Anda di halaman 1dari 10

Keluarga Pihak Ayah

Nama kakek dari pihak ayah adalah Lamider Simanjuntak . Umur kakek
sekitar 72 tahun dan lahir di Asahan pada tanggal 26 Desember 1944. Kakek
merupakan anak terakhir dari 8 bersaudara. Kakek merupakan tamatan dari
Sekolah Rakyat (SR). Kakek bekerja sebagai pekerjapegawai negeri LLJA (Lalu
Lintas Antar Jalan) bagian pembendaharaan serta sebagai petani . Kakek
mempunyai ladang (Kebun) yang cukup luas meliputi kebun sawit yang ada di
Kisaran , kebun nenas yang ada di Tarutung ,dan mempunyai tanah yang cukup
luas di sekitar desa Silomlom. Kakek sekarang tinggal di Kisaran bersama
dengan beberapa anak dan cucunya. Latar belakang kakek saya berasal dari
keluarga yang mapan dan sangat disiplin serta pintar dalam berwirausaha .
Walaupun rata-rata orang yang sudah tua atau lanjut umur hanya mengetahui
satu bahasa yaitu Bahasa batak , namun kakek saya mampu menguasai 3
bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Batak, serta Bahasa Inggris. Dalam
keluarga kami saya biasanya menyebut kakek saya dengan sebutan opung doli.

Kakek mempunyai 8 orang anak ditambah dengan 1 orang anak angkat.


Anak pertama bernama Seldina br Simanjuntak. Dalam adat batak , saya harus
menyebutnya dengan sebutan Bou. Bou lahir pada tanggal 7 Agustus 1965
dan sekarang kira-kira berumur sekitar 51 tahun. Bou sudah menikah dan
mempunyai 5 orang anak yaitu Yolanda Oktaviana (Kak Iyo), Yohana Cindytia
(Kak Cindy), Yovani Ririsa (Riris) , Anggie, Joy Arjuna.

sehryj Kemudian lahir seorang anak yang merupakan abang ayah yang
bernama Asner Simanjuntak pada tahun 1967 di Kisaran. Saya biasanya
menyebutnya dengan sebutan bapak uda. Bapak uda sekarang tinggal di
provinsi Kalimantan Barat . Bapak uda bekerja sebagai pekerja kebun sawit di
suatu pabrik swasta . Beliau juga sudah menikah dan dikarunia 3 orang anak
yaitu Frandi Simanjuntak , Fitria br Simanjuntak , Fika Masta br Simanjuntak.

Kemudian selang dua tahun, lahir lagi seorang anak pada tahun 1971
yang merupakan bou saya yang bernama Karlina br Simanjuntak . Bou yang ini
merupakan anak tercerdas diantara semua anak dari opung, sebab hanya
beliau yang sudah menyelesaikan perkuliahan dan mendapat gelar Sarjana
Pendidikan . beliau juga sudah menikah dan dikarunia 4 orang anak .Bou
bekerja sebagai kepala sekolah dari sekolah swasta PAUD (Pendidikan Anak
Usia Dini) dan juga merupakan salah satu guru seni di Sekolah Negeri di
Simpang Kawat.

Kemudian dua tahun berikutnya lahir bou saya pada tahun 1973 yang
bernama Juniar br Simanjuntak . Bou yang satu ini walau tidak terkenal akan
kepintarannya namun ia sangat pandai dalam melayani pelayanan di gereja,
dan menjadi guru sekolah minggu , pandai mengajarkan anak kecil dan sangat
pintar dalam memahami isi alkitab . Beliau juga sudah menikah dan dikarunia 2
orang anak yaitu Afrildo Gultom dan Kris John Gultom. Bou saya bekerja
sebagai seksi pelayanan di gereja dan menjadi guru PAUD di sekolah milik Bou
Karlina.

4 tahun kemudian lahirlah anak ke-7 yang merupakan adik dari ayah
yang bernama Devi Rina br Simanjuntak. Bou tinggal di desa dekat Porsea tepi
danau Toba. Beliau juga sudah menikah dan dikaruniai 4 orang anak.

2 tahun kemudian lahirlah anak ke-8 yang merupakan anak kandung


opung uang terakhir dari pasangan kakek dan nenek yang bernama Juwita br
Simanjuntak . Bou Ita adalah Nama yang sering ayah sebut kepadanya. Beliau
tinggal di Medan tepatnya sekitar daerah Aksara dan bekerja sebagai pekerja
suatu perusahaan perbelanjaan.

Berikutnya adalah bou kiki yang merupakan anak angkat . Nama


lengkapanya adalah Kiki permata br Simanjuntak. Beliau tinggal di Tanjung
balai dan bekerja sebagai pemilik kos-kosan . Beliau juga sudah menikah dan
dikaruniai oleh 2 orang anak .

Ayah sendiri merupakan anak ke-6 dari 8 bersaudara dan merupakan


anak laki-laki paling kecil.Nama ayah saya adalah Hendri Feber Simanjuntak.
Ayah lahir di Kisaran pada tanggal 14 Febuari 1975 . Dari kecil ayah selalu
menjadi anak yang paling nakal, bahkan untuk pergi kesekolah saja harus
dibujuk oleh nenek. Walaupun ayah dikenal sangat nakal, namun ia juga
dikenal karena kepintaran serta rajinnya. Ayah sangat rajin ikut opung untuk
pergi keladang dan pergi kekantor opung hanya sekedar melihat opung
bekerja. Latar belakang pendidikan ayah adalah tamat dari SD SWASTA , tamat
dari SMP NEGERI 3 KISARAN, dan Tamat SMA SWASTA GKPI KISARAN.
Walaupun sempat menjalani kuliah namun ayah lebih memilih keluar dari
perkuliahan dan mendaftar menjadi anggota TNI AU (Tentara Nasional
Indonesia Angkatan Udara) karena itu merupakan impian terbesar dari masa
kecilnya. Sempat terjadi ketidaksetujuan dari opung karena ayah tergolong
bagus dalam pelajaran dan pantas untuk melanjutkan kejenjang perkuliahan.
Akhirnya keputusan ayah adalah untuk ikut menjadi anggota TNI dan
mendapat tugas Dinas di Luar Pulau Sumatra.

Itulah Merupakan latar belakang anak-anak dari kakek . Kemudian


adalah nenek atau dalam adat batak saya menyebutnya sebagai Opung Bolon .
Opung bolon bernama Sorta Br Tampubolon yang lahir pada tanggal yang sama
seperti opung doli/kakek tetapi berbeda tahun yaitu tepat pada tanggal 26
Desember 1936. Umur opung bolon sekitar 80 tahun . Opung bolon merupakan
tamatan dari sekolah Rakyat (SR). Nenek sangat ahli dalam membuat masakan
khas batak seperti Ikan arsik. Kakek dan nenek menikah pada tahun 1964 dan
usia pernikahan mereka kurang lebih 50 tahun.

Keluarga dari Pihak ibu


Nama Kakek dari pihak ibu adalah Dahya. Kakek lahir di Cibatu pada
tanggal 12 Febuari 1946. Umur kakek ialah 70 tahun. Kakek tinggal di daerah
cibatu , Jawa Barat. Pekerjaan kakek sebagai petani di kampungnya. Latar
belakang kakek berasal dari keluarga petani biasa. Kakek merupakan tamatan
dari sekolah rakyat . kakek juga sangat ahli dalam ilmu bela diri terutama
pencak silat dan merupakan guru pengajar silat didaerah sekitar cibatu.

Kakek dari pihak ibu mempunyai 5 orang anak yaitu 4 orang anak
perempuan dan 1 orang anak laki-laki. Anak pertama ialah Bi Ella. Sebutan Bi
dalam bahasa sunda untuk bibi atau saudara perempuan. Bi Ella sekarang
tinggal tinggal di Bekasi dan dikarunia dengan 2 orang anak.

Anak ketiga adalah Om Asep. Sebutan om dikampung cibatu adalah


sebutan orang yang sudah menikah namun masih belum mempunyai anak. Om
Asep tinggal di Purwakarta dan bekerja sebagai supir bus kota.

Anak keempat adalah Bi Sindi. Bi Sindi tinggal di Cibatu, Namun beda


rumah dengan Kakek. Pekerjaan Bi Sindi adalah sebagai tenaga pendidik di
suatu sekolah dasar swasta di Cibatu.
Anak Terakhir adalah Bi Entang. Bi Entang masih tinggal bersama kakek
dan nenek. Bi Entang bekerja sebagai buruh fabrik sepatu. Sedangkan Ibu saya
merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Nama ibu adalah Datisah
Handayani. Ibu lahir di Purwakarta (Jawa Barat) pada tanggal 12 April 1976.
Umur ibu sekitar 40 tahun. Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
terkadang jika ada acara di Lanud maka ibu bekerja sebagai seorang penari. Ibu
dari kecil memang sangat di kenal sangat pandai menari. Ibu merupakan
tamatan SMA negeri 1 Purwakarta. Ibu dulu sangat dikenal sebagai anak yang
pandai mencari uang bahkan ibu pernah bekerja hamper selama 10 tahun
sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Arab Saudi dan Malaysia.

Nenek dari pihak ibu bernama Tarsi. Nenek lahir pada tahun yang sama
dengan kakek yaitu pada tahun 1946. Nenek tutup usia pada usia 50 tahun.
Saya memang belum pernah bertemu langsung dengan nenek tapi nenek
dikenal sangat rajin mengurus taman di belakang rumah serta bercocok tanam
di lahan belakang rumah.

Pertemuan Ayah dengan Ibu


Waktu itu, ayah lagi dinas didaerah Purwakarta dan ibu tinggal di daerah
tempat ayah dinas tersebut. Sebagai TNI junior, ayah harus ramah dengan
warga setempat agar keberadaan tentara dapat diterima oleh masyarakat
setempat . Memang di daerah sekitar tempat ibu tinggal, keberadaan tentara
kurang disukai daripada polisi bahkan ada yang tidak bias membedakan
keduanya padahal polisi bekerja sebagai petugas penjaga keamanan dan
ketertiban dalam suatu Negara, sedangkan Tentara bekerja sebagai barisan
pertahananan dari ancaman dari luar Negara.

Hal itulah yang menyebabkan ayah harus bergaul didaerah kampung ibu
walaupun itu sangat sulit dilakukan . Hal itu juga yang menyebabkan ibu
menyukai ayah sebab kepribadiannya yang sangat mudah bergaul dengan
semua orang dan akhirnya memutuskan untuk bersedia menikah dengan ayah
pada tanggal 1 Juni 2000. Walaupun ibu berasal dari agama islam dan ayah
berasal dari agama Kristen, ibu saya bersedia pindah agama mengikuti ayah.
Sempat terjadi penolakan dari kakek pihak ibu untuk pindah agama namun
mungkin ayah yang dilihat kakek memiliki kepribadian yang baik serta pekerja
keras maka ibu diperbolehkan untuk menikah dengan ayah.

Kami sekeluarga ada sekitar 4 orang. Ayah , ibu, adik, dan Saya sendiri.
Nama adik adalah adalah Meita br Simanjuntak. Adik lahir di Kisaran, 22 mei
2003. Adik masih berada di nagku sekolah menengah pertama (SMP) tepatnya
di SMP Negeri 2 Medan. Adik sangat menyukai segala hal yang yang berbau
musik. Dia pandai bermain gitar serta pandai menyanyi.dan kemudian adalah
saya, Inilah kisah hidup saya dari waktu dalam kandungan hingga saya
menduduki bangku SMK.

Waktu dalam kandungan

Setelah ayah dan ibu menikah, ayah dipindahkan tugas lagi kedaerah
Subang ,Jawa Barat. Kemudian saat ibu lagi mengandung saya pada usia
kehamilan ke-empat bulan. Ayah terpaksa mendapat panggilan dinas keluar
daerah dan terpaksa meninggalkan ibu dalam waktu beberapa bulan.
Walaupun ibu waktu itu tidak mau namun namanya tugas , harus dilaksanakan

Setelah bulan kesembilan, bu menceritakan bahwa waktu itu hamper


keguguran sebab ibu jatuh dari sepeda motor dan langsung lekas dibawa
kerumah sakit dan setelah dirawat dirumah sakit beberapa hari, ayah yang
sudah pulang dari dinas langsung pergi kerumah sakit dan mengunjungi ibu.
Pada saat itulah saya lahir, tepat pukul 1 dini hari pada tanggal 1 Agustus 2001.
Ayah dan ibu tinggal menetap di daerah Subang.

Masa Balita (Bayi dibawah lima tahun)

Waktu saya berumur 1 tahun , saya pernah diadakan pesta perayaan


ulang tahun. Kata ayah sewaktu perayaan itu, saya sering menangis karena
dulu saya sangat takut tehadap yang namanya balon, karena terlalu takut ,
dulu saya hamper terjatuh karena dikasih balon sama anak tetangga,

Ketika umur saya hamper menginjak 2 tahun, keluarga mendapat dinas


pindahan di Medan. Karena lokasinya ledih dekat dengan kekampung ayah
maka ayah dan ibu memutuskan untuk pindah di Medan. Seharusnya kami
pergi menggunakan pesawat terbang tapi ibu tidak ingin naik karena ingin
pergi dengan menggunakan bus antar provinsi agar dapat melihat semua
provinsi yang ada di pulau Sumatera.

Ketika saya meninjak usia 4 tahun, ayah memutuskan untuk


menyekolahkan saya di sekolah Taman Kanak-kanak Angkasa yang berada
disekitar rumah . waktu itu saya masuk kekelas tk 0 kecil. Walaupun
sebenarnya di TK itu hanya bermain namun tetap saja saya masuk ke Tk.
Sewaktu di Tk, saya sempat mendapat juara menggambar dan ikut anggota
marching band. Saya waktu itu menjadi yang membawa drum besar yang
dibawa didepan dada. Walaupun sebentar namun mengikuti ekskul marching
band itu sangat menyerukan.

Masa Anak-anak

Setelah saya masuk keusia lima tahun, saya langsung lompat masuk ke
Sekolah Dasar walaupun seharusnya di Tk saya harus masuk 1 tahun lagi. Pada
masa penerimaan siswa baru, kami satu persatu diperkenalkan dengan
berbagai huruf dan angka. Pada waktu itu saya belum mengenal apa itu huruf,
yang saya tahu hanyalah angka satu sampai sepuluh. Baru sampai kelas dualah
saya baru bias membaca dengan lancer walaupun itu dulu perlu banyak usaha.

Di sekolah dasar, saya tergolong orang yang cerdas namun sangat susah
bergaul dengan orang lain. Contohnya waktu saya kelas 2 sd, saya terlebih
dahulu bisa operasi perhitungan seperti penjumlahan dan pengurangan, baru
setelah itulah saya bisa membaca dengan lancer tanpa harus mengejanya
terlebih dahulu . Pada saat kelas tiga, saya mampu mengetahui seluruh rangka
tulang manusia serta memahami hubungan antara sesame makhluk hidup
serta mampu menghapal perpangkatan sampai 10.

Pada saat saya duduk dikelas lima sd, ayah harus mengikuti program
sekolah untuk TNI agar mendapa jabatan yang lebih baik. Untuk mengikuti
program tersebut ayah harus pergi ke Surabaya dan belajar secara intensif
hamper selama 3 bulan. Ibu tidak ingin ditinggal oleh ayah dan memutuskan
untuk ikut pergi ke Surabaya.

Masa itu selama tiga bulan. Pada masa itu pula saya dan adik hampir
tidak pernah sekolah selama tiga bulan, memang kedengaranya enak tapi hal
itu benar-benar membosankan. Kami sekeluarga hanya tinggal di kos-kosan.
Selama hampir 3 bulan tersebut , kami sekeluarga sudah hampir menjelajahi
semua daerah di Jawa Timur seperti kawasan Lumpur Lapindo, mengunjungi
Candi di Malang, Pergi kejembatan terpanjang di Indonesia yaitu jembatan
Suramadu yang menghubungkan pulau Jawa dengan Pulau Madura. Keadaan
kota Surabaya tidak jauh dengan kota Medan hanya saja terdapat selokan
besar pada jalan besar di kota Surabaya. Hal tersebut dibangun untuk
mengatasi datangnya pasang surut air laut . Setelah masa sekolah untuk
tentara selesai, ayah disuruh memililih untuk dinas dimana. Awalnya ayah
menginginkan berdinas di provinsi Bali, namun karena beberapa hal, Ayah
memutuskan untuk berdinas kembali di Medan dan saya kembali masuk ke
sekolah Angkasa lagi.

Masa Remaja (SMP)

Setelah saya lulus dari SD Angkasa dengan nilai yang terbilang cukup
baik, saya memutuskan untuk sekolah di SMP Negri 2 Medan. Kenapa saya
memilih disitu? Karena disitu terkenal dengan smp favorit dan banyak kawan
saya bersekolah disitu. Kesan pertama saya disitu adalah bahwasanya SMP
Negeri 2 Medan itu tidak sekecil kelihatannya dari depan, tapi memanjang
kebelakang.

Pada saat pembagian kelas, saya mendapati kelas 7-7 dan itu merupakan
kelas yang terakhir dari angkatan kelas 7. Memang kelas terakhir berada di
ujung sekolah dan harus naik tangga untuk mencapainya. Awalnya saya kira,
saya mengalami kesialan namun rupanya rata-rata orang di kelas saya banyak
yang beragama Kristen. Pada masa itulah saya mulai malas-malasan belajar.
Saya hanya suka belajar bagian Matematika dan IPA saja . Yang paling saya
tidak suka adalah pelajaran bahasa inggris sebab gurunya hanya memberikan
nilai pada orang yang dia kenal saja.

Entah kenapa pada semester pertama saya mendapat juara ketiga


padahal saya jarang sekali belajar dirumah. Pada semester kedua, rangking
saya menurun dari 3 menjadi 8 dan akhirnya saya tidak dapat masuk ke kelas
unggulan. Memang menyedihkan tapi pada kelas 3, saya berhasil memasuki
kelas unggulan yaitu 9-1.

Berada di kelas unggulan memang tidaklah mudah sebab kemampuan


teman sekelas hampir sama rata . walaupun begitu menyenangkan juga berada
di kelas unggulan . kami lebih banyak melakukan kegiatan berkelompok hampir
pada semua pelajaran. Yang paling saya ingat adalah membuat penjernih air
dan membuat telur asin. Pernah waktu itu, kami bertujuh dari keals 9-1
mengikuti olimpiade matematika di sekolah Global Prima. Walaupun hanya 1
orang yang mendapat juara kedua namun kami lebih banyak mengetahui letak
sekolah Global Prima serta cara pengajarannya disana.

Masa Sekolah Menengah Kejuruan

Setelah Ujian Nasional tingkat SMP berakhir. Saya masih bingung


memutuskan untuk berlanjut ke sekolah yang mana . Banyak yang
menyarankan saya untuk ke sekolah SMA Negeri 2 medan, Namun ada
teman saya yang mengajak untuk sekolah di SMK Negeri 3 medan. Lantas
saya bingung kenapa dia memilih SMK dan bukannya SMA. Katanya
diSMK , kita lebih diajari teknik kejuruannya masing-masing dan tidak
terus monoton seperti SMA. Jadi saya pun tertarik masuk ke sekolah SMK
daripada SMA. Awalnya saya mencari SMK yang lebih mengajari untuk
berhitung , terlintas di pikiran untuk mencari kimia berbasis ilmu Fisika.
Setelah ditelusuri tidak ada SMK berbasis ilmu fisika yang ada hanya ilmu
kimia yaitu SMK Negeri 3 Medan. Jadi , saya pun memilih SMK Negeri 3
dan memilih jurusan Kimia Analisa.

Awalnya saya ragu-ragu untuk masuk ke sekolah kimia sebab pada


waktu SMP, saya masih belum bisa memahami konsep dasar kimia yang
diajari yang akan menjadi bekal nanti untuk bisa masuk ke SMK negri 3.
Namun saya pastikan akan bisa sebab kimia menurut saya pada awalnya
adalah dapat membuat bermacam-macam bahan kimia seperti sabun,
Shampo,dll. Sampai saat ini saya masih bersekolah di SMK Negri 3 Medan
dan duduk dikelas XI KA-1.
Menurut saya, dalam autobiografi ini saya dapat mengetahui semua
silsilah dalam keluarga saya mulai dari keluarga ayah dan keluarga ibu
serta prinsip hidup berumah tangga agar terjaga keharmonisannya. Dan
menurut saya, Jika anda ingin sukses maka anda harus menyadari Bakat
seta Minat anda secara dini sehingga anda akan mendapat kemudahan
dalam dunia berkarir Nanti.
AUTOBIOGRAFI

Dika Agustinus Simanjuntak


XI KA-1
Bahasa Indonesia/Magren Manurung
SMK NEGERI 3 Medan
T.A 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai