Pengarang: Shofa Farida Istiqomah Penerbit, tahun terbit: Zettu, 2012 Jenis buku: Fiksi Tebal buku: 200 Halaman No. Hari, Halaman / Informasi Penting Pertanyaan / Tanggal Bab yang Tanggapan dibaca 1. Rabu, 19 Halaman 5 Di beranda rumah, seorang Kepergian ibu Euis Oktober / Nostalgia gadis sendiri ke Saudi tentu 2016 Pahit menyepi.Pandangannya membuat hatinya terfokus pada langit.Euis, semakin terpuruk. namanya. Gadis berusia 18 tahun. dia Gadis berusia 18 tahun. Dia hidup di kampung bersama nenek dan ketiga adiknya di tanah Sunda.Ibunya pergi ke Arab Saudi untuk menjadi TKW. Ayahnya, entah dimana rimbanya. Pikirannya melambung ke masa lalu. Saat itu, dia sedang duduk di bangku kelas enam SD.ibunya melahirkan adiknya yang ketiga. Seminggu setelah kelahiran tsb, ayahnya tiba- tiba menghilang dari rumah. Ibunya merasa tersiksa dengan kepergian sang ayah. Apalagi, anak keempatnya yang belum genap satu bulan itu memerlukan biaya yang cukup besar. Karena tak punya uang untuk membiayai keempat anaknya, maka dua bulan setelah kelahirannya, dia pun memutuskan untuk menjadi TKW ke Arab Saudi
2. Halaman Euis tampak sedang asyik Pada bab kedua
13 / dengan buku yang dia baca, ini, Euis Sahabat yakni buku Ekonomi. Euis mempunyai Baru cuma setahun lagi di kelas sahabat baru tiga, sehingga dia harus bernama Dinda. lebih rajin belajar Ekonomi demi cita-citanya menjadi Sarjana Ekonomi. Ketika tengah dibuai oleh bukunya itu, Kepala Sekolah datang ke kelas membawa seorang murid perempuan. Gadis itu cantik sekali dibalut dengan jilbab lebarnya. “Bapak kesini membawakan teman baru buat kalian. Dia pindahan dari Jakarta. Ayo, Nak! Perkenalkan dirimu kepada teman-temanmu.” Pinta Pak Kepala kepada gadis itu. “Assalamualaikum teman- teman. Perkenalkan, nama saya Dinda. Saya dari Jaarta. Saya harap kalian bisa berteman baik dengan saya. Terimakasih.” Dinda duduk sebangku dengan Euis . mereka pun menjadi sahabat baik. 3. Halaman Ketika sedang berlari Pikiran Euis 51 / Lelaki menuju sekolah, tak sengaja menjadi terfokus Itu dia menabrak seorang lelaki pada baapaak itu. agak tua yang amat kucel. Sepanjang Bapak itu kotor seperti tak perjalanan menuju pernah mandi. Bajunya sekolah, dia tak compang camping seperti henti-hentinya tak ada ganti. Topinya memikirkan bapak lusuh seperti tak pernah itu. dicuci. Tubuhnya berbau tak sedap. Baju Euis sedikit kotor karena tertular bapak itu. Euis menyesal bertabrakan dengannya. “Ma.. ma.. maaf, Neng!” Kata bapak itu. Euis tak segera menjawab. Diperhatikannya lelaki yang berada di sampingnya. Di pipi kanan bapak itu terdapat goresan seperti bekas sayatan. Bawah matanya berwarna hitam. Euis merinding melihat bapak itu. “Neng?” tanya bapak itu sekali lgi. “Iya pak?” Euis terpaksa menjawab. “Maafkan bapak sudah.”ucapannya terpotong. “Justru saya yang mita maaf karena sudah menabrak bapak. Ya sudah, saya pemisi dulu ya, Pak?” Euis segera menjauh dari bapak itu. Dia tak tahan memandang wajah dekilnya.
4. Halaman Sebulan berlalu sudah. Hari Kabar gembira
189 / yang ditunggu Euis, besok dari ibu Euis yang Penikahan akan tiba. Nini beserta sempat Euis tetangga-tetangga sibuk membuatnya mengurus pernikahannya. senang, sekarang Penghulu sudah dihubungi berubah menjadi sejak lama. Undangan suasana penuh sudah disebar. Dekorasi dan duka. makanan sudah dipersiapkan. Tak lama kemudan, Euis meeneria surat dari ibunya. Dalam surat itu, diatakaan bahwa ibunya akan pulang besok untuk menghadiri acara pernikahannya. Tetapi, kemungkinan ibunya akan sampai di rumah ketika acara sedang berlangsung. Jadi, Euis diharapkan sabar atas hal itu. Pernikahannya harus dilangsungkan meskipun ibunya telat datang. Euis senang mendapat surat itu. Beerapa saat, rombongan pengantin pria pun datang. Prosesi adat dilaksanakan. Euis duduk di samping Ahmad. Matanya memandang teduh ke arah Ahmad. Ahmad membalasnya dengan senyum. “Sudah siap?”tanya Pak Penghulu. Keduanya menganggukkan wajah. “Ada apa, Ci?”tanya Nini. “Anu Ni”nafasnya masih tersengal-sengal. “Anu apa?”Nini semakin penasaran. “Itu di TV” “Ada apa di TV?” “Anak Nini meninggal karena kecelakaan” “Anak Nini?Dedeh maksudnya?” “Iya. Teh Dedeh.Ambu-nya Euis.” “Apa?”Euis bangkit dari duduknya. “Iya,Is.Ambu-mu kecelakaan pesawat terbang.” “Teteh jangan bohong.Euis tidak percaya.” “Benar Is. Teteh juga awalnya tidak percaya.” Seketika itu, tubuh Euis terkulai ke lantai. Tubuhnya dipenuhi bayangan ibunya. Pandangannya gelap. Sampai akhirnya, dia jatuh pingsan. Ketika tersadar, pertama kali ia mekihat Ahmad berada di sampingnya. Ahmad terlihat cemas karena pernikahannya tertunda dikarenakan Euis pingsan. Euis tersadar kembali akan kecelakaan pesawat yang dialami oleh ibunya. Hingga akhirnya ia menjerit. “Ambuuuuuuu.” Teluk Kuantan, 19 Oktober 2016