi yang terlanda aliran lava terdiri dari 778 desa yang terbagi dalam 61
kecamatan dalam dua provinsi yakni Jawa Tengah dan D.I.Y. kawasan tersebut
dibagi dalam tiga zona bahaya, yaitu tinggi dengan luas wilayah 671,828 Km,
sedangdengan luas wilayah 764.017 Kmdan rendah dengan luas wilayah 1276,767
Km, berdasarkan luas wilayah maka jumlah akumulasi wilayah yang terdampak
yaitu 11 wilayah kecamatan dengan status risiko tinggi, 18 wilayah kecamatan
dengan status risiko sedang dan 32 wilayah kecamatan dengan status rendah.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah membuat peta kawasan rawan bencana erupsi
gunung api untuk memberikan panduan yang memadai bagi daerah terkait
bencana akibat erupsi gunung api.
METODE PENELITIAN
Metodologi Pelaksanaan
Upaya mitigasi bencana kawasan rawan bencana gunungapi dibagi menjadi 3 (tiga)
kawasan, yaitu:
1. kawasan rawan bencana I merupakan kawasan yang berpotensi terlanda lahar, tertimpa
material
jatuhan berupa hujan abu, dan/atau air dengan keasaman tinggi. Apabila letusan membesar,
kawasan ini berpotensi terlanda perluasan awan panas dan tertimpa material jatuhan berupa
hujan abu lebat,
serta lontaran batu pijar;
2. kawasan rawan bencana II merupakan kawasan yang berpotensiterlanda awan panas, aliran
lava,
lontaran batu pijar, guguran lava,hujan abu lebat, hujan lumpur panas, aliran lahar, dan/atau
gasberacun;
3. kawasan rawan bencana III merupakan kawasan yang sangat berpotensi terlanda awan
panas, aliran lava, guguran lava, lontaran batu pijar, dan/atau gas beracun.
Pada daerah yang terlanda aliran lava dapat dibuat analisis keruangan
yaitu analisis buffering dan overlay pada daerah studi. Dengan melihat
jarak dan kemiringan serta arah aliran lava yang terjadi maka
dapat dilihat pada gambar 7 tentang daerah yang terlanda aliran lava.
Pada peta risiko ini di masukkan beberapa analisis seperti buffering, overlay, dan
analisis kemiringan (Slope) serta jarak dari sumber letusan sehingga pada daerah
kawasan rawanbencana I, II, dan III merupakan kawasan yang terlanda aliran lava
Merapi, ada daerah yang rentan terhadap KRB yaitu di buffer sejauh 30 Km agar
semua wilayah khusunya kecamatan yang terbagi dalam dua Provinsi bisa ter-cover
terhadap daerah yang masuk sebagai Kawasan rawan bencana aliran lava akibat
erupsi gunung api Merapi.
Formasi Niof
Litologi : batulempung berlapis tipis, batuserpih, batupasir , dan
batugamping masif.
Lingkungan pengendapan dari formasi ini diperkirakan terdapat
pada lingkungan laut dangkal hingga laut dalam.
Ketebalan lapisan ini diperkirakan mencapai 400 m.
Nichols, 2009
Formasi Aitutu
Litologi penyusun dari formasi iniadalah batugamping
dengan perselingan batulempung karbonatan.
Tebal lapisan konsisten yaitu 45-60 cm .
Lingkungan pengendapan dari formasi ini adalah lau
terbuka yaitu sekitar paparan luar
Nichols, 2009
Formasi Babulu
litologi :perselingan batulempung-batulanau dan
batupasir.
Lingkungan pengendapan dari formasi ini berada pa
area deltaic to marine.
Nichols, 2009
Formasi WailuliLitologi
Litologi adalah batulempung
gelap dengan perselingan
batugamping organik, kalsilutit,
batulanau, dan batupasir.
Lingkungan pengendapan dari
formasi ini berkisardari paparan
dalam-paparan tengah
Formasi Oebaat
Litologi : batupasir dengan ciri jarang
memiliki kedudukan perlapisan.
Lingkunganpengendapan dari unit
ini diperkirakan adalah laut.
Formasi Nakfunu
Litologi yang menyusun formasi
ini adalah batulempung,
kalsilutit,batulanau,
perlapisan,batulempung,kalkar
enit, wackestones dan
packstones.
Lingkungan pengendapan dari
formasi ini adalah laut dalam
Formasi Menu
Litologi : batugamping dimana
terdapat lapisan tipis rijang merah
Lingkungan pengendapan pada
lingkungan laut dalam.
Formasi Ofu
diendapkan setelah terjadinya
hiatus pada Paleosen Awal
sampaiMiosen Akhir.
Litologi penyusun dari formasi ini
adalah batugamping
Formasi ini diendapkan pada
lingkungan laut dangkal sampai
dalam
Sekuen Viqueque
Sekuen ini terdiri dari endapan sedimen
yang mencakup Formasi Viqueque dan batu putih
Formasi
Viqueque Secara umum formasi ini disusun oleh batu
kalsilutit, batupasir hingga ditutupi aluvial dan
batugamping terumbuKuarter.
PETROLEOUM SYSTEM
Sekian
&
Terima
Kasih
GEOL0GI 013