Suatu hari di negara Arab Saudi, terdapat suatu keluarga yang sangat sederhana. Walaupun tinggal dan hidup di timur tengah, keluarga sederhana itu berasal dari Indonesia. Mereka juga berbicara dalam bahasa Indonesia setiap harinya. Keluarga itu terdiri dari beberapa anggota, antara lain seorang Ibu, seorang Ayah, dan seorang anak laki- laki yang berumur 13 tahun. Ketika sang Ayah dan sang Ibu dari anak laki-laki tersebut menikah, mereka merantau ke daerah timur tengah dengan bermodalkan berkeras hati. Seluruh anggota keluarga tersebut sangatlah sibuk dengan kewajiban-kewajibannya masing-masing. Mereka hampir tidak pernah berkumpul saat hari kerja, kecuali pada malam hari. Mereka hanya dapat berkumpul saat akhir pekan, walaupun hanya pada hari minggu. Kewajiban sang Ayah adalah bekerja dan menafkahi keluarganya yang sangat sederhana. Sang Ayah bekerja dari pagi hari hingga malam hari, yang bekerja sebagai seorang buruh bangunan. Ia bekerja dari hari senin hingga sabtu dan hanya dapat beristirahat saat malam hari dan di hari minggu. Selain menjadi Ibu rumah tangga, sang Ibu memiliki kewajiban lain untuk menambah pendapatan keluarga. Memang, uang penghasilannya tidak terlalu besar. Namun ia senang karena bekerja sebagai guru pendidikan anak usia dini (PAUD). Dia bekerja sebagai guru pendidikan usia dini dari pagi hari hingga sore hari, dari hari senin hingga hari jumat. Ia sangat senang karena dapat membantu masyarakat untuk mengajar dan mengembangkan kemampuan anak- anak yang ada di lingkungannya. Selain itu, dia juga senang karena sebagai guru dikarenakan menjadi guru adalah amal jariyah, seperti yang dikatakan oleh Rasulullah di hadits berikut. “Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah (sedekah yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya.” (HR Muslim No. 1631). Sang anak laki-laki ialah seorang pelajar pada suatu madrasah. Sang anak laki-laki itu bernama Ismail Ahmad Kanabawi. Ia adalah salah satu murid yang sangat pintar di madrasahnya. Setiap hari dia pergi ke madrasahnya dari pagi hingga menjelang maghrib dia baru pulang. Dia pergi ke madrasahnya dari senin hingga sabtu dan hanya dapat beristirahat di hari minggu seperti sang Ayah. Pada suatu ketika di hari minggu, mereka berkumpul di ruang keluarga yang sederhana di rumah mereka. Walaupun tidak terlalu luas, ruang keluarga itu sudah cukup untuk di gunakan mengobrol dan berkumpul satu sama lain. Ibu Ismail Ahmad Kanabawi bercerita bahwa beliau ingin sekali pulang ke Indonesia kepada sang Ayah dan Ismail. Sang Ibu sangat ingin pulang ke Indonesia karena beliau dan sang Suami belum pernah pulang ke Indonesia selama 15 tahun. Sang Ayah yang menyadari bahwa dia dan sang Istri belum pernah pulang ke Indonesia setelah mereka menikah pun juga menginginkan untuk pulang ke negeri asal mereka, tanah air tercinta. Namun kondisi ekonomi berkata lain, mereka yang sadar bahwa kondisi ekonominya sangat sederhana merasa kesulitan untuk mewujudkan impian tersebut. Selain itu, mereka juga berpikir apabila mereka pergi ke negeri asal mereka yakni Indonesia, mereka juga tidak dapat membawa apa-apa selain diri mereka sendiri. Ismail yang memprihatinkan kondisi orang tuanya pun merasa tidak enak apabila dia tidak dapat melakukan sesuatu yang membantu orang tuanya. Ismail adalah anak yang sangat berbuat baik, dia adalah salah satu anak yang beradab baik terhadap orang tuanya. Ismail pun membantu orang tuanya untuk mewujudkan impiannya pergi ke negara asalnya. Ismail juga belum pernah datang ke Indonesia dan bertemu dengan kerabat-kerabat keluarga besarnya. Ismail hanya dapat berkomunikasi dengan kerabat-kerabat keluarga besarnya hanya melalui jaringan online dengan bantuan smartphone dan data seluler. Ismail pun memberitahu kedua orang tuanya bahwa ia sangat sekali membantu mereka. Ismail sangat sekali ingin membantu mencarikan dana untuk kedua orang tuanya. Sang Ibu yang mendengarnya pun menolak bantuannya, hal ini dikarenakan usia Ismail yang tidak cukup umur membantu mencarikan dana untuknya pergi ke Indonesia. Walaupun demikian. Sang Ayah justru mengizinkan Ismail untuk membantu mereka. Sang Ayah memiliki alasan untuk mengizinkan Ismail membantu mereka, namun dengan syarat sebagian harta yang di dapatkannya ditabung olehnya. Salah satu alasannya adalah untuk membuat Ismail lebih mandiri dalam menjalankan kehidupan di suatu hari nanti. Alasan lainnya yang dimiliki sang Ayah adalah ingin menjadikan anaknya beradab terhadap orang tua, karena dia percaya bahwa anak yang beradab pasti sifatnya akan terbawa ke keturunan berikutnya, dan terus akan seperti itu. Kemudian sang Ayah bertanya kepada Ismail, “Dengan apa kamu akan membantu kami mendapatkan dana nak? ”. Ismail pun kebingungan, dia membutuhkan waktu untuk berpikir hal apa yang bisa membantu dana orang tuanya untuk pergi ke Indonesia. Dia pun memberitahukan kepada Ayahnya bahwasanya dia membutuhkan waktu untuk berpikir. Salah satu kemampuan yang dimiliki oleh Ismail adalah membantu orang tuanya dengan menyetrika pakaian dan seragam sekolahnya. Setelah beberapa menit dia baru mengingat hal itu dan kemudian memberitahukan kepada kedua orang tuanya bahwa dia ingin membuka jasa setrika pakaian di rumahnya setiap pulang sekolah. Setelah mendapatkan ide tersebut, Ayah dan Ibunya pun membantunya untuk mempromosikan jasanya kepada masyarakat sekitar. Mereka juga berusaha bekerja lebih keras untuk mencapai tujuan mereka. Keesokan harinya setelah pulang sekolah, dia mulai mempersiapkan diri untuk melakukan jasa penyetrikaan pakaiannya. Secara bertahap pelanggannya mulai berdatangan. Kebetulan di lingkungan masyarakat sekitar rumahnya adalah orang-orang yang agak sibuk sehingga hak ini membuat jasa penyetrikaan Ismail lumayan laris. Selain itu harga yang diberikan oleh Ismail lumayan terjangkau sehingga menarik banyak pelanggan walaupun terdapat beberapa pelanggaran yang memberi upah lebih kepada Ismail. Dia bahkan sedikit kewalahan dengan banyaknya pelanggan yang menggunakan jasa peyetrikaannya. Pada minggu ini Ibu Ismail memiliki pekerjaan tambahan untuk membersihkan lingkungan sekolah. Dia juga pulang agak malam sehingga ketika datang dia sudah melihat Ismail tertidur. Pada saat itu sang Ibu tidak tahu apabila jasa penyetrikaan anaknya sangat laris. Pada seminggu setelah Ismail membuka jasa penyetrikaan pakaian, sang Ibu mengetahui bahwa anaknya sangatlah sibuk dengan pekerjaan sampingannya demi membantunya dan Suaminya. Hal ini membuatnya membantu pekerjaan Ismail. Awalnya Ismail menolak, namun ia akhirnya menerima keputusan Ibunya dikarenakan kelelahannnya dalam melakukan pekerjaan sampingannya. Setelah berhari-hari, Ibu Ismail terkena demam sehingga membuatnya tidak bisa beraktivitas untuk sesaat. Dikarenakan sang Ayah yang sibuk, Ismail merawat Ibunya seorang diri. Dia merawatnya dengan mempersiapkan makanan, menyiapkan obat dan mengkompres demamnya. Perlakuan Ismail ini adalah salah satu contoh adab terhadap orang tua, dimana ia tidak segan untuk merawat orang tuanya yang sedang sakit saat sedang sendirian. Setelah berbulan-bulan, Ismail pulang sekolah bersama temannya yang bernama Muhammad Sumbul yang tinggal bersebelahan dengan Ismail. Muhammad Sumbul bertanya kepada Ismail terkait usaha atau jasa penyetrikaannya. Teman Ismail iu sangatlah menghargai sekaligus kagum dengan Ismail yang membantu kedua orang tuanya. Ismail pun menceritakan seluruh pengalamannya tentang jasa penyetrikaannya. Ketika sesampainya dirumah, seperti biasa Ismail mempersiapkan alat dan bahan untuk jasanya. Pada saat itu, Ibu Ismail tidap dapat membantu Ismail, dikarenakan ia pergi bekerja lembur. Kebetulan sang Ayah pulang lebih cepat dikarenakan proyek bangunannya sudah hampir selesai. Pada saat ini juga, sang Ayah mendapatkan gaji lebih besar daripada biasanya. Hal ini dikarenakan dia bekerja lebih keras sehingga membuat bos dari buruh bangunan tersebut memberikan upah lebih ke Ayah Ismail. Setelah Ayah Ismail pulang dia pun membantu Ismail untuk melakukan pekerjaan sampingannya. Jam demi jam telah berlalu, sang Ayah menyuruh Ismail untuk menghitung upah hasil dari jasa penyetrikaannya. Setiap harinya, Ismail menaruh upah hasil pekerjaan sampingannya ke sebuah amplop, dikarenakan dia tidak mempunyai sebuah celengan. Ketika ia membuka amplop yang berisi upah pekerjaan sampingannya, dia mulai menghitungnya dari lembaran hingga koinan. Setelah selesai menghitung, dia sedikit terkejut dengan hasil tabungannya. Hasil tabungannya berjumlah sekitar 2,880.1344 Riyal atau kurang lebih sekitar 12.000.560 Rupiah. Ismail pun memberitahu ayahnya mengenai jumlah penghasilan sampingannya. Mereka pun menghitungnya bersama dan tidak lama, Ibu Ismail pulang dan membantu mereka menghitung harta mereka. Harta yang mereka kumpulkan dirasa sudah cukup, bahkan lebih untuk melakukan perjalanan dari Saudi Arabia ke Indonesia pulang dan pergi. Sesuai dengan perjanjian sang Ayah dengannya, Ismail diberi oleh ayahnya sebagian harta penghasilannya. Namun, Ismail hanya mengambil setengah dari harta yang diberikan oleh ayahnya. Kedua orang tua Ismail sangat bangga sekaligus kagum memiliki anak seperti Ismail. Mereka senang bahwa didikan mereka terhadap anaknya itu berhasil. Beberapa hari kemudian, Ismail dan keluarganya berpamitan kepada masyarakat atau warga sekitar yang ada di dekat rumahnya untuk pergi ke tanah air mereka. Walaupun hanya beberapa minggu, teman- teman Ismail sangatlah sedih karena mereka tidak bisa bermain bersama untuk beberapa minggu. Diantara teman-temannya yang bernama Khaleed Khasmiri, Khidir Karawita, dan Osman Abdul Jalil bersedih akan hal tersebut. Namun hanya Muhammad Sumbul saja yang tidak sedih, justru ia bangga akan pencapaian yang telah raih olehnya. Dia bangga dengan kerja kerasnya dan adabnya kepada kedua orang tuanya. Menurutnya, Ismail adalah anak yang beradab pada orang tua, guru, dan warga yang ada di sekitarnya. Selain itu, dia juga sangat menghormati semua orang yang dia kenal bahkan orang asing sekalipun. Ketika sampai di Indonesia yaitu rumah Kakek dan Nenek Ismail, kakek dan nenek Ismail terkejut sekaligus kagum atas didikan anak dan menantu mereka terhadap Ismail. Ismail lebih santun dan sopan dalam bertutur kata dibandingkan dengan ekspektasi Kakek dan Neneknya. Karena biasanya mereka hanya bertemu secara online sehingga membuat mereka kagum dan kaget. Adab terhadap orang tua yang dilakukan Ismail membuat saudara-saudaranya mengikutinya. Setelah melihat bagaimana adab Ismail terhadap Kakek dan Neneknya, saudara-saudara Ismail bertanya kepada Ismail tentang bagaimana Ismail dapat melakukan hal tersebut bahkan hampir tidak pernah ceroboh dalam beradab terhadap ke orang tua. Ismail menjawab bahwa dia selalu membiasakannya sewaktu dia masih berusia lima tahun. Dia dididik dan diajarkan bagaimana caranya beradab terhadap orang yang lebih tua, guru, serta orang-orang yang ada disekitar. Setelah berminggu-minggu, Ismail dan keluarganya pergi ke negara rantauannya yaitu Saudi Arabia. Mereka semua pamit kepasa keluarganya dan berjanji akan kembali lagi di tahun selanjutnya.
2. ADAB TERHADAP GURU
Dua tahun setelah nya, Ismail sudah berusia 15 tahun. Dia juga sudah lulus dari sekolah menengah pertama atau tsanawiyah dan akan melanjutkan pendidikannya di Indonesia. Ismail lulus dengan nilai yang hampir terbaik. Setelah tahun ajaran selesai, Ismail dan keluarganya berpamitan dengan tetangga dan tokoh masyarakat yang ada di sekitar rumah mereka. Mengetahui hal tersebut, teman-teman Ismail bersedih karena temannya akan pergi. Disaat ingin berjalan ke bandara, beberapa tokoh masyarakat yang ada juga mengantar mereka ke bandara. Ketika pesawat sudah siap, mereka semua saling berpamitan untuk kepergiannya. Setelah beberapa jam, Ismail dan keluarganya tiba di Indonesia. Mereka langsung menuju ke rumah yang mereka beli di Indonesia dengan menaiki taksi. Rumah itu berada di dekat rumah Kakek dan Nenek Ismail. Dalam perjalanannya, mereka mendapatkan sedikit keterlambatan yang disebabkan oleh kemacetan di kota. Di sela perjalanan yang penuh kemacetan, Ismail termenung memikirkan masa MA dan masa depannya. Dia ingin sekali membanggakan orang tuanya dengan cara berprestasi, namun tidak tahu harus bagaimana. Yang dia ketahui tentang dirinya sendiri adalah seorang yang tidak memiliki bakat dengan kecerdasan rata-rata. Pada masa MA ini, Ismail bertekad untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan mencari bakatnya dan mengembangkan bakat tersebut untuk membanggakan orang tuanya. Berminggu-minggu setelahnya, Ismail memasuki hari pertamanya di MA. Saat MATSAMA, dia mudah sekali bergaul dengan orang yang ada di sekitarnya. MATSAMA yang dilakukan selama tiga hari membuat Ismail tidak sabar untuk melakukan pembelajaran. Dia bosan dikarenakan dirinya dan teman-teman angkatannya hanya dijadikan bahan tertawaan dengan perintah yang ada di MATSAMA. Tiga hari setelah MATSAMA, Ismail semangat untuk memulai pelajaran di jenjang Aliyah. Walaupun dia mudah untuk bergaul dia masih belum mengenal seluruh teman kelasnya. Saat hari pertama, wali kelasnya masuk ke ruangan kelas mereka. Namun terdapat satu orang yang melakukan perbuatan iseng dengan menaruh penghapus papan tulis di sela-sela pintu. Ketika sang wali kelas membuka pintu, penghapis tersebut jatuh mengenai bapak wali kelas. Bapak wali kelas hanya bisa geleng kepala, hal ini dikarenakan hari pertama tahun ajaran baru bagi siswa baru sehingga dia memaklumi kelakuan siswa baru tersebut. Saat masuk dia menaruh tasnya di kursi guru, kemudian berdiri tegak di depan papan tulis. Dia memperkenalkan dirinya dan semua tentang dirinya. Wali kelas Ismail bernama Pak Rusdi, dia masih sangat muda dengan umur 23 tahun. Dia berhobi melakukan balapan simulator, kebetulan dia juga menjadi pembina ekstrakurikuler balap di MA ini. Ketika demo ekstrakurikuler, Ismail tertarik dalam ekstrakurikuler balap. Setelah selesai berkenalan, Pak Rusdi mengizinkan anak muridnya untuk bertanya kepadanya. Ismail pun bertanya kepada Pak Rusdi dengan mengangkat tangannya, sebelumnya dia mengucap salam dan memperkenalkan dirinya, kemudian dia izin untuk bertanya. Dia bertanya tentang bagaimana cara agar dia memasuki ekstrakurikuler balap. Ismail sebenarnya bingung mencari jati dirinya, namun dia tertarik dan ingin mencoba untuk masuk ke ekstrakurikuler balap. Pak Rusdi kemudian menjawab pertanyaan Ismail bahwa dia dapat mengikuti ekstrakurikulernya dengan memasuki grup chat yang telah ada. Setelah diberikan link grup chat oleh Pak Rusdi, Ismail kemudian berterima kasih kepada Pak Rusdi. Kebetulan seseorang anak bernama Agus yaitu anak yang mempermainkan Pak Rusdi dengan menaruh penghapus papan tulis di atas pintu tersebut juga masuk ke grup chat dan mengikuti ekstrakurikuler tersebut. Setelah itu, Pak Rusdi memberikan tautan grup chat kelas dan ekskul yang ada. Setelah membahas terkait ekstrakurikuler, Pak Rusdi kemudian memberikan jadwal kelas dan membuat struktur kelas. Di saat Agus disuruh menjadi penanggung jawab mata pelajaran Akidah Akhlak, dia menolak secara langsung dengan bahasa yang kurang sopan. Namun, Pak Rusdi masih memaklumi kelakuan Agus. Sebelum Pak Rusdi menunjuk seorang anak untuk menjadi penanggung jawab mata Pelajaran Akidah Akhlak, Ismail menawarkan diri untuk menjadi penanggung jawab. Pak Rusdi mengapresiasi rasa tanggung jawab Ismail. Dia merasa bahwa selain sopan dan santun tutur katanya, Ismail juga sangat bertanggung jawab. Ketika semua pekerjaan Pak Rusdi selesai di kelas, dia ingin pergi ke ruang guru. Kebetulan saat itu masih terdapat jam kosong karena masih hari pertama di sekolah. Saat mengetahui hal tersebut, Ismail menawarkan bantuan untuk membawa barang bawaannya. Pak Rusdi pun kagum dan membiarkan dia membatunya. Di saat pulang sekolah, Ismail bertanya kepada Agus tentang mengapa diriya berbuat hal yang kurang baik terhadap Pak Rusdi. Dengan terseyum jahat, dia menjawab bahwa hal yang dilakukannya hanya untuk membuat suasana agar tidak tegang karena masih hari pertama di sekolah. Namun, perkataannya adalah sebuah omong kosong. Seminggu bersekolah di Aliyah, Ismail masih memperhatikan Tindakan Agus yang menjengkelkan. Di saat pulang sekolah, Ismai dan Agus pergi ke ruang simulator untuk mengikuti ekstrakurikuler balap. Pelatih mereka yang bernama Hamilton dipermainkan untuk kesekian kalinya oleh Agus. Pelatih mereka, Hamilton yang berusia 19 tahun sudah di puncak amarahnya. Sebelum hal yang hebat terjadi, Ismail menenagkan Kakak pelatihnya agar lebih sabar dengan kelakuan Agus. Setelah itu, Ismail menasehati Agus untuk kesekian kalinya. Dia berkata bahwa walaupun masih muda Kak Hamilton tetaplah gurunya sehingga dia menyuruh Agus untuk lebih memperhatikan kelakuannya dan senantiasa untuk beradab terhadap guru. Setelah hampir satu semester, kelakuan Agus masih tidak berubah sama sekali. Di saat melakukan penilaian akhir semester, dia dan temannya mencuri kunci jawaban dari ruang kantor untuk mendapatkan nilai ujian yang sempurna. Kunci jawaban tersebut terdapat 50 lembar salinan dan menjadi 49 saat di aambil. Di saat ujian usai, panitia ujian mengambil seluruh kunci jawaban untuk di periksa jawaban anak-anak. Setelah dibagikan kepada guru-guru untuk dikoreksi, ternyata kertas kunci jawaban tersebut hilang sebayak satu lembar. Walaupun guru lain memeriksa kertas mereka kembali, nyatanya masih tidak ditemukan satu kertas yang hilang tersebut. Salah satu guru mata Pelajaran yang bernama Pak Veo menduga bahwa satu kertas sisa diambil atau dicuri oleh salah seorang siswa atau siswi. Saat melakukan pengecekan di rekaman cctv, seluruh guru yang ada di ruang guru kaget. Diketahui bahwa pelakunya adalah Agus dan beberapa temannya. Beberapa guru pun menghampiri kelas dari anak tersebut. Kebetulan mereka sedang bermain ponsel di kelas. Pak Rudi yang berkedudukan sebagai wali kelasnya pun sudah terlanjur marah. Dia melabrak Agus dan memperlihatkan video rekaman cctv itu kepadanya. Di saat itu Agus hanya dapat terdiam dan tidak dapat melawan atau menjawab wali kelasnya tersebut. Hal ini dikarenakan Pak Rudi adalah salah satu guru yang paling tegas di madrasah sehingga dapat membuat para siswa tidak dapat berkutik saat berhadapan langsung dengannya. Di saat Agus yang malu dan tidak dapat berbuat apa apa karena tindakannya tersebut, Ismail mencoba menenaangkan Pak Rudi yang sudah terlanjur emosi. Pada saat ini, dia masih membela Agus dengan membuat yakin beberapa guru di sana dengan suara rendah, sopan dan santun. Beberapa guru di sana terkejut bahwa siswa yang bernama Agus dimana memiliki sifat yang kurang terpuji memiliki teman yang berbanding terbalik setengah lingkaran. Pak Veo yang ikut dengan beberapa guru tersebut berkata kepada Agus bahwa dia harusnya sangat bersyukur mempunyai teman seperti Ismail. Setelah mendengar hal tersebut, dia berjanji akan berbuat baik di masa depan dengan meminta kesempatan kepada guru-guru yang ada di kelas tersebut. Guru-guru tersebut sepakat degan perjanjian yang diminta oleh Agus, namun dengan syarat bahwa dia harus mengulangi ujian tersebut. Setelah pembagian rapot orang tua Agus meminta maaf kepada Pak Rusdi atas kelakuan putranya. Dia tahu bahwa Agus adalah anak yang memiliki sifat kurang terpuji. Pak Rusdi pun tersenyum dan memberitahu kepada orang tua Agus bahwa Agus telah berjanji kepadanya dengan bantuan ssiswa yang bernama Ismail untuk tidak melakukan hal yang kurang terpuji lagi. Setelah itu orang tua Agus berterima kasih kepada Ismail dan orang tuanya atas tindakan yang menyadarkan Agus. Di semester yang selanjutnya, Ismail berhasil membuat Agus melakukan tindakan terpuji terhadap guru. Guru-guru terkesan atas kelakuan Ismail yang berhasil membuat Agus menjadi lebih beradab terhadap guru. Bahkan Agus pun menawrkan bantuan beberapa guru yang kerepotan dengan membawa barang bawaan yang banyak. Hal yang diakukan mereka berdua berhasil membuat kelas mereka sadar betapa kerennya beradab terhadap guru, sehingga mereka mengikuti jejak Ismail dan Agus. Mulai pada saat itu, seluruh kelar mengikuti cara kelas Ismail dan Agus memperlakukan guru. Dan saat semester hampir berakhir, madrasah mereka mendapat penghargaan menjadi madrasah yang memiliki banyak siswa dan siswi beradab baik terhadap guru. Seluruh dewan guru dan kepala madrasah berterima kasih kepada Ismail yang telah membangun adab baik terhadap guru. Bahkan kepala madrasah memberi sebuah penghargaan kepada Ismail berupa sepeda. Dia tahu bahwa selama ini Ismail berangkat sekolah dengan berjalan kaki sejauh 1,4 kilometer. Ismail pun berterima kasih kepada Bapak kepala madrasah atas penghargaan yang diberikan olehnya tersebut. Di tahun-tahun berikutnya adab baik terhadap guru di kembangkan terus menerus bahkan hingga ke adik kelas Angkatan Ismail. Selain itu madrasah ini menjadi terkenal karena Ismail yang mebawa adab baik terhadap guru. TAMAT