Anda di halaman 1dari 2

“KETIKA PUASA TIBA”

Seonggok sampah telah terkumpul di halaman depan. Seonggok lagi di belakang rumah.
Amir melihat ke sekeliling rumah. Bersih, dan tak ada daun atau sampah yang tercecer. Tangannya
mengusap keringat di dahinya. Hari masih pagi, matahari belum terasa panasnya. Tapi menyapu
halaman yang luas itu telah membuat berkeringat.

Sampah- sampah itu biasanya langsung dibakar. Di tunggu sampai habis. Sisa- sisa abu
biasanya disapu lagi sampai benar-benar bersih. Setelah menyelesaikan tugasnya dengan baik,
barulah Amir merasa lega. Amir tak ingin mengecewakan Mak Ape, pemilik halaman dan rumah itu.
Mak ape telah begitu baik memberinya pekerjaan yang tidak berat. Sesuai dengan kemampuan Amir
yang masih duduk di kelas III SD.

Di antara teman-teman Amir, Mak Ape terkenal dengan sebutan si kikir dan si galak. Tapi,
bagi Amir dan emaknya, Mak Ape itu sangat murah hati. Hampir setiap hari ada-ada saja yang dibawa
Amir ke rumah, pemberian Mak Ape.

Amir teringat dengan pertemuan pertamanya dengan Mak Ape. Waktu itu Amir akan
menjual ayamnya yang hampir bertelur. Untuk membeli obat emaknya yang sedang sakit. Kebetulan
Mak Ape yang membeli ayamnya. Tapi, ayam itu lalu dititipkan kembali pada Amir untuk dipelihara.
Amir sangat gembira, karena ia bisa membeli obat emaknya. Juga tidak jadi berpisah dengan ayamnya.

“Mir, pagi sekali?” tiba-tiba terdengar suara Mak Ape di pintu belakang. Amir agak terkejut
dan menoleh.

“Ah, biasanya juga sepagi ini, Mak Ape ,” Amir tersenyum sopan.

“Itu kalau hari-hari biasa. Ini kan hari pertama di bulan puasa. Apa kau tidak meneruskan
tidurmu? Nantilah siang-siang baru menyapu halaman. Kau libur, kan?” Mak Ape bekata ramah.

“benar Mak, saya libur. Tapi habis makan sahur dan salat subuh, saya beres-beres rumah.
Terus ke sini,” kata Amir lagi.

“Emakmu sudah pergi bekerja?” tanya Mak Ape.

“Sudah Mak Ape,” ujar Amir. Emak Amir bekerja sebagai pembantu di keluarga Pak Budi.
Setiap hari ia sibuk, harus belanja, memasak, menyuci dan menyetrika. Tetapi keluarga Pak Budi
sangat baik. Emak betah bekerja di sana.

“Awas Mir, jangan buang di selokan itu,” Mak Ape mengingatkan.


“Tidak Mak Ape. Pak Guru selalu mengingatkan, membuang sampah di selokan bisa
menyebabkan banjir. Juga tak enak dilihat,”kata Amir.

“Eh, agar aman kita buat lubang saja untuk tempat pembuangan sampah. Dan biar Amang
saja yang membuat lubang sampah itu,”kata Mak Ape. Ketika itu Amang berada di dapur.

Amir menyapu sambil melihat pohon rambutan yang masih hijau.

Selesai bekerja, Mak Ape menghampirinya dengan bungkusan di tangannya.

“Semalam anakku datang dan membawa pesananku. Ini baju-baju untukmu, Mir. Ini
memang baju cucuku yang memang sudah dipakai. Tapi masih bagus-bagus. Dan ini ada satu setel
baju baru, buat lebaran. Kau tak usah mengambil tabunganmu, untuk membeli baju baru.

“Baju ini untuk saya, semuanya?” tanya Amir.

“Iya untukmu. Juga ini ada sedikit kue-kue dan ikan untukmu, buat nanti untuk buka puasan
bersama Emakmu.

Setelah itu Amir permisi pulang. Dia melangkah dangan perasaan yang sangat senang sekali.
Karena ia dikasih baju baru oleh Mak Ape. Dia berjanji untuk tidak akan mengecewakan Mak Ape.

Anda mungkin juga menyukai