Anda di halaman 1dari 11

NARASI AKIDAH AKHLAK ADAB TERHADAP

ORANG TUA DAN GURU

Nama : Chavez Rhamadhanny Putro Kumala Jaya


Kelas : X-C
MAN 19 Jakarta

1. Adab terhadap Orang Tua


Suatu hari di negara Arab Saudi, terdapat suatu keluarga yang sangat
sederhana. Walaupun tinggal dan hidup di timur tengah, keluarga
sederhana itu berasal dari Indonesia. Mereka juga berbicara dalam
bahasa Indonesia setiap harinya. Keluarga itu terdiri dari beberapa
anggota, antara lain seorang Ibu, seorang Ayah, dan seorang anak laki-
laki yang berumur 13 tahun. Ketika sang Ayah dan sang Ibu dari anak
laki-laki tersebut menikah, mereka merantau ke daerah timur tengah
dengan bermodalkan berkeras hati. Seluruh anggota keluarga tersebut
sangatlah sibuk dengan kewajiban-kewajibannya masing-masing.
Mereka hampir tidak pernah berkumpul saat hari kerja, kecuali pada
malam hari. Mereka hanya dapat berkumpul saat akhir pekan,
walaupun hanya pada hari minggu. Kewajiban sang Ayah adalah
bekerja dan menafkahi keluarganya yang sangat sederhana. Sang Ayah
bekerja dari pagi hari hingga malam hari, yang bekerja sebagai
seorang buruh bangunan. Ia bekerja dari hari senin hingga sabtu dan
hanya dapat beristirahat saat malam hari dan di hari minggu. Selain
menjadi Ibu rumah tangga, sang Ibu memiliki kewajiban lain untuk
menambah pendapatan keluarga. Memang, uang penghasilannya tidak
terlalu besar. Namun ia senang karena bekerja sebagai guru
pendidikan anak usia dini (PAUD). Dia bekerja sebagai guru
pendidikan usia dini dari pagi hari hingga sore hari, dari hari senin
hingga hari jumat. Ia sangat senang karena dapat membantu
masyarakat untuk mengajar dan mengembangkan kemampuan anak-
anak yang ada di lingkungannya. Selain itu, dia juga senang karena
sebagai guru dikarenakan menjadi guru adalah amal jariyah, seperti
yang dikatakan oleh Rasulullah di hadits berikut.
“Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka
terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah
jariyah (sedekah yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang
bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya.” (HR Muslim
No. 1631).
Sang anak laki-laki ialah seorang pelajar pada suatu madrasah. Sang
anak laki-laki itu bernama Ismail Ahmad Kanabawi. Ia adalah salah
satu murid yang sangat pintar di madrasahnya. Setiap hari dia pergi ke
madrasahnya dari pagi hingga menjelang maghrib dia baru pulang.
Dia pergi ke madrasahnya dari senin hingga sabtu dan hanya dapat
beristirahat di hari minggu seperti sang Ayah.
Pada suatu ketika di hari minggu, mereka berkumpul di ruang
keluarga yang sederhana di rumah mereka. Walaupun tidak terlalu
luas, ruang keluarga itu sudah cukup untuk di gunakan mengobrol dan
berkumpul satu sama lain. Ibu Ismail Ahmad Kanabawi bercerita
bahwa beliau ingin sekali pulang ke Indonesia kepada sang Ayah dan
Ismail. Sang Ibu sangat ingin pulang ke Indonesia karena beliau dan
sang Suami belum pernah pulang ke Indonesia selama 15 tahun. Sang
Ayah yang menyadari bahwa dia dan sang Istri belum pernah pulang
ke Indonesia setelah mereka menikah pun juga menginginkan untuk
pulang ke negeri asal mereka, tanah air tercinta. Namun kondisi
ekonomi berkata lain, mereka yang sadar bahwa kondisi ekonominya
sangat sederhana merasa kesulitan untuk mewujudkan impian
tersebut. Selain itu, mereka juga berpikir apabila mereka pergi ke
negeri asal mereka yakni Indonesia, mereka juga tidak dapat
membawa apa-apa selain diri mereka sendiri. Ismail yang
memprihatinkan kondisi orang tuanya pun merasa tidak enak apabila
dia tidak dapat melakukan sesuatu yang membantu orang tuanya.
Ismail adalah anak yang sangat berbuat baik, dia adalah salah satu
anak yang beradab baik terhadap orang tuanya. Ismail pun membantu
orang tuanya untuk mewujudkan impiannya pergi ke negara asalnya.
Ismail juga belum pernah datang ke Indonesia dan bertemu dengan
kerabat-kerabat keluarga besarnya. Ismail hanya dapat berkomunikasi
dengan kerabat-kerabat keluarga besarnya hanya melalui jaringan
online dengan bantuan smartphone dan data seluler. Ismail pun
memberitahu kedua orang tuanya bahwa ia sangat sekali membantu
mereka. Ismail sangat sekali ingin membantu mencarikan dana untuk
kedua orang tuanya. Sang Ibu yang mendengarnya pun menolak
bantuannya, hal ini dikarenakan usia Ismail yang tidak cukup umur
membantu mencarikan dana untuknya pergi ke Indonesia. Walaupun
demikian. Sang Ayah justru mengizinkan Ismail untuk membantu
mereka. Sang Ayah memiliki alasan untuk mengizinkan Ismail
membantu mereka, namun dengan syarat sebagian harta yang di
dapatkannya ditabung olehnya. Salah satu alasannya adalah untuk
membuat Ismail lebih mandiri dalam menjalankan kehidupan di suatu
hari nanti. Alasan lainnya yang dimiliki sang Ayah adalah ingin
menjadikan anaknya beradab terhadap orang tua, karena dia percaya
bahwa anak yang beradab pasti sifatnya akan terbawa ke keturunan
berikutnya, dan terus akan seperti itu. Kemudian sang Ayah bertanya
kepada Ismail, “Dengan apa kamu akan membantu kami mendapatkan
dana nak? ”. Ismail pun kebingungan, dia membutuhkan waktu untuk
berpikir hal apa yang bisa membantu dana orang tuanya untuk pergi
ke Indonesia. Dia pun memberitahukan kepada Ayahnya bahwasanya
dia membutuhkan waktu untuk berpikir. Salah satu kemampuan yang
dimiliki oleh Ismail adalah membantu orang tuanya dengan
menyetrika pakaian dan seragam sekolahnya. Setelah beberapa menit
dia baru mengingat hal itu dan kemudian memberitahukan kepada
kedua orang tuanya bahwa dia ingin membuka jasa setrika pakaian di
rumahnya setiap pulang sekolah. Setelah mendapatkan ide tersebut,
Ayah dan Ibunya pun membantunya untuk mempromosikan jasanya
kepada masyarakat sekitar. Mereka juga berusaha bekerja lebih keras
untuk mencapai tujuan mereka.
Keesokan harinya setelah pulang sekolah, dia mulai mempersiapkan
diri untuk melakukan jasa penyetrikaan pakaiannya. Secara bertahap
pelanggannya mulai berdatangan. Kebetulan di lingkungan
masyarakat sekitar rumahnya adalah orang-orang yang agak sibuk
sehingga hak ini membuat jasa penyetrikaan Ismail lumayan laris.
Selain itu harga yang diberikan oleh Ismail lumayan terjangkau
sehingga menarik banyak pelanggan walaupun terdapat beberapa
pelanggaran yang memberi upah lebih kepada Ismail. Dia bahkan
sedikit kewalahan dengan banyaknya pelanggan yang menggunakan
jasa peyetrikaannya. Pada minggu ini Ibu Ismail memiliki pekerjaan
tambahan untuk membersihkan lingkungan sekolah. Dia juga pulang
agak malam sehingga ketika datang dia sudah melihat Ismail tertidur.
Pada saat itu sang Ibu tidak tahu apabila jasa penyetrikaan anaknya
sangat laris. Pada seminggu setelah Ismail membuka jasa penyetrikaan
pakaian, sang Ibu mengetahui bahwa anaknya sangatlah sibuk dengan
pekerjaan sampingannya demi membantunya dan Suaminya. Hal ini
membuatnya membantu pekerjaan Ismail. Awalnya Ismail menolak,
namun ia akhirnya menerima keputusan Ibunya dikarenakan
kelelahannnya dalam melakukan pekerjaan sampingannya. Setelah
berhari-hari, Ibu Ismail terkena demam sehingga membuatnya tidak
bisa beraktivitas untuk sesaat. Dikarenakan sang Ayah yang sibuk,
Ismail merawat Ibunya seorang diri. Dia merawatnya dengan
mempersiapkan makanan, menyiapkan obat dan mengkompres
demamnya. Perlakuan Ismail ini adalah salah satu contoh adab
terhadap orang tua, dimana ia tidak segan untuk merawat orang tuanya
yang sedang sakit saat sedang sendirian.
Setelah berbulan-bulan, Ismail pulang sekolah bersama temannya
yang bernama Muhammad Sumbul yang tinggal bersebelahan dengan
Ismail. Muhammad Sumbul bertanya kepada Ismail terkait usaha atau
jasa penyetrikaannya. Teman Ismail iu sangatlah menghargai sekaligus
kagum dengan Ismail yang membantu kedua orang tuanya. Ismail pun
menceritakan seluruh pengalamannya tentang jasa penyetrikaannya.
Ketika sesampainya dirumah, seperti biasa Ismail mempersiapkan alat
dan bahan untuk jasanya. Pada saat itu, Ibu Ismail tidap dapat
membantu Ismail, dikarenakan ia pergi bekerja lembur. Kebetulan
sang Ayah pulang lebih cepat dikarenakan proyek bangunannya sudah
hampir selesai. Pada saat ini juga, sang Ayah mendapatkan gaji lebih
besar daripada biasanya. Hal ini dikarenakan dia bekerja lebih keras
sehingga membuat bos dari buruh bangunan tersebut memberikan
upah lebih ke Ayah Ismail. Setelah Ayah Ismail pulang dia pun
membantu Ismail untuk melakukan pekerjaan sampingannya. Jam
demi jam telah berlalu, sang Ayah menyuruh Ismail untuk menghitung
upah hasil dari jasa penyetrikaannya. Setiap harinya, Ismail menaruh
upah hasil pekerjaan sampingannya ke sebuah amplop, dikarenakan
dia tidak mempunyai sebuah celengan. Ketika ia membuka amplop
yang berisi upah pekerjaan sampingannya, dia mulai menghitungnya
dari lembaran hingga koinan. Setelah selesai menghitung, dia sedikit
terkejut dengan hasil tabungannya. Hasil tabungannya berjumlah
sekitar 2,880.1344 Riyal atau kurang lebih sekitar 12.000.560 Rupiah.
Ismail pun memberitahu ayahnya mengenai jumlah penghasilan
sampingannya. Mereka pun menghitungnya bersama dan tidak lama,
Ibu Ismail pulang dan membantu mereka menghitung harta mereka.
Harta yang mereka kumpulkan dirasa sudah cukup, bahkan lebih
untuk melakukan perjalanan dari Saudi Arabia ke Indonesia pulang
dan pergi. Sesuai dengan perjanjian sang Ayah dengannya, Ismail
diberi oleh ayahnya sebagian harta penghasilannya. Namun, Ismail
hanya mengambil setengah dari harta yang diberikan oleh ayahnya.
Kedua orang tua Ismail sangat bangga sekaligus kagum memiliki anak
seperti Ismail. Mereka senang bahwa didikan mereka terhadap
anaknya itu berhasil.
Beberapa hari kemudian, Ismail dan keluarganya berpamitan kepada
masyarakat atau warga sekitar yang ada di dekat rumahnya untuk
pergi ke tanah air mereka. Walaupun hanya beberapa minggu, teman-
teman Ismail sangatlah sedih karena mereka tidak bisa bermain
bersama untuk beberapa minggu. Diantara teman-temannya yang
bernama Khaleed Khasmiri, Khidir Karawita, dan Osman Abdul Jalil
bersedih akan hal tersebut. Namun hanya Muhammad Sumbul saja
yang tidak sedih, justru ia bangga akan pencapaian yang telah raih
olehnya. Dia bangga dengan kerja kerasnya dan adabnya kepada
kedua orang tuanya. Menurutnya, Ismail adalah anak yang beradab
pada orang tua, guru, dan warga yang ada di sekitarnya. Selain itu, dia
juga sangat menghormati semua orang yang dia kenal bahkan orang
asing sekalipun.
Ketika sampai di Indonesia yaitu rumah Kakek dan Nenek Ismail,
kakek dan nenek Ismail terkejut sekaligus kagum atas didikan anak
dan menantu mereka terhadap Ismail. Ismail lebih santun dan sopan
dalam bertutur kata dibandingkan dengan ekspektasi Kakek dan
Neneknya. Karena biasanya mereka hanya bertemu secara online
sehingga membuat mereka kagum dan kaget. Adab terhadap orang tua
yang dilakukan Ismail membuat saudara-saudaranya mengikutinya.
Setelah melihat bagaimana adab Ismail terhadap Kakek dan
Neneknya, saudara-saudara Ismail bertanya kepada Ismail tentang
bagaimana Ismail dapat melakukan hal tersebut bahkan hampir tidak
pernah ceroboh dalam beradab terhadap ke orang tua. Ismail
menjawab bahwa dia selalu membiasakannya sewaktu dia masih
berusia lima tahun. Dia dididik dan diajarkan bagaimana caranya
beradab terhadap orang yang lebih tua, guru, serta orang-orang yang
ada disekitar.
Setelah berminggu-minggu, Ismail dan keluarganya pergi ke negara
rantauannya yaitu Saudi Arabia. Mereka semua pamit kepasa
keluarganya dan berjanji akan kembali lagi di tahun selanjutnya.

2. ADAB TERHADAP GURU


Dua tahun setelah nya,
Ismail sudah berusia 15 tahun. Dia juga sudah lulus dari sekolah
menengah pertama atau tsanawiyah dan akan melanjutkan
pendidikannya di Indonesia. Ismail lulus dengan nilai yang hampir
terbaik. Setelah tahun ajaran selesai, Ismail dan keluarganya
berpamitan dengan tetangga dan tokoh masyarakat yang ada di sekitar
rumah mereka. Mengetahui hal tersebut, teman-teman Ismail bersedih
karena temannya akan pergi. Disaat ingin berjalan ke bandara,
beberapa tokoh masyarakat yang ada juga mengantar mereka ke
bandara. Ketika pesawat sudah siap, mereka semua saling berpamitan
untuk kepergiannya.
Setelah beberapa jam, Ismail dan keluarganya tiba di Indonesia.
Mereka langsung menuju ke rumah yang mereka beli di Indonesia
dengan menaiki taksi. Rumah itu berada di dekat rumah Kakek dan
Nenek Ismail. Dalam perjalanannya, mereka mendapatkan sedikit
keterlambatan yang disebabkan oleh kemacetan di kota. Di sela
perjalanan yang penuh kemacetan, Ismail termenung memikirkan
masa MA dan masa depannya. Dia ingin sekali membanggakan orang
tuanya dengan cara berprestasi, namun tidak tahu harus bagaimana.
Yang dia ketahui tentang dirinya sendiri adalah seorang yang tidak
memiliki bakat dengan kecerdasan rata-rata. Pada masa MA ini, Ismail
bertekad untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan mencari
bakatnya dan mengembangkan bakat tersebut untuk membanggakan
orang tuanya.
Berminggu-minggu setelahnya, Ismail memasuki hari pertamanya di
MA. Saat MATSAMA, dia mudah sekali bergaul dengan orang yang
ada di sekitarnya. MATSAMA yang dilakukan selama tiga hari
membuat Ismail tidak sabar untuk melakukan pembelajaran. Dia
bosan dikarenakan dirinya dan teman-teman angkatannya hanya
dijadikan bahan tertawaan dengan perintah yang ada di MATSAMA.
Tiga hari setelah MATSAMA, Ismail semangat untuk memulai
pelajaran di jenjang Aliyah. Walaupun dia mudah untuk bergaul dia
masih belum mengenal seluruh teman kelasnya. Saat hari pertama,
wali kelasnya masuk ke ruangan kelas mereka. Namun terdapat satu
orang yang melakukan perbuatan iseng dengan menaruh penghapus
papan tulis di sela-sela pintu. Ketika sang wali kelas membuka pintu,
penghapis tersebut jatuh mengenai bapak wali kelas. Bapak wali kelas
hanya bisa geleng kepala, hal ini dikarenakan hari pertama tahun
ajaran baru bagi siswa baru sehingga dia memaklumi kelakuan siswa
baru tersebut. Saat masuk dia menaruh tasnya di kursi guru, kemudian
berdiri tegak di depan papan tulis. Dia memperkenalkan dirinya dan
semua tentang dirinya. Wali kelas Ismail bernama Pak Rusdi, dia
masih sangat muda dengan umur 23 tahun. Dia berhobi melakukan
balapan simulator, kebetulan dia juga menjadi pembina
ekstrakurikuler balap di MA ini. Ketika demo ekstrakurikuler, Ismail
tertarik dalam ekstrakurikuler balap. Setelah selesai berkenalan, Pak
Rusdi mengizinkan anak muridnya untuk bertanya kepadanya. Ismail
pun bertanya kepada Pak Rusdi dengan mengangkat tangannya,
sebelumnya dia mengucap salam dan memperkenalkan dirinya,
kemudian dia izin untuk bertanya. Dia bertanya tentang bagaimana
cara agar dia memasuki ekstrakurikuler balap. Ismail sebenarnya
bingung mencari jati dirinya, namun dia tertarik dan ingin mencoba
untuk masuk ke ekstrakurikuler balap. Pak Rusdi kemudian menjawab
pertanyaan Ismail bahwa dia dapat mengikuti ekstrakurikulernya
dengan memasuki grup chat yang telah ada. Setelah diberikan link
grup chat oleh Pak Rusdi, Ismail kemudian berterima kasih kepada
Pak Rusdi. Kebetulan seseorang anak bernama Agus yaitu anak yang
mempermainkan Pak Rusdi dengan menaruh penghapus papan tulis di
atas pintu tersebut juga masuk ke grup chat dan mengikuti
ekstrakurikuler tersebut. Setelah itu, Pak Rusdi memberikan tautan
grup chat kelas dan ekskul yang ada.
Setelah membahas terkait ekstrakurikuler, Pak Rusdi kemudian
memberikan jadwal kelas dan membuat struktur kelas. Di saat Agus
disuruh menjadi penanggung jawab mata pelajaran Akidah Akhlak,
dia menolak secara langsung dengan bahasa yang kurang sopan.
Namun, Pak Rusdi masih memaklumi kelakuan Agus. Sebelum Pak
Rusdi menunjuk seorang anak untuk menjadi penanggung jawab mata
Pelajaran Akidah Akhlak, Ismail menawarkan diri untuk menjadi
penanggung jawab. Pak Rusdi mengapresiasi rasa tanggung jawab
Ismail. Dia merasa bahwa selain sopan dan santun tutur katanya,
Ismail juga sangat bertanggung jawab. Ketika semua pekerjaan Pak
Rusdi selesai di kelas, dia ingin pergi ke ruang guru. Kebetulan saat
itu masih terdapat jam kosong karena masih hari pertama di sekolah.
Saat mengetahui hal tersebut, Ismail menawarkan bantuan untuk
membawa barang bawaannya. Pak Rusdi pun kagum dan membiarkan
dia membatunya.
Di saat pulang sekolah, Ismail bertanya kepada Agus tentang mengapa
diriya berbuat hal yang kurang baik terhadap Pak Rusdi. Dengan
terseyum jahat, dia menjawab bahwa hal yang dilakukannya hanya
untuk membuat suasana agar tidak tegang karena masih hari pertama
di sekolah. Namun, perkataannya adalah sebuah omong kosong.
Seminggu bersekolah di Aliyah, Ismail masih memperhatikan
Tindakan Agus yang menjengkelkan. Di saat pulang sekolah, Ismai
dan Agus pergi ke ruang simulator untuk mengikuti ekstrakurikuler
balap. Pelatih mereka yang bernama Hamilton dipermainkan untuk
kesekian kalinya oleh Agus. Pelatih mereka, Hamilton yang berusia 19
tahun sudah di puncak amarahnya. Sebelum hal yang hebat terjadi,
Ismail menenagkan Kakak pelatihnya agar lebih sabar dengan
kelakuan Agus. Setelah itu, Ismail menasehati Agus untuk kesekian
kalinya. Dia berkata bahwa walaupun masih muda Kak Hamilton
tetaplah gurunya sehingga dia menyuruh Agus untuk lebih
memperhatikan kelakuannya dan senantiasa untuk beradab terhadap
guru.
Setelah hampir satu semester, kelakuan Agus masih tidak berubah
sama sekali. Di saat melakukan penilaian akhir semester, dia dan
temannya mencuri kunci jawaban dari ruang kantor untuk
mendapatkan nilai ujian yang sempurna. Kunci jawaban tersebut
terdapat 50 lembar salinan dan menjadi 49 saat di aambil. Di saat
ujian usai, panitia ujian mengambil seluruh kunci jawaban untuk di
periksa jawaban anak-anak. Setelah dibagikan kepada guru-guru untuk
dikoreksi, ternyata kertas kunci jawaban tersebut hilang sebayak satu
lembar. Walaupun guru lain memeriksa kertas mereka kembali,
nyatanya masih tidak ditemukan satu kertas yang hilang tersebut.
Salah satu guru mata Pelajaran yang bernama Pak Veo menduga
bahwa satu kertas sisa diambil atau dicuri oleh salah seorang siswa
atau siswi. Saat melakukan pengecekan di rekaman cctv, seluruh guru
yang ada di ruang guru kaget. Diketahui bahwa pelakunya adalah
Agus dan beberapa temannya. Beberapa guru pun menghampiri kelas
dari anak tersebut. Kebetulan mereka sedang bermain ponsel di kelas.
Pak Rudi yang berkedudukan sebagai wali kelasnya pun sudah
terlanjur marah. Dia melabrak Agus dan memperlihatkan video
rekaman cctv itu kepadanya. Di saat itu Agus hanya dapat terdiam dan
tidak dapat melawan atau menjawab wali kelasnya tersebut. Hal ini
dikarenakan Pak Rudi adalah salah satu guru yang paling tegas di
madrasah sehingga dapat membuat para siswa tidak dapat berkutik
saat berhadapan langsung dengannya. Di saat Agus yang malu dan
tidak dapat berbuat apa apa karena tindakannya tersebut, Ismail
mencoba menenaangkan Pak Rudi yang sudah terlanjur emosi. Pada
saat ini, dia masih membela Agus dengan membuat yakin beberapa
guru di sana dengan suara rendah, sopan dan santun. Beberapa guru di
sana terkejut bahwa siswa yang bernama Agus dimana memiliki sifat
yang kurang terpuji memiliki teman yang berbanding terbalik
setengah lingkaran. Pak Veo yang ikut dengan beberapa guru tersebut
berkata kepada Agus bahwa dia harusnya sangat bersyukur
mempunyai teman seperti Ismail. Setelah mendengar hal tersebut, dia
berjanji akan berbuat baik di masa depan dengan meminta kesempatan
kepada guru-guru yang ada di kelas tersebut. Guru-guru tersebut
sepakat degan perjanjian yang diminta oleh Agus, namun dengan
syarat bahwa dia harus mengulangi ujian tersebut.
Setelah pembagian rapot orang tua Agus meminta maaf kepada Pak
Rusdi atas kelakuan putranya. Dia tahu bahwa Agus adalah anak yang
memiliki sifat kurang terpuji. Pak Rusdi pun tersenyum dan
memberitahu kepada orang tua Agus bahwa Agus telah berjanji
kepadanya dengan bantuan ssiswa yang bernama Ismail untuk tidak
melakukan hal yang kurang terpuji lagi. Setelah itu orang tua Agus
berterima kasih kepada Ismail dan orang tuanya atas tindakan yang
menyadarkan Agus.
Di semester yang selanjutnya, Ismail berhasil membuat Agus
melakukan tindakan terpuji terhadap guru. Guru-guru terkesan atas
kelakuan Ismail yang berhasil membuat Agus menjadi lebih beradab
terhadap guru. Bahkan Agus pun menawrkan bantuan beberapa guru
yang kerepotan dengan membawa barang bawaan yang banyak. Hal
yang diakukan mereka berdua berhasil membuat kelas mereka sadar
betapa kerennya beradab terhadap guru, sehingga mereka mengikuti
jejak Ismail dan Agus. Mulai pada saat itu, seluruh kelar mengikuti
cara kelas Ismail dan Agus memperlakukan guru. Dan saat semester
hampir berakhir, madrasah mereka mendapat penghargaan menjadi
madrasah yang memiliki banyak siswa dan siswi beradab baik
terhadap guru. Seluruh dewan guru dan kepala madrasah berterima
kasih kepada Ismail yang telah membangun adab baik terhadap guru.
Bahkan kepala madrasah memberi sebuah penghargaan kepada Ismail
berupa sepeda. Dia tahu bahwa selama ini Ismail berangkat sekolah
dengan berjalan kaki sejauh 1,4 kilometer. Ismail pun berterima kasih
kepada Bapak kepala madrasah atas penghargaan yang diberikan
olehnya tersebut.
Di tahun-tahun berikutnya adab baik terhadap guru di kembangkan
terus menerus bahkan hingga ke adik kelas Angkatan Ismail. Selain itu
madrasah ini menjadi terkenal karena Ismail yang mebawa adab baik
terhadap guru.
TAMAT

Anda mungkin juga menyukai