Anda di halaman 1dari 1

Hikayat Amir

Dahulu kala di Sumatra, hiduplah seorang saudagar yang bernama Syah Alam. Syah Alam
mempunyai seorang anak bernama Amir. Amir tidak uangnya dengan baik. Setiap hari dia
membelanjakan uang yang diberi ayahnya. Karena sayangnya pada Amir, Syah Alam tidak
pernah memarahinya. Syah Alam hanya bisa mengelus dada.

Lama-kelamaan Syah Alam jatuh sakit. Semakin hari sakitnya semakin parah. Banyak uang
yang dikeluarkan untuk pengobatan, tetapi tidak kunjung sembuh. Akhirnya mereka jatuh
miskin.

Penyakit Syah Alam semakin parah. Sebelum meninggal, Syah Alam berkata”Amir, Ayah
tidak bisa memberikan apa-apa lagi padamu. Engkau harus bisa membangun usaha lagi
seperti Ayah dulu. Jangan kau gunakan waktumu sia-sia. Bekerjalah yang giat, pergi dari
rumah.Usahakan engkau terlihat oleh bulan, jangan terlihat oleh matahari.”
”Ya, Ayah. Aku akan turuti nasihatmu.”
Sesaat setelah Syah Amir meninggal, ibu Amir juga sakit parah dan akhirnya meninggal.
Sejak itu Amir bertekad untuk mencari pekerjaan. Ia teringat nasihat ayahnya agar tidak
terlihat matahari, tetapi terlihat bulan. Oleh sebab itu, kemana-mana ia selalu memakai
payung.
Pada suatu hari, Amir bertmu dengan Nasrudin, seorang menteri yang pandai. Nasarudin
sangat heran dengan pemuda yang selalu memakai payung itu. Nasarudin bertanya kenapa
dia berbuat demikian.
Amir bercerita alasannya berbuat demikian. Nasarudin tertawa. Nasarudin berujar, ” Begini,
ya., Amir. Bukan begitu maksud pesan ayahmu dulu. Akan tetapi, pergilah sebelum
matahari terbit dan pulanglah sebelum malam. Jadi, tidak mengapa engkau terkena sinar
matahari. ”
Setelah memberi nasihat, Nasarudin pun memberi pijaman uang kepada Amir. Amir
disuruhnya berdagang sebagaimana dilakukan ayahnya dulu.
Amir lalu berjualan makanan dan minuman. Ia berjualan siang dan malam. Pada siang hari,
Amir menjajakan makanan, seperti nasi kapau, lemang, dan es limau. Malam harinya ia
berjualan martabak, sekoteng, dan nasi goreng. Lama-kelamaan usaha Amir semakin maju.
Sejak it, Amir menjadi saudagar kaya.

Anda mungkin juga menyukai