Anda di halaman 1dari 2

Cerita Rakyat Timun Mas yang diposting saat ini merupakan versi ketiga dari

dongeng Timun Mas yang merupakan Cerita Rakyat Jawa Tengah. Cerita
Rakyat Timun Emas memang sangat disukai dan sangat populer, kisah nya
bahkan diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Anda akan dengan mudah
mendapatkan cerita rakyat timun mas dalam bahasa inggris. Bahkan dongeng
timun emas sudah ada yang membuat aplikasi untuk digunakan dikomputer dan
smartphone. Bagi adik-adik yang belum pernah mendengar dongeng ini, selamat
membaca cerita dongeng timun mas ini hingga selesai.
Cerita Rakyat Jawa Tengah : Cerita Rakyat Timun Mas
Dongeng timun mas : Perjanjian Dengan Raksasa
Mbok Sarni tinggal sebatang kara di hutan yang sepi. Ia sangat menginginkan
kehadiran seorang anak. Tiap hari ia tiada henti selalu berdoa, “Tuhan, karuniai
seorang anak padaku. Sesungguhnya hidupku sangat sepi. Jika engkau
mengaruniai aku seorang anak tentunya aku akan semakin bersyukur dan taat
kepadamu.”
Suatu hari, raksasa yang kebetulan lewat mendengar doa Mbok Sarni. Dengan
suaranya yang menggelegar, raksasa itu bertanya, “Hei wanita tua! Apakah kau
sungguh-sungguh menginginkan seorang anak?”

Mbok Sarni terkejut. Dengan gemetar, ia menjawab, “Benar sekali. Aku


mendambakan seorang anak yang bisa menemaniku. Namun sepertinya hal itu
tak mungkin, usiaku sudah tua, dan suamiku telah meninggal.”

“Ha… ha… ha… aku bisa mengabulkan keinginanmu dengan mudah, tapi tentu
ada syaratnya. Apakah kau bersedia?” tanga si raksasa.

“Baiklah, aku bersedia,” sahut Mbok Sarni menjawab walau hatinya takut melihat
sosok raksasa yang besar dan seram.

“Peliharalah anak yang kuberikan padamu nanti. Beri ia makan yang bangak
supaya gemuk. Aku akan menjemputnya saat ia berusia 6 tahun.” Ucap si
Raksasa menggelegar.

“Menjemputnya? Untuk apa?” tanya Mbok Sarni heran.

“Tentu saja untuk kumakan. Anak yang gemuk adalah hidangan yang paling aku
sukai. Ha… ha… ha…”, raksasa tergelak. Suaranya menggelegar menggetarkan
hutan yang tadinya sepi.

Tidak ada pilihan lain, Mbok Sarni menerima syarat tersebut. Raksasa itu
memberinya segenggam biji mentimun untuk ditanam.

Cerita Rakyat Timun Mas

Mbok sarni pun mengikuti saran si Raksasa untuk menanam biji mentimun yang
didapatkanya. Biji itu tumbuh dan berbuah dalam waktu singkat, dalam beberapa
hari saja pohon mentium tumbuh dengan buahnya yang sangat besar siap untuk
dipanen. Betapa terkejutnya Mbok Sarni ketika sedang memetik salah satu
mentimun, di hadapannya terdapat bayi perempuan yang cantik. Bayi itu dinamai
Timun Mas, karena ia lahir dari mentimun yang berwarna keemasan.

Hari ini Timun Mas genap berusia 6 tahun. Mbok Sarni ingin memasak nasi
kuning sebagai ucapan syukur. Ketika ia sedang sibuk di dapur, Bumi bergetar.
Buumm… bumm… buumm… seperti langkah kaki raksasa. “Gawat, raksasa itu
sudah datang. Untung Timun Mas sedang pergi. Aku harus mencari akal untuk
mengusir raksasa itu,” kata Mbok Sarni dalam hati

“Hai, Ibu Tua… keluarlah! Mana anakmu?” teriak raksasa itu.

Mbok Sarni cepat keluar menghampiri si Raksasa, “Sabar, aku akan


menyerahkannya padamu, tapi

apakah kau mau? Tubuhnya masih kecil dan kurus, aku rasa ia belum cukup
lezat untuk kau makan,”

“Hah? Berarti kau tidak menjaganya dengan balk! Mana anak itu?” teriak raksasa
lagi.

“Ia sedang pergi. Percayalah padaku, kembalilah dua tahun lagi, aku jamin ia
sudah gemuk,” jawab Mbok Sarni. Raksasa itu percaya pada perkataan Mbok
Sarni. “Dua tahun bukanlah waktu yang lama,” pikirnya.

Sepeninggal raksasa, Mbok Sarni mencari akal untuk menyelamatkan Timun


Mas. Ia juga berdoa supaya Tuhan memberinya jalan keluar. Suatu malam,
Tuhan menjawab doanya. Mbok Sarni bermimpi bertemu dengan seorang
pertapa di gunung. Pertapa itu menguruh Timun Mas untuk menemuinya. Ia
akan menolong Timun Mas. Saat Mbok Sarni terbangun, ia merasa tak ada
salahnya untuk mencari pertapa itu. Ia lalu menceritakan semuanya pada Timun
Mas, termasuk perjanjiannya dengan raksasa. Timun Mas memang anak
pemberani, ia tak takut ketika tahu bahwa raksasa akan menyantapnya. Timun
Mas bertekad untuk menemui pertapa di gunung. Sebelum berangkat, ia
memohon restu pada ibunya.

Anda mungkin juga menyukai