Anda di halaman 1dari 6

MENDONGENG TIMUN MAS

diceritakan oleh :
FATICHA NABILA
42
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN PATI
KECAMATAN PATI
SD NEGERI PATI KIDUL 05
TAHUN 2018/2019
TIMUS EMAS
Dahulu kala di Jawa Tengah ada seorang Janda yang sudah tua. Mbok Rondo namanya.
Pekerjaannya hanya mencari kayu di hutan. Sudah lam a sekali Mbok Rondo ingin
mempunyai seorang anak. Tapi dia hanya seorang janda miskin, lagi pula ia sudah tua. Mana
bisa ia mendapatkan anak.
Pada suatu hari, sehabis mengumpulkan kayu di hutan. Mbok Rondo duduk
beristirahat sambil mengeluh :
“Seandainya aku mempunyai seorang anak, beban hidupku agak ringan, sebab ada yang
membantuku bekerja.”

Tiba-tiba bumi bergetar, seperti ada gempa bumi. Di depan Mbok Rondo muncul raksasa
bertubuh besar dan wajahnya menyeramkan. Mbok Rondo takut melihatnya.

“ Hai, Mbok rondo, kamu menginginkan anak, ya ? Aku bisa mengabulkan keinginanmu,”
kata raksasa itu dengan suara keras.”
“Benarkah ?” tanya Mbok Rondo. Rasa takut mulai menghilang.
“Benar......tapi ada syaratnya. Kalau anakmu sudah berumur enam belas tahun, kau harus
menyerahkannya kepadaku. Dia akan kujadikan santapanku,”jawab raksasa itu.

Karena begitu inginnya dia punya anak, maka Mbok Rondo tidak berpikir panjang
lagi. Yang penting segera punya anak.
“Baiklah, aku tidak keberatan,”jawab Mbok Rondo.

Kemudian, raksasa itu memberi biji mentimun kepada Mbok Rondo. Mbok Rondo
segera pulang dan menanam benih itu halaman belakang. Setiap hari Mbok Rondo menyirami
biji timun itu. Ajaib !! Dua minggu kemudian, tanaman itu sudah berbuah. Buahnya lebat
sekali.

Diantara sekian banyak buah mentimun yang tumbuh, ada satu buah yang sangat
besar. Warnanya kekuningan. Kalau tertimpa sinar matahari, buah itu berkilau seperti emas.
Mbok Rondo sangat tertarik pada buah mentimun yang paling besar itu, ia memetiknya dan
membawa pulang buah yang paling besar itu.

Sampai di rumahnya, Mbok Rondo mengambil pisau dsn membelah buah itu. Lalu, ia
membukanya dengan hati-hati. Ajaib !! Ternyata ada seorang bayi perempuan yang cantik !

“Ah , ternyata raksasa itu tidak berbohong !” guman Mbok Rondo .


“Sekarang aku punya anak perempuan. “ Aduh senangnya hatiku.”

Mbok Rondo sangat gembira. Ia menanamkan bayi mungil itu Timus Emas dan dipanggil
“ Timus Mas”

Hari , bulan, dan tahun pun berganti. Timus Mas tumbuh menjadi seorang gadis jelita.
Mbok Rondo sangat menyayangi Timun Emas. Pagi itu sangat cerah. Mbok Rondo dan
Timun Mas bersiap pergi ke hutan untuk mencari kayu. Tiba-tiba, Bum... Bum , Bum... Bumi
bergetar. Lalu disusul suara tawa menggelegar.
“Hai, Mbok Rondo, keluarlah! Aku datang untuk menagih janji,” kata raksasa itu.
Gemetar seluruh tubuh Mbok Rondo, cepat-cepat ia memeluk Timus Mas lalu
membisikinya agar gadis itu sembunyi di kolong tempat tidur. Lalu Mbok Rondo keluar
menemui raksasa itu.

“ Aku tahu, kedatangan kemari untuk mengambil Timus Mas. Berilah aku waktu dua tahun
lagi. Kalau Timus Mas aku berikan sekarang, tentu kurang lezat untuk disantap. Tubuhnya
masih kecil.”

“ Benar juga, baiklah, dua tahun lagi aku akan datang. Kalau bohong, kamu akan kutelan
mentah-mentah,” ancam rraksasa itu.

Sambil tertawa, raksasa itu pergi meninggalkan rumah Mbok Rondo. Mbok Rondo
menghela nafas lega. Kemudian, ia masuk ke rumah menghampiri anaknya yang masih
bersembunyi di kolong tempat tidur.

“ Anakku, Keluarlah. Raksasa itu sudah pergi,” kata Mbok Rondo.

Dua tahun kemudian, Timun Mas sudah dewasa. Wajahnya semakin cantik. Kulitnya
kuning langsat. Tapi, Mbok Rondo cemas jika teringat akan janjinya kepada si raksasa. Pada
suatu malam, ketika Mbok Rondo sedang tidur, ia mendengar suara gaib dalam mimpinya.

“ Hai, Mbok Rondo, kalau kau ingin anakmu selamat, mintalah bantuan kepada seorang
pertapa di bukit Gandul.”

Esok harinya, Mbok Rondo pergi ke Bukit Gandul. Disana, ia bertemu dengan
seorang pertapa. Pertapa itu memberikan empat bungkusan kecil yang isinya biji timun,
jarum, garam dan terasi. Mbok Rondo menerimanya dengan rasa heran. Sang pertapa
menerangkan khasiat benda-benda itu. Sesampainya di rumah, ia menceritakan perihal
pemberian pertapa itu kepada Timus Mas.

“ Anakku, mulai saat ini kamu tidak perlu cemas. Kamu tidak perlu takut kepada raksasa itu.
Sebab kamu sudah memiliki penangkalnya. Berdoalah selalu supaya Tuhan
menyelamatkanmu,” kata Mbok Rondo.

“ Terima kasih Mbok .. . .!

Demikianlah haripun berganti hari. Hingga pada suatu ketika Mbok Rondo sedang
menjahit baju untuk Timun Mas, tiba-tiba bumi berguncang pertanda raksasa datang.

“Hem raksasa itu datang lagi rupanya.” guman Mbok Rondo.

Benar saja, tak lama kemudian raksasa itu sudah berada di ambang pintu.

“Ho.....ho......ho ....... Mana Timun Mas ! Ayo, cepat serahkan dia padakau. Aku sudah
sangat lapar!” kata raksasa dengan suara menggelegar.

Mbok Rondo keluar dengan tubuh gemetar.

“Baiklah, Akan kubawah dia keluar,”kata Mbok Rondo.


Ia segera masuk ke rumah. Diambilnya bungkusan pemberian sang pertapa, kemudian
diberikan kepada Timus Mas.

“Anakku, bawalah bekal ini. Pergilah lewat pintu belakang sebelum raksasa itu
menangkapmu.”

“Baiklah mbok, “ Timus Mas segera berlari lewat pintu belakang .

“Ingat anakku, jangan sampai lupa pesan pertapa. Kau masih ingat bukan?”

“Ingat Mbok!”

“Baik, sekarang cepat larilah!”

Tidak berapa lama kemudian, raksasa sudah memanggil Mbok Rondo.

“Mbok Rondo, mana Timun Mas ?” suara raksasa itu terdengar tidak sabar.

“Maafkan aku, Raksasa ....!”

Apa? Ada apa ?

“Timun Mas ternyata sudah pergi.”

“Apa kau bilang?” geram raksasa itu.

“Maafkan aku . . . . !”

“Kurang ajar, mengapa kau tidak bilang sejak tadi?”

Dengan marah raksasa itu segera mengerdarkan pandangan ke sekeliling. Lamat-


lamat dari kejauhan ia melihat seorang sedang berlari cepat di padang rumput.

“ Hehehe......mau lari kemana kau gadis kecil?”

Dengan modal tubunhya yang besar dan kesakitannya, raksasa itu segera
melangkahkan kakinya. Ia tidak perlu berlari kencang. Namun langka-langkahnya yang lebar
bagaikan gerak kaki kuda yang berlari cepat. Timun Mas yang berada dikejauhan dalam
tempo singkat sudah hampir disusulnya..

“Walau lari ke ujung dunia, aku pasti dapat mengejarmu !”teriak si raksasa.

Karena terus menerus berlari, Timun Mas mulai kelelahan. Dalam keadaan terdesak,
Timun Mas teringat akan bungkusan pemeberian sang pertapa. Ia mengambil segenggam biji
timunvdalam bungkusan. Cepat ia taburkan biji mentimunbdi sekitarnya. Sungguh ajaib.
Mentimun itu langsung tumbuh dengan lebat. Buahnya besar-beasar. Raksasa itu berhenti
ketika melihat buah mentimun terhampar di hadapannya.

“ Ha...ha....ha ....buah mentimun ini akan dapat menambah tenagaku,” kata raksasa.
Sejenak ia menatap Timun Mas yang terus berlari kencang menjauhinya.

“Hehehe.......tidak mengapa bocah manis, larilah sekuat tenagamu. Toh nanti aku akan dapat
menyusulmu.”

Lalu ia mencabuti timun-timun itu sekalian dengan daunya yang masih muda. Dengan
rakus ia segera melahap buah yang ada, sampai tak satu pun tersisa. Setelah kenyang, raksasa
itu sejenak beristirahat. Ia tidk begitu kuatir melihat Timun Mas berlari cepat. Secepat-
cepatnya gadis itu berlari, toh, ia akan dengan mudah bisa menyusulnya.

“Hehehe.......! Sekarang tenagaku bertambah kuat! Aku pasti dapat menangkap gadis kecilku
itu!”

Benar saja, setelah cukup beristirahat, ia kembali mengejar Timus Mas. Hanya dalam
beberapa gerakan kaki saja, ia sudah dapat menyusul Timun Mas. Timun Mas ketakutan, lalu
ia mengambil jarum dari kayu bambu yang dipotong kecil-kecil.

Di saat yang kritis. Timun Mas menaburkan jarum ke tanah. Sungguh ajaib! Jarum-
jarum itu berubah menjadi hutan bambu yang lebat. Raksasa itu berusaha menembusnya.
Namun tubuh dan kakinya terasa sakit karena tergores dan tertusuk bambu yang patah. Ia
pantang menyerah. Dan berhasil melewati hutan bambu itu. Ia terus mengejar Timun Mas.

“Hai, Timun Mas, jangan harap kamu bisa lolos !” seru si raksasa sambil membungkuk
untuk menangkap Timun Mas.

Dengan siapa Timun Mas melompat ke samping dan berkelit menghindar. “ Oh,
hampir saja aku tertangkap,” Timun Emas terengah-engah. Keringat mulai membasahi
tubuhnya. Ia ingat pada bungkusan pemberian pertapa yang tinggal dua itu. Isinya garam dan
terasi. Ia segera membuka tali pengikat bungkusan garam. Garam itu ditaburkan ke arah si
raksasa. Seketika butiran garam itu berubah menjadi lautan.

Raksasa itu sangat terkejut, karena tiba-tiba tubuhnya tercebur ke dalam laut. Tapi,
berkat kesaktiannya, ia berhasil berenang ke tepi. Ia kembali mengejar Timun Mas. Merasa di
permainkan, kemarahan raksasa itu semakin memuncak. “ Bocah kurang ajar! Kalau
tertangkap akan kutelan kau bulat-bulat!”.

Timun Mas semakin khawatir karena raksasa itu berhasil melewati lautan yang sangat
luas itu. Akan tetapi, ia tidak putus asa. Ia terus berlari meskipun sudah kelelahan. Raksasa
itu terus mengajar.

Timun mas melemparkan isi bungkusan yang terakhir. Terasi itu langsung
dilemparkan ke arah si raksasa. Tiba-tiba saja terbentuklah lautan lumpur yang mendidih.

Raksasa itu terkejut sekali. Dalam sekejab, Tubuhnya ditelan lautan lumpur. Dengan
segala upaya, ia berusaha menyelamatkan diri. Ia meronta –ronta. Tapi, usahanya sia-sia.
Tubuhnya pelan-pelan tenggelam ke dasar.
Timun Mas, tolonglah aku!” aku berjanji tidak akan memakanmu,” raksasa itu meminta
belas kasihan .

Tapi lumpur panas itu menelan tubuh si raksasa. Matilah si raksasa di dasar danau.
Kini Timun Mas bisa bernafas legas karena selamat dari bahaya maut. Ia segera berjalan ke
arah rumahnya. Di kejauhan nampak Mbok Rondo berlari ke arah Timun Ms, Kiranya wanita
itu mengkhawatirkan keselamatan anaknya.

“syukurlah anakku, ternyata Tuhan masih melindungimu. “ kata Mbok Rondo setelah
keduanya saling mendekat.

Mereka berpelukan dengan rasa haru dan bahagia.

DIKUTIP DARI :

KUMPULAN CERITA RAKYAT NUSANTARA


Penyusun : Gibran Maulana
Penerbit : Karya Gemilang Utama Surabaya
Halaman : 61

Anda mungkin juga menyukai