Anda di halaman 1dari 4

Timun Mas

Tema : Kekeluargaan

Alur : Maju

Pemain : Nabila Salsabila Menjadi Timun Mas Besar

Halimah Subekthi Angraini Menjadi Mbok Rondo

Ilham Maulana Menjadi Orang Pintar

Annisa Dwi Hapsari Menjadi Timun Mas Kecil

Daffa Ilham Permana Menjadi Buto Ijo

Jalan Cerita >>>>>

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang janda yang bernama Mbok Rondo, ia menginginkan
seorang anak agar dapat membantunya bekerja. Suatu hari ia didatangi oleh Buto Ijo yang ingin
memberi seorang anak dengan syarat apabila anak itu berusia enam tahun harus diserahkan
keButo Ijo itu untuk disantap.

Mbok Rondopun setuju. Buto Ijo memberinya biji mentimun agar ditanam dan dirawat setelah dua
minggu diantara buah ketimun yang ditanamnya ada satu yang paling besar dan berkilau seperti
emas. Kemudian Mbok Rondo membelah buah itu dengan hati-hati. Ternyata isinya seorang bayi
cantik yang diberi nama timun emas.

Semakin hari timun emas tumbuh menjadi gadis jelita. Suatu hari datanglah Buto Ijo untuk menagih
janji Mbok Rondo amat takut kehilangan timun emas, dia mengulur janji agar Buto Ijo datang 2
tahun lagi, karena semakin dewasa,semakin enak untuk disantap, Buto Ijo pun setuju.

Mbok Rondo pun semakin sayang pada timun emas, setiap kali ia teringat akan janinya hatinya pun
menjadi cemas dan sedih. Suatu malam mbok Rondo bermimpi, agar anaknya selamat ia harus
menemui petapa di Gunung Gundul. Paginya ia langsung pergi. Di Gunung Gundul ia bertemu
seorang petapa yang memberinya 4 buah bungkusan kecil, yaitu biji mentimun, jarum, garam,dan
terasi sebagai penangkal. Sesampainya dirumah diberikannya 4 bungkusan tadi kepada timun
emas, dan disuruhnya timun emas berdoa.

Paginya Buto Ijo datang lagi untuk menagih janji. Timun emaspun disuruh keluar lewat pintu
belakang untuk Mbok Rondo. Buto Ijopun mengejarnya. Timun emaspun teringat akan
bungkusannya, maka ditebarnya biji mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun
yang lebat buahnya. Buto Ijopun memakannya tapi buah timun itu malah menambah tenaga Buto
Ijo. Lalu timun emas menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlah pohon-pohon bambu yang
sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah Buto Ijo terus mengejar. Timun emaspun
membuka bingkisan garam dan ditaburkannya. Seketika hutanpun menjadi lautan luas. Dengan
kesakitannya Buto Ijo dapat melewati. Yang terakhit Timun Emas akhirnya menaburkan terasi,
seketika terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, akhirnya Buto Ijopun mati.
” Terimakasih Tuhan, Engkau telah melindungi hambamu ini ” Timun Emas mengucap syukur.
Akhirnya Timun Emas dan Mbok Rondo hidup bahagia dan damai.

Naskah Drama

Timun Emas

Babak 1

Narator : “Alkisah, pada zaman dahulu kala hiduplah seorang janda bernama Mbok Rondo di
sebuah desa kecil. Ia bekerja sebagai petani kecil. Ia menginginkan seorang anak agar dapat
membantu dan menemani ia bekerja.”

Mbok Rondo : “Akhirnya, pekerjaanku di ladang hari ini sudah selesai. Seandainya saya memiliki
seorang anak, pasti saya tidak selelah ini.”

Narator : “Suatu hari, ia mendatangi orang pintar.”

Orang Pintar : “Wahai petani kecil, jikalau engkau menginginkan seorang anak, akan kuberikan
engkau seorang anak. Akan tetapi, dengan syarat apabila anak itu berusia enam belas tahun harus
diserahkan kepada Buto Ijo”.

Mbok Rondo : “Baiklah tuan, saya setuju dengan persyaratan tuan.”

Buto Ijo : “Ini biji mentimun , rawatlah biji ini di ladangmu.”

Narator : “Setelah dua minggu, diantara buah ketimun yang ditanamnya ada satu yang paling besar
dan berkilau seperti emas.”

Mbok Rondo : “Wah, buah ini besar sekali!. Baiklah, akan ku belah buah itu dengan hati-hati.”

Narator : “Ternyata, isi buah tersebut adalah seorang bayi cantik.”

Bayi : “Oeek…….”

Mbok Rondo : “Wah, cantik sekali kamu, nak. Mulai sekarang, ibu akan memanggilmu Timun Emas
karena kamu berasal dari timun yang bewarna emas.”

Babak 2

Narator : “Semakin hari, Timun emas tumbuh menjadi gadis jelita yang rajin membantu ibunya.”

Timun Emas : “bunda, saya pergi mencari kayu bakar dulu ya.”

Mbok Rondo : “Iya, hati-hati ya nak. Jangan pulang terlalu malam, nanti kamu tersesat.”

Narator : “Beberapa saat kemudian, datanglah Buto Ijo untuk menagih janji Mbok Rondo.”

Buto Ijo : “Wahai petani kecil, saya datang kesini untuk menagih janjimu 16 tahun. Cepat serahkan
anak itu ! Sekarang saya sangat lapar.”
Narator : “Karena Mbok Rondo amat ketakutan, maka ia mengulur janjinya.”

Mbok Rondo : “Begini tuanku, saya punya saran. Maukah anda datang kesini dua tahun kemudian?.
Saya yakin, bila semakin dewasa, anak ini pasti semakin enak untuk disantap.”

Buto Ijo : “Mmm…. , bagus juga saranmu. Baiklah, saya akan datang kesini dua tahun kemudian
untuk menagih janjimu.”

Babak 3

Narator : “Hari berganti hari, Mbok Rondo semakin sayang pada timun emas, namun setiap kali ia
teringat akan janjinya, hatinyapun menjadi cemas dan sedih.”

Timun Emas : “Bunda, ini sudah larut malam, kenapa bunda belum tidur? Dan, kenapa bunda
tampak sedih, apakah bunda memiliki masalah?”

Mbok Rondo : “Tidak, anakku. Bunda tidak memiliki masalah. Mari kita tidur, bunda akan
menemani mu tidur malam ini.”

Timun Emas : “Hore, terima kasih bunda.”

Babak 4

Narator : “Suatu malam, Mbok Rondo bermimpi, agar anaknya selamat ia harus menemui petapa di
Gunung Gundul. Paginya ia langsung pergi ke sana.”

Mbok Rondo : “Timun Mas, bunda akan pergi ke Gunung Gundul untuk beberapa hari. Bila kamu
lapar, bunda, sudah menyiapkan nasi dan ikan asin goreng di dapur. Jangan kemana-mana ya, nanti
kamu tersesat.”

Timun Emas : “Bunda, bolehkah saya ikut?”

Mbok Rondo : “Maaf, anakku. Kamu tidak dapat ikut bunda. Kamu harus menjaga rumah kita.”

Timun Emas : “Baiklah bunda.”

Babak 5

Narator : “Setelah Mbok Rondo sampai di Gunung Kidul, ia menolong seseorang yang hampir
terjatuh dalam anak sungai. Ternyata orang tersebut adalah seorang petapa.”

Petapa : “Terima kasih engkau telah menolongku, ternyata engkau seorang yang murah hati. Ini
kuberikan 4 buah bungkusan kecil ini, masing-masing didalamnya terdapat biji mentimun, jarum,
garam,dan terasi untuk menyelamatkan anakmu dari Buto Ijo.”

Narator : “Namun, ketika Mbok Rondo mau mengucapkan terima kasih, petapa tersebut menghilang
begitu saja.”

Babak 6
Narator : “Mbok Rondo pun pulang ke rumahnya. Sesampai dirumah, ia menceritakan semua yang
telah terjadi kepada Timun Emas.”

Timun Emas : “Bunda, saya amat takut dimakan oleh si Buto Ijo itu, dan juga saya takut berpisah
dengan bunda.”

Mbok Rondo : “Oh, anakku. Bunda sangat menyayangimu dan takut kehilanganmu. Ini, bungkusan
ini bunda berikan untukmu. Gunakan ini saat kamu berhadapan si Buto Ijo itu. Sebelum itu,
berdoalah kepada Sang Pencipta untuk diberi perlindungan dari-Nya.”

Timun Emas : “Baiklah bunda, saya akan berusaha mengikuti saran bunda.”

Babak 7

Narator : “Paginya Buto Ijo datang lagi untuk menagih janji.”

Buto Ijo : “Wahai petani kecil, aku datang kesini untuk menagih janjimu! Cepat serahkan anak itu,
aku amat ingin memakannya! Hahaha……”

Mbok Rondo : “Anakku, cepat lari lewat pintu belakang rumah kita!”

Timun Emas : “Baiklah bunda.”

Narator : “Buto Ijopun mengejarnya. Timun emaspun teringat akan bungkusannya, maka
ditebarnya biji mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya.
Buto Ijopun memakannya tapi buah timun itu malah menambah tenaga Buto Ijo.

Lalu timun emas menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlan pohon-pohon bambu yang sangat
tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah Buto Ijo terus mengejar

.Timun emaspun membuka bingkisan garam dan ditaburkannya. Seketika hutanpun menjadi lautan
luas. Dengan kesakitannya Buto Ijo dapat melewati.

Yang terakhir Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika terbentuklah lautan lumpur yang
mendidih, akhirnya Buto Ijopun mati.”

Timun Emas : “Terimakasih Tuhan, Engkau telah melindungi hambamu ini”

Narator : “Akhirnya Timun Emas dan Mbok Rondo hidup bahagia dan damai.”

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai