Anda di halaman 1dari 4

Teater Monolog

Nama : Lutfiana Ulfa


Kelas : XII MIA 2
Timun Mas
Dahulu di Jawa Tengah ada seorang janda yang sudah tua. Mbok Srini namanya. Pekerjaannya hanya
mencari kayu di hutan. Sudah lama sekali Mbok Srini ingin mempunyai seorang anak. Tapi dia hanya
seorang janda miskin, lagi pula sudah tua. Mana bisa ia mendapatkan anak.

Pada suatu hari, sehabis mengumpulkan kayu di hutan. Mbok Srini duduk beristirahat sambil
mengeluh. "Seandainya aku mempunyai anak, beban hidupku agak ringan sebab ada yang
membantuku bekerja". Tiba-tiba bumi bergetar, seperti ada gempa bumi. Di depan Mbok Srini
muncul raksasa bertubuh besar dan wajahnya menyeramkan. Mbok Srini takut melihatnya.

"Hai, Mbok Srini, kamu menginginkan anak, ya? Aku bisa mengabulkan keinginanmu," kata raksasa
itu dengan suara keras. "Benarkah?" tanya Mbok Srini. Rasa takutnya mulai menghilang.

"Benar tapi ada syaratnya. Kalau anakmu sudah berumur tujuh belas tahun, kau harus
menyerahkannya kepadaku. Dia akan kujadikan santapanku" jawab raksasa itu. Karena begitu
inginnya dia punya anak maka Mbok Srini tidak berpikir panjang lagi yang penting segera punya
anak. "Baiklah, aku tidak keberatan," jawab Mbok Srini.

Kemudian, raksasa itu memberi biji mentimun kepada Mbok Srini. Mbok Srini segera pulang dan
menanam benih itu di halaman belakang. Setiap hari Mbok Srini menyirami biji timun itu. Ajaib! Dua
minggu kemudian, tanaman itu sudah berbuah. Buahnya lebat sekali.

Di antara sekian banyak buah mentimun yang tumbuh, ada satu buah yang sangat besar. Warnanya
kekuningan. Kalau tertimpa sinar matahari, buah itu berkilau seperti emas. Mbok Srini sangat
tertarik pada buah mentimun yang basar itu, ia memetiknya dan membawa pulang buah yang paling
besar itu.

Sampai di rumahnya, Mbok Srini mengambil pisau dan membelah buah itu. Lalu, ia membukanya
dengan hati-hati. Ajaib! Ternyata ada seorang bayi perempuan yang cantik!

"Ah, ternyata raksasa itu tidak berbohong!"gumam Mbok Srini. "Sekarang aku punya anak
perempuan."Aduh senangnya hatiku." Mbok Srini sangat gembira. Ia menamakan bayi mungil itu
Timun Emas. Hari, bulan, dan tahun pun berganti. Timun Emas tumbuh menjadi seorang gadis jelita.
Mbok Srini sangat menyayangi Timun Emas. Pagi itu sangat cerah. Mbok Srini dan Timun Emas
bersiap pergi ke hutan untuk mencari kayu. Tiba-tiba... Bum, bum, bum... Bumi bergetar Lalu disusul
suara tawa menggelegar "Hai, Mbok Srini, keluarlah! Aku datang untuk menagih janji," kata raksasa
itu. Gemetar seluruh tubuh Mbok Srini, cepat-cepat ia memeluk Timun Emas lalu membisikinya agar
gadis itu sembunyi di kolong tempat tidur.

Lalu Mbok Srini keluar menemui raksasa itu. "Aku tahu, kedatanganmu kemari untuk mengambil
Timun Emas. Berilah aku waktu dua tahun lagi. Kalau Timun Emas aku berikan sekarang, tentu
kurang lezat untuk disantap. Tubuhya masih kecil. "Benar juga. Baiklah, dua tahun lagi aku akan
datang. Kalau bohong, kamu akan kutelan mentah-mentah," ancam raksasa itu. Sambil tertawa,
raksasa itu pergi meninggalkan rumah Mbok Srini.

Pada suatu malam, ketika Mbok Srini sedang tidur, ia mendengar suara gaib dalam mimpinya. "Hai,
Mbok Srini, kalau kau ingin anakmu selamat, mintalah bantuan kepada seorang pertapa di bukit
Gandul." Esok harinya, Mbok Srini pergi ke Bukit Gandul. Di sana ia bertemu dengan seorang
pertapa. Pertapa itu memberikan empat bungkusan kecil yang isinya biji timun, jarum, garam, dan
terasi.

Mbok Srini menerimanya dengan rasa heran. Sang pertapa menerangkan khasiat benda-benda itu.
Sesampainya di rumah, ia menceritakan perihal pemberian pertapa itu kepada Timun Emas.

"Anakku, mulai saat ini kamu tidak perlu cemas. Kamu tak perlu takut kepada raksasa itu, sebab
kamu sudah memiliki penangkalnya. Berdoalah selalu supaya Tuhan menyelamatkanmu," kata Mbok
Srini.

"Terima kasih Bu..."

Demikianlah haripun berganti hari. Hingga pada suatu ketika Mbok Srini sedang menjahit baju untuk
Timun Emas, tiba-tiba bumi berguncang pertanda raksasa datang.) "Hem, raksasa itu datang lagi
rupanya." gumam Mbok Srini.

Benar saja tak lama kemudian raksasa itu sudah berada di ambang pintu "Ho... ho... ho... Mana
Timun Emas! Ayo, cepat serahkan dia padaku. Aku sudah sangat lapar!" kata raksasa dengan suara
menggelegar.

Mbok Srini keluar dengan tubuh gemetar. "Baiklah. Akan kubawa dia keluar," kata Mbok Srini.

la segera masuk ke rumah. Diambilnya bungkusan pemberian sang pertapa, kemudian diberikan
kepada Timun Emas.

"Anakku, bawalah bekal ini. Pergilah lewat pintu belakang sebelum raksasa itu menangkapmu."

"Baiklah, Bu," Timun Emas segera berlari lewat pintu belakang.

"Ingat anakku, jangan sampai lupa pesan pertapa. Kau masih ingat bukan?"

"Ingat Bu!"

"Baik, sekarang cepat larilah !"

Tidak berapa lama kemudian raksasa sudah memanggil Mbok Srini.

"Mbok Srini, mana Timun Emas?!" suara raksasa itu terdengar tidak sabar.

"Maafkan aku, Raksasa.!"

"Apa ada apa?"

"Timun Emas ternyata sudah pergi."

"Apa kau bilang?" geram raksasa itu.

"Maafkan aku.....!"
"Kurang ajar mengapa kau tidak bilang sejak tadi?" Dengan marah raksasa itu segera mengedarkan
pandangan ke sekeliling. Lamat-lamat dari kejauhan ia melihat seorang gadis sedang berlari cepat di
padang rumput.

"Hehehe.....mau lari ke mana kau gadis kecil?" Dengan modal tubuhnya yang besar dan
kesaktiannya, raksasa itu segera melangkahkan kakinya. Ia tidak perlu berlari kencang.

Namun langkah-langkahnya yang lebar bagaikan gerak kaki kuda yang berlari cepat. Timun Emas
yang berada di kejauhan dalam tempo singkat sudah hampir disusulnya. "Walau lari ke ujung dunia,
aku pasti dapat mengejarmu!" teriak si raksasa. Karena terus menerus berlari, Timun Emas mulai
kelelahan. Dalam keadaan terdesak, Timun Emas teringat akan bungkusan pemberian sang pertapa.
Timun mas sangat ketakutan. Ia langsung melemparkan kantong pertamanya yang berisi biji timun.
Dalam sekejap biji - biji timun itu berubah menjadi kebun timun yang sangat lebat dan subur bahkan
Raksasa pindah ke timun - timun itu. Tetapi setelah timun-timun itu habis Raksasa kembali mengejar
Timun Mas, Timun Mas tambah ketakutan. Akhirnya Ia melemparkan kantong keduanya. Dalam
sekejap jarum-jarum itu berubah menjadi hutan bambu yang sangat lebat. Raksasa terjebak didalam
hutan bambu itu.
"AAARGGHH SAKIT TIMUN MAS TUNGGU AKU TIMUN MAS, AAARGGHH."

Timun Mas tetap lari dengan sangat ketakutan. Disaat kebingungan akhirnya Ia langsung
melemparkan isi kantong yang ketiga yang berisikan garam. Dalam sekejap garam-garam itu berubah
menjadi lautan. Raksasa tercebur, dan mendera kesakitan karena tusukan bambu yang diakibatkan
oleh hutan tadi terendam air garam.
"Timun Mas.. Tunggu aku Timun Mas!! "

Timun Mas menjadi sangat ketakutan karena Raksasa itu berhasil lolos dari lautan yang sangat luas.
Tanpa berpikir panjang Timun Mas langsung melemparkan isi kantong keempat atau kantong
terakhirnya yang berisi terasi. Dalam sekejap terasi-terasi itu berubah menjadi lautan lumpur yang
sangat ganas. Raksasa masuk kedalam lautan itu.
"Timun Mas.. Tolong aku Timun Mas!!! "

Raksasa tenggelam di lautan lumpur itu. Timun Mas merasa sangat lega karena Raksasa telah
berhenti mengejarnya, Ia langsung bergegas pulang dan disambut bahagia oleh Mbok Srini.
Akhirnya mereka berdua hidup menjadi pasangan ibu dan anak yang saling menyayangi.

Anda mungkin juga menyukai