Anda di halaman 1dari 3

TIMUN MAS DAN RAKSASA

Alkisah di sebuah desa di daerah Jawa Tengah, hidup seorang janda paruh baya yang bernama
Mbok Srini. Karena kesepian, ia sangat mengharapkan kehadiran seorang anak, namun sayangnya
harapan itu pupus karena suaminya telah meninggal dunia. Tiap hari ia tiada henti Mbok Srini selalu
berdoa agar bisa diberikan seorang anak untuk menemani hidupnya.

Suatu hari, raksasa hijau (buto ijo) yang kebetulan lewat mendengar doa Mbok Srini. Dengan
suaranya yang menggelegar, raksasa itu bertanya,

(ADIT) “Hei wanita tua! Apakah kau sungguh-sungguh menginginkan seorang anak?” Mbok Srini
terkejut. Dengan gemetar, ia menjawab

(MASEP) “aku mendambakan seorang anak yang bisa menemaniku. Namun sepertinya hal itu
tak mungkin mengingat usiaku yang sudah tua, dan suamiku juga telah meninggal”

(ADIT)“Ha… ha… ha… aku bisa mengabulkan keinginanmu dengan mudah, tapi tentu ada
syaratnya. Apakah kau bersedia?” tanya si raksasa.

(MASEP)“Baiklah, aku bersedia,” sahut Mbok Srini menjawab walau hatinya takut melihat sosok
raksasa yang besar dan seram.

(ADIT)“Peliharalah anak yang kuberikan padamu nanti. Beri ia makan yang bangak supaya
gemuk. Aku akan menjemputnya saat ia berusia 6 tahun,” ucap si raksasa menggelegar.

Tidak ada pilihan lain, Mbok Srini menerima syarat tersebut. Raksasa itu memberinya
segenggam biji mentimun untuk ditanam. Mbok Srini pun mengikuti saran si raksasa untuk menanam
biji mentimun yang didapatkanya. Biji itu tumbuh dan berbuah dalam waktu singkat, dalam beberapa
hari saja pohon mentium tumbuh dengan buahnya yang sangat besar siap untuk dipanen.

Betapa terkejutnya Mbok Srini ketika sedang memetik salah satu mentimun, di hadapannya
terdapat bayi perempuan yang cantik. Bayi itu dinamai Timun Mas, karena ia lahir dari mentimun yang
berwarna keemas an. Beberapa waktu kemudian raksasa pun kembali mendatangi kediaman Mbok Srini
dan Timun Mas. Saat itu Timun Mas yang berusia 6 tahun hendak dimakan oleh raksasa tersebut. Tak
kehilangan akal, Mbok Srini pun mencari cara untuk menyelamatkan Timun Mas agar tidak jadi santapan
raksasa.

(MASEP)"Sabar, aku akan menyerahkannya padamu, tapi apakah kau mau? Tubuhnya masih
kecil dan kurus, aku rasa ia belum cukup lezat untuk kau makan,” kata Mbok Srini.

(MASEP)“Ia sedang pergi. Percayalah padaku, kembalilah dua tahun lagi, aku jamin ia sudah
gemuk,” jawab Mbok Srini. Raksasa itu percaya pada perkataan Mbok Srini.

(ADIT)“Dua tahun bukanlah waktu yang lama,” pikirnya.

Sepeninggal raksasa, Mbok Srini mencari akal untuk menyelamatkan Timun Mas. Ia juga berdoa
supaya Tuhan memberinya jalan keluar. Suatu malam, Tuhan menjawab doanya. Mbok Srini bermimpi
bertemu dengan seorang pertapa di gunung. Pertapa itu menguruh Timun Mas untuk menemuinya. Ia
akan menolong Timun Mas.
Setelah berhari-hari mendaki, Timun Mas akhirnya mencapai puncak gunung. Ia melihat seorang
nenek tua berambut putih dan berjubah putih.

(VERDIA)“Permisi, Nek. Namaku Timun Mas. Ibuku bilang, Nenek akan membantuku melawan
raksasa jahat yang hendak menyantapku,” sapa Timun Mas.

(DEWI)“Oh, kau yang bernama Timun Mas? Ya, aku memang mendatangi ibumu lewat mimpi.
Cucuku, jika raksasa itu kembali, berlarilah dengan kencang,” pesan si pertapa itu.

(VERDIA)“Langkah kakinya lebar, aku pasti mudah tertangkap,” kata Timun Mas heran.

(DEWI)“Ambillah empat buah bungkusan kecil ini. Lemparkan satu persatu ketika kau melarikan
diri,” jawab pertapa itu dengan tegas.

Dua tahun berlalu. Saatnya raksasa kembali untuk mengambil Timun Mas. Benar saja, tiba-tiba
terdengar langkah kaki dan teriakan menggelegar,

(ADIT)“Mbok Srini! Mana anakmu? Aku sudah lapar!” teriaknya.

(MASEP)“Kumohon, jangan makan dia,” pinta Mbok Srini.

(ADIT)“Enak saja. Kau sudah berjanji, kau tak boleh mengingkarinya!” jawab raksasa. Dengan
terpaksa, Mbok Srini membawa Timun Mas menemui raksasa itu.

(SELI)Timun Mas berbisik padanya, “Jangan khawatir, Bu.”

Timun Mas segera membuka bungkusan pemberian nenek pertapa itu. Bungkusan pertama,
ternyata berisi biji mentimun. Ia melemparkannya ke arah raksasa. Keajaiban pun terjadi. Biji mentimun
itu berubah menjadi ladang timun yang buahnya sangat banyak. Langkah raksasa tertahan oleh ladang
timun itu. Dengan susah payah ia harus melewati rintangan dan batang-batang pohon yang meliliti
tubuhnya. Namun, ia berhasil meloloskan diri. Ia bertambah marah.

Kemudian bungkusan kedua itu berisi jarum. Timun Mas melemparkan jarum- jarum itu. Jarum-
jarum itu berubah menjadi pohon-pohon bambu yang tinggi dan berdaun lebat. Raksasa harus bekerja
keras menerobos pohon-pohon bambu itu. Timun Mas membuka bungkusan ketiga. Sambil terus berlari,
ia me lemparkan isi bungkusan itu, yaitu garam. Lagi-lagi keajaiban terjadi. Garam itu berubah menjadi
lautan yang luas.

Namun, lautan itu tak menjadi penghalang bagi raksasa. Ia berenang melintasi lautan itu, dan
berhasil mencapai tepi. Raksasa mulai kelelahan, tapi mengingat lezatnya daging Timun Mas, ia kembali
bersemangat berlari. Timun Mas ketakutan melihat kekuatan raksasa itu. Bungkusan ter akhir adalah
harapan satu-satunya. Sambil berdoa, Timun Mas membuka bungkusan keempat. Isinya terasi.

Sekuat tenaga, Timun Mas melemparkan terasi itu ke arah raksasa. Apa yang terjadi? Terasi itu
berubah menjadi lautan lumpur yang panas mendidih. Raksasa yang berlari kencang tak dapat
menghentikan langkahnya. Ia pun terperosok ke dalam lumpur. Ia berteriak dan meronta( ADIT : AAAAA
TOLONGG AKU AAA) . Namun semakin ia meronta, semakin dalam lumpur itu mengisap tubuhnya. Ia
akhirnya tenggelam ke dalam lumpur panas.

Timun Mas menghentikan langkahnya. Ia lega karena berhasil menyelamatkan diri. Dengan
kelelahan ia berjalan pulang ke rumahnya. Mbok Srini, yang terus menangis sepeninggal Timun Mas,
sangat bahagia melihat kepulangan putrinya. Mereka berpelukan dan mengucap syukur pada Tuhan atas
pertolonganNya. Sejak saat itu, Mbok Srini hidup bahagia bersama Timun Mas.

Anda mungkin juga menyukai