Disusun Oleh
Nama : Septian Beny Nur Cahyo NIM : 12.01.3027 Kelas : 12 D3TI 01
Pendidikan :
SD, Yogyakarta (1947)
SMP, Jakarta (1950)
SMA, Jakarta (1953)
Karir :
Karyawan Unilever (1954-1955)
Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967)
Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)
Dirut PT Boga Catur Rata
PT Kem Foods (pabrik sosis dan ham)
PT Kem Farms (kebun sayur)
PERJALANAN HIDUP BOB SADINO
Bob Sadino (Lampung, 9 Maret 1933), atau akrab dipanggil om Bob, adalah seorang
pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah pemilik
dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat
menggunakan kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino
lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima
bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi
seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap
hidup mapan.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2
Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah
di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal
dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki
tekad untuk bekerja secara mandiri.
Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi
yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob
memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang
untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.
Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor.
Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang
asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang,
Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing.
Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun
mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada
diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut
perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil
sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan.
Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya
uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan
menangkap peluang.
Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu
baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia
lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia
tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.
Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke
lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan
Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi
trampil dan profesional.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba
canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain. Sedangkan Bob selalu
luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap
seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob,
kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha
melayani pelanggan sebaik-baiknya.Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah
keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama,
semuanya punya fungsi dan kekuatan.
ANAK GURU
Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan
terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari
lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi
guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.
Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan . Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah
di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan
kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.
Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita
kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan
sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya,
Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan
keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.”
Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari
kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik
tunggal dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik
pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru,
Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40
sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar. ”Saya
hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu
memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ”Di mana
pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu,” kata Bob.
Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis makanan.
Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin
berkhayal yang macam-macam. Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat musik
klasik dan jazz. Saat-saat yang paling indah baginya, ketika shalat bersama istri dan dua
anaknya.
Sumber :
http://kisahsukses.info/kisah-sukses-bob-sadino-pemilik-usaha-kemfood-dan-kemchick.html
Diakses pada tanggal 26 September 2014
PELAJARI 5 CARA KAYA DARI BOB SADINO
http://youtu.be/naT5mERMsv4
http://www.finansialku.com/cara-kaya-ala-bob-sadino/#sthash.0PdOcVlG.dpuf
http://www.finansialku.com/cara-kaya-ala-bob-sadino/ Diakses pada tanggal 26 September 2014
7 Fakta "Menyesatkan" Ajaran Bob Sadino Dalam Bisnis
Sebelum membaca ini, persiapkan mental dan pikiran anda, jangan langsung menarik
kesimpulan. semua pilihan kembali kepada diri anda masing-masing! selamat membaca :)
Siapa yang tidak mengenal Bob Sadino ( biasa di panggil Om Bob) icon bisnis dan
motivasi yang sudah banyak menghiasi dinamika bisnis di Indonesia. Bob Sadino dikenal blak-
blakan dalam menyampaikan seminar Bisnis, dan selalu tampil dengan ciri khasnya yaitu celana
pendek. Beberapa kali mengikuti seminar dan diskusinya, Anda pasti akan merekam statement-
statement keras yang barangkali tidak lazim bagi Anda. Statement yang menyebabkan
kontroversi, dan bahkan menyebabkan beberapa mahasiswa akhirnya keluar dan berhenti dari
bangku kuliah. Siapa Bob Sadino? Saya tidak akan membahas lebih dalam, Anda bisa search di
google. Sebagai orang yang cerdas, apa yang disampaikannya terkadang tidak masuk diakal dan
tidak logis. itulah sebabnya Anda, apalagi yang masih belum banyak mengenal seminarnya
beliau, harus menelaah dan mencermati apa maksud ungkapan beliau dan apa yang
terkandung dari statement yang beliau sampaikan. Selama mengikuti beberapa kali seminar
yang beliau sampaikan, berikut ada beberapa catatan saya pribadi, yang menurut saya
‘menyesatkan’ jika kita menelan mentah-mentah apa yang disampaikan. Ini merupakan
pendapat saya pribadi, Anda boleh sependapat boleh juga tidak, itu hak Anda, coba simak
statement yang sering beliau ungkapkan berikut ini.
1. Jika Ingin Bahagia (Sukses) Jangan Jadi Karyawan.
Ketika mengikuti seminar di semarang, salah satu statement yang membuat gemuruh
peserta adalah, bahwa. ” jika ingin bahagia (sukses) jangan jadi karyawan..” padahal
audience dari seminar itu adalah sebagian karyawan. Statement beliau ini menurut
saya, tidak salah. Namun juga tidak sepenuhnya benar. Kebahagian dan kesuksesan itu
tidak semata-mata diukur dari banyaknya materi, dan apa profesi seseorang. Lalu
apakah hidup sebagai karyawan itu tidak bahagia? Tidak juga. Banyak karyawan yang
bahagia dengan segala kondisinya. Tentu parameter kebahagian berbeda, beda setiap
orang. Apakah statement ini salah? Tidak juga.. memang peluang mencapai kebahagian
dengan keberlimpahan materi akan lebih terasa jika kita menggapainya melalui bisnis,
melalui dagang dan sukses. Tetapi tidak sedikit juga pengusaha yang terlilit hutang dan
akhirnya sengsara. Sekali lagi pilihan sukses dan bahagia itu bergantung yang
menjalani. Tentu dengan konsekuensi masing-masing memang dengan berbisnis,
peluang seseorang untuk mencapai puncak kebahagian jauh lebih terbuka.
2. Kuliah Itu Gobl*K-Siapa Yang Hadir Di Seminar Ini, Besok Jangan Masuk Kuliah.
Masih di seminar dikota yang sama, beliau secara terang-terangan menyampaikan
kalau kuliah itu kegiatan Gobl*k, besok jangan masuk kuliah. Sangat frontal memang,
menyampaikan statement seperti itu didepan ratusan mahasiswa dan akademisi. Tentu
saja banyak audience yang kemudian heboh dengan sendirinya, maklum sebagian
peserta seminar itu adalah anak muda yang polos, lugu, dan baru semangatnya
mencari jatidiri di kampus tercinta.. mendengar statement itu tentu batinnya
berontak.. Namun kalau kita mau berpikir mendalam, apa yang disampaikan om Bob
ini sebenarnya sangat masuk akal. Namun bagi sebagian orang ini justru menyesatkan,
apalagi bagi MABA (mahasiswa Baru). Maksud saya, jika Anda ingin mencapai karir
bisnis Anda dengan otodidak dan belajar berjualan sablon printing, misalnya ( seperti
yang banyak dilakukan MABA saat membuat bisnis plan ) terus apa gunanya kuliah,
kalau yang dipelajari adalah science. Maka apa istilah yang tepat kalau bukan Gobl*k
(versi bob sadino) . Contoh lagi, bisnis di bidang hiburan padahal kuliahnya psicology,
bisnis di bidang desain padahal kuliahnya di MIPA, bisnis makanan padahal kuliahnya di
TEKNIK, bagaimana gak Gobl*k.. apa yang susah-susah di pelajari, tidak dipakai dalam
bisnis. Lalu bagaimana seharusnya?
3. IPK Diatas 3 Koma Alamat Calon Karyawan.
Satu fakta yang menarik, kata dia.. kalau kuliah kok IPKnya diatas 3, itu tandanya calon
karyawan. Hmm, sangat masuk akal. Karena kecenderungan orang yang memiliki IPK
bagus apalagi di Fakultas Favorit, tentu memiliki idealisme tinggi, mengaplikasikan
ilmunya. Tidak lain adalah melamar kerjaan, di perusahaan dan menjadi karyawan.
Itulah mengapa justru bob sadino mengajarkan, kalau mau sukses bisnis IPK harus
jeblok. Tidak salah sih.. karena dengan demikian tidak memiliki pilihan lain selain
berwirausaha, karena kalaupun mau melamar kerja juga tidak ada yang menerima
karena IPKnya dibawah standart, justru dengan demikian akan ‘terpaksa’ memilih jalan
entrepreneur. Lalu apa jadinya kalau IPK diatas 3, kemudian memilih berbisnis… Ada,
tapi sangat sedikit.. sekali lagi Life is a choice.. secara logika harusnya yang IPKnya
diatas 3 ini juka diaplikasikan dalam bisnis harusnya lebih bagus lagi hasilnya..
bukankah begitu?
Apakah pebisnis harus nyentrik? Hmm bisa iya, bisa juga tidak.. kalau tipikalnya om
Bob sadino, senyentrik itu pun tentu orang akan menaruh rasa hormat ke beliau,
maklum.. selain pengusaha, dia juga menjadi mentor banyak orang, dan menghasilkan
pengusaha yang berbobot juga dibawah angkatannya Om BOB. Wajar bila senyentrik
apaun penampilannya oran akan segan dengan beliau.. Nah kalo kita-kita, itu nafsi-
nafsi saja.. ingin nyentrik silahkan, tidak juga ndak ada masalah.