Suatu hari, raksasa hijau (buto ijo) yang kebetulan lewat mendengar doa Pak
Yono. Dengan suaranya yang menggelegar, raksasa itu bertanya, “Hei pria tua!
Apakah kau sungguh-sungguh menginginkan seorang anak?”
Pak Yono terkejut. Dengan gemetar, ia menjawabia mendambakan seorang
anak yang bisa menemaninya. Namun sepertinya hal itu tak mungkin mengingat
usianya yang sudah tua, dan istrinya juga telah meninggal.
“Ha… ha… ha… aku bisa mengabulkan keinginanmu dengan mudah, tapi tentu
ada syaratnya. Apakah kau bersedia?” tanya si raksasa.
“Baiklah, aku bersedia,” sahut Pak Yono menjawab walau hatinya takut melihat
sosok raksasa yang besar dan seram.
“Peliharalah anak yang kuberikan padamu nanti. Beri ia makan yang bangak
supaya gemuk. Aku akan menjemputnya saat ia berusia 6 tahun,” ucap si
raksasa menggelegar.
Tidak ada pilihan lain, Pak Yono menerima syarat tersebut. Raksasa itu
memberinya segenggam bibit kentang untuk ditanam.
Pak Yono pun mengikuti saran si raksasa untuk menanam bibit kentang yang
didapatkanya. Bibit itu tumbuh dan berbuah dalam waktu singkat, dalam
beberapa hari saja pohon mentium tumbuh dengan sayuran yang sangat besar
siap untuk dipanen.
Betapa terkejutnya Pak Yono ketika sedang memetik salah satu kentang, di
hadapannya terdapat bayi laki-laki yang tampan. Bayi itu dinamai Kentang Mas,
karena ia lahir dari kentang yang berwarna keemasan
Beberapa waktu kemudian raksasa pun kembali mendatangi kediaman Pak
Yono dan Kentang Mas. Saat itu Kentang Mas yang berusia 6 tahun hendak
dimakan oleh raksasa tersebut.
Tak kehilangan akal, Pak Yono pun mencari cara untuk menyelamatkan Timun
Mas agar tidak jadi santapan raksasa.
"Sabar, aku akan menyerahkannya padamu, tapi apakah kau mau? Tubuhnya
masih kecil dan kurus, aku rasa ia belum cukup lezat untuk kau makan,” kata
Pak Yono
“Ia sedang pergi. Percayalah padaku, kembalilah dua tahun lagi, aku jamin ia
sudah gemuk,” jawab Mbok Srini. Raksasa itu percaya pada perkataan Pak
Yono. “Dua tahun bukanlah waktu yang lama,” pikirnya.
Sepeninggal raksasa, Pak Yono mencari akal untuk menyelamatkan Kentang
Mas. Ia juga berdoa supaya Tuhan memberinya jalan keluar. Suatu malam,
Tuhan menjawab doanya. Pak Yono bermimpi bertemu dengan seorang pertapa
di gunung. Pertapa itu menguruh Kentang Mas untuk menemuinya. Ia akan
menolong Kentang Mas.
Setelah berhari-hari mendaki, Kentang Mas akhirnya mencapai puncak gunung.
Ia melihat seorang lelaki tua berambut putih dan berjubah putih. “Permisi, Kek.
Namaku Kentang Mas. Ayahku bilang, Kakek akan membantuku melawan
raksasa jahat yang hendak menyantapku,” sapa Kentang Mas.
“Oh, kau yang bernama Kentang Mas? Ya, aku memang mendatangi ayahmu
lewat mimpi. Cucuku, jika raksasa itu kembali, berlarilah dengan kencang,”
pesan si pertapa itu.
“Langkah kakinya lebar, aku pasti mudah tertangkap,” kata Kentang Mas heran.
“Ambillah empat buah bungkusan kecil ini. Lemparkan satu persatu ketika kau
melarikan diri,” jawab pertapa itu dengan tegas.
Dua tahun berlalu. Saatnya raksasa kembali untuk mengambil Kentang Mas.
Benar saja, tiba-tiba terdengar langkah kaki dan teriakan menggelegar, “Pak
Yono! Mana anakmu? Aku sudah lapar!” teriaknya.
“Kumohon, jangan makan dia,” pinta Pak Yono.
“Enak saja. Kau sudah berjanji, kau tak boleh mengingkarinya!” jawab raksasa.
Dengan terpaksa, Pak Yono membawa kentang Mas menemui raksasa itu.
Kentang Mas berbisik padanya, “Jangan khawatir, ayah.”