Anda di halaman 1dari 1

HIKAYAT JOKO

Pada Zaman dahulu di Pulau Kalimantan, tinggalah seorang pedagang bernama Syah
Alam. Beliau mempunyai seorang anak yang diberi nama Joko, ia tidak menggunakan
uangnya dengan baik. Setiap saat ia menghamburkan uangnya hanya untuk berbelanja
yang tidak begitu penting untuk kebutuhannya. Karena terlalu sayang pada anak satu-
satunya itu, Syah Alam tidak tega untuk memarahinya sehingga beliau hanya bisa
mengelus dada.

Hingga pada suatu hari Syah Alam jatuh sakit. Semakin hari sakit yang di derita oleh
beliau semakin parah. Meskipun sudah banyak uang yang dikeluarkan untuk
pengobatan Syah Alam, tetapi penyakitnya tidak juga sembuh, sehingga membuat
keluarga beliau jatuh miskin.

Sebelum Syah Alam meninggalkan dunia, beliau berkata “Joko, Ayah sudah tidak bisa
memberikan apa yang kau mau lagi, kamu harus bisa berusaha sendiri untuk
mendapatkan uang nak. Jangan sia-siakan waktumu hanya untuk melakukan hal yang
tidak penting. Bekerjalah dengan sangat giat, keluar dari rumah. Berusahalah kamu
agar tidak terlihat oleh matahari, tapi terlihat oleh bulan.”

“Baik ayah, aku akan selalu ingat nasihatmu itu.”

Setelah beberapa bulan Syah Alam meninggal, Ibunda Joko juga jatuh sakit dan
akhirnya pun sang Ibunda meninggal. Sejak saat itu menimpah Joko, ia bertekad untuk
mencari pekerjaan. Ia teringat nasihat ayahnya yaitu Syah Alam agar tidak terlihat oleh
matahari, tapi terlihat oleh bulan. Oleh karena itu, kemana pun ia pergi selalu memakai
payung.

Pada suatu hari, Joko bertemu dengan seorang menteri yang pandai bernama
Nasarudin. Menteri itu sangat heran dengan Joko yang selalu memakai payung saat
berpergian kemana pun. Sehingga mmbuat Nasarudin bertanya kenapa Joko mengapa
ia berbuat seperti itu.

Joko menjelaskan alasannya berbuat seperti itu. Menteri itu kaget dan tertawa,
Nasarudin akhirnya menjelaskan yang sebenarnya, “Joko bukan begitu maksud dari
nasihat ayahmu dulu. Tetapi maksudnya, bekerjalah sebelum matahari terbit dan
pulanglah sebelum malam tiba. Jadi, tidak ada salahnya jika kamu terkena matahari.”

Setelah menjelaskan nasihat itu, Nasarudin memberi pinjaman uang kepada Joko.
Menteri itu menyuruh Joko berdagang seperti yang dilakukan ayahnya dulu.

Kemudian Joko menjual macam-macam makanan dan minuman. Ia berjualan pada


saat siang dan malam hari. Pada siang hari, Joko menawarkan makanannya, seperti
nasi kapau, lemang, dan es limau. Dan jika Malam hari ia berjualan martabak,
sekoteng, dan nasi goreng. Setelah lama berjualan usaha Joko dengan pesat semakin
maju. Sejak saat itu Joko menjadi pedagang kaya seperti ayahnya dulu kala.

Anda mungkin juga menyukai