Anda di halaman 1dari 15

Dongeng Cerita Rakyat Jawa Tengah : Timun Mas

Alkisah, ada seorang janda yang tidak mempunyai anak bernama Mbok Srini.
Saat pergi ke hutan, ia didatangi raksasa yang memberinya biji timun.
Raksasa tersebut mengatakan kalau ia akan mempunyai anak lewat biji
timun tersebut.

Mbok Srini pulang dan menanam biji timun itu. Setelah beberapa waktu,
tanaman timunnya hanya berbuah satu, warnanya emas. Ia membelah buah
tersebut dan kaget karena isinya bayi perempuan. Anak itu diberi nama
Timun Mas.

Singkat cerita, Timun Mas sudah dewasa. Suatu malam, Mbok Srini bermimpi
didatangi raksasa. Raksasa tersebut akan menjemput Timun Mas seminggu
lagi. Mbok Srini takut, lalu menemui petapa sakti. Petapa itu memberikan
empat bungkusan kecil, berisi biji timun, jarum, garam, dan terasi.

Pada hari yang ditentukan, Mbok Srini meminta Timun Mas pergi. Raksasa
pun mengejarnya. Timun Mas membuka bungkusan pertama, seketika
sekelilingnya menjadi ladang timun dan menghambat sang Raksasa. Begitu
akan tertangkap lagi, Timun Mas membuka bungkusan kedua. Dalam
sekejap, sekelilingnya menjadi rerimbunan pohon bambu yang runcing.
Raksasa terus mengejar meski terluka. Timun Mas membuka bungkusan
ketiga. Daerah sekitarnya menjadi lautan luas. Namun, raksasa itu bisa
melewatinya. Dengan ketakutan, Timun Mas melempar bungkusan terakhir.
Sekelilingnya berubah menjadi lautan lumpur yang mendidih. Raksasa pun
tercebur dan tewas. Selamatlah Timun Mas. Ia menemui ibunya dan mereka
hidup bahagia.

1
Cerita Rakyat – Timun Mas
Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah
desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja
dikaruniai seorang anak pun.

Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera
diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka.
Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka
biji mentimun.

“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,” kata
Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada syaratnya. Pada
usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu
sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.

Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka
merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan
kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.

Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak,
mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa
terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang
sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun
Mas.

Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua
orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena
pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu
menangih janji untuk mengambil Timun Mas.

Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain.
Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui anaknya.
“Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan
menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya. Maka
Timun Mas pun segera melarikan diri.

Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau
anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi
tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan
pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.

Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas
segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu
ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar.
Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.

2
Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya.
Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil
segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan
ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan.
Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.

Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka
Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun
ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih
dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap.
Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.

Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan
tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya.
Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun
melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi
keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke
dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu
menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam.

Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya.
Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka
menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku,” kata
mereka gembira.

Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat
hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.

Nama : Siti Iin

Kls : X IPS 4

3
Kisah Cindelaras dan Ayam Ajaib (Cerita Rakyat Nusantara)

Pulau Jawa, terdapat sebuah kerajaan yang makmur dan damai. Semua penduduk
hidup dengan bahagia, begitu pun dengan raja kerajaan itu. Raja tersebut bernama
Raja Putra. Ia amat bahagia, karena permaisurinya sedang mengandung anak
pertama mereka.

Sayangnya, selir Raja Putra tidak suka dengan permaisuri. Ia ingin menyingkirkan
permaisuri.

Suatu hari, selir bersekongkol dengan seorang tabib. Selir itu berpura-pura sakit. Ia
menyuruh tabib mengatakan kepada Raja Putra, bahwa selir telah diracuni oleh
permaisuri

Raja Putra yang mendengar selir diracuni oleh permaisuri, seketika menjadi marah.
Ia pun langsung mengasingkan permaisuri ke hutan.

Beberapa bulan berlalu, permaisuri melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu diberi
nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi anak yang pandai berburu.

Suatu ketika, Cindelaras berburu di hutan. Tak sengaja, ia menemukan telur yang
dijatuhkan oleh burung elang. Cindelaras pun mengambil dan merawat telur tersebut
hingga menetas.

Olala, ternyata itu adalah telur ayam. Muncul anak ayam jantan dari telur itu.
Cindelaras pun menyayangi anak ayam tersebut. Tapi, ayam Cindelaras yang telah
tumbuh besar itu memiliki kokok yang aneh.

"Kukuruyuk! Akulah ayam jantan pandai. Tuanku bernama Cindelaras, anak laki-laki
dari Raja Putra," kokok ayam ajaib Cindelaras.

Cindelaras pun mengikutkan ayamnya ke banyak perlombaan. Semua perlombaan


itu pun dimenangkan olehnya. Karena saking hebatnya, ayam Cindelaras menjadi
amat terkenal.

4
Rupanya, ketenarannya itu terdengar sampai ke istana. Raja Putra menjadi
penasaran. Raja Putra pun mengundang Cindelaras dan ayamnya ke istana. Ia ingin
mengadu ayam miliknya dengan ayam Cindelaras.

"Tapi, jika aku menang, separuh kekayaanmu menjadi milikku," ujar Cindelaras,
mengajukan syarat kepada Raja Putra.

Raja Putra pun menyetujui syarat itu. Ternyata, ayam Cindelaras memenangkan
pertandingan. Raja Putra sangat kecewa, sekaligus penasaran dengan Cindelaras.
Ia pun menanyakan asal-usul Cindelaras. Olala, malah ayam ajaib Cindelaras yang
menjawabnya.

"Kukuruyuk! Akulah ayam jantan pandai. Tuanku bernama Cindelaras, anak laki-laki
dari Raja Putra," kokok ayam Cindelaras.

Raja Putra pun menjadi kaget, "Benarkah kau putraku?"

Patih yang mengetahui kejahatan selir dahulu, lalu menjelaskan semuanya kepada
raja. Mengetahui kejahatan selir, raja menjadi sangat marah. Ia pun menghukum
selir, dan mengasingkannya ke hutan. Sementara permaisuri dijemput dan dibawa
kembali ke istana. Raja Putra, permaisuri, dan Cindelaras pun hidup bahagia
sebagai keluarga yang utuh.

Pesan moral dari Dongeng Kisah Cindelaras dan Ayam Ajaib adalah kejahatan pasti
akan mendapat balasan kejahatan pula. Sedangkan kebaikan pasti akan mendapat
balasan kebaikan pula. Jadi, ayo perbanyak berbuat.

5
CERITA RAKYAT KEONG MAS

Di Kerajaan Daha, hiduplah dua orang putri yang sangat cantik jelita. Putri nan
cantik jelita tersebut bernama Candra Kirana dan Dewi Galuh. Kedua putri Raja
tersebut hidup sangat bahagia dan serba kecukupan.
Hingga suatu hari datanglah seorang pangeran yang sangat tampan dari Kerajaan
Kahuripan ke Kerajaan Daha. Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kertapati.
Maksud kedatangannya ke Kerajaan Daha adalah untuk melamar Candra Kirana.
Kedatangan Raden Inu Kertapati sangat disambut baik oleh Raja Kertamarta, dan
akhirnya Candra Kirana ditunangkan dengan Raden Inu Kertapati.
Pertunangan itu ternyata membuat Dewi Galuh merasa iri. Kerena dia merasa kalau
Raden Inu Kertapati lebih cocok untuk dirinya. Oleh karena itu Dewi Galuh lalu pergi
ke rumah Nenek Sihir. Dia meminta agar nenek sihir itu menyihir Candra Kirana
menjadi sesuatu yang menjijikkan dan dijauhkan dari Raden Inu. Nenek Sihir pun
menyetujui permintaan Dewi Galuh, dan menyihir Candra Kirana menjadi Keong
Emas, lalu membuangnya ke sungai.
Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala, dan keong emas
terangkut dalam jalanya tersebut. Keong Emas itu lalu dibawanya pulang dan ditaruh
di tempayan. Besoknya nenek itu mencari ikan lagi di sungai, tetapi tak mendapat
ikan seekorpun. Kemudian Nenek tersebut memutuskan untuk pulang saja,
sesampainya di rumah ia sangat kaget sekali, karena di meja sudah tersedia
masakan yang sangat enak-enak. Si nenek bertanya-tanya pada dirinya sendiri,
siapa yang memgirim masakan ini.
Begitu pula hari-hari berikutnya si nenek menjalani kejadian serupa, keesokan
paginya nenek ingin mengintip apa yang terjadi pada saat dia pergi mencari ikan.
Nenek itu lalu berpura-pura pergi ke sungai untuk mencari ikan seperti biasanya, lalu
pergi ke belakang rumah untuk mengintipnya. Setelah beberapa saat, si nenek
sangat terkejut. Karena keong emas yang ada ditempayan berubah wujud menjadi
gadis cantik. Gadis tersebut lalu memasak dan menyiapkan masakan tersebut di
meja. Karena merasa penasaran, lalu nenek tersebut memberanikan diri untuk
menegur putri nan cantik itu. Siapakah kamu ini putri cantik, dan dari mana asalmu?,
6
tanya si nenek. Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas
oleh nenek sihir utusan saudaraku karena merasa iri kepadaku, kata keong emas.
Setelah menjawab pertanyaan dari nenek, Candra Kirana berubah lagi menjadi
Keong Emas, dan nenek sangat terheran-heran.
Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu candra kirana
menghilang. Iapun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek
sihirpun akhirnya tahu dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan
Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati Kaget sekali melihat burung gagak yang
bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu sakti
dan menurutinya padahal raden Inu diberikan arah yang salah. Diperjalanan Raden
Inu bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya kakek itu
makan. Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik Ia menolong Raden Inu dari
burung gagak itu.
Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan burung itu menjadi asap.
Akhirnya Raden Inu diberitahu dimana Candra Kirana berada, disuruhnya raden itu
pergi kedesa dadapan. Setelah berjalan berhari-hari sampailah ia kedesa Dadapan
Ia menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena
perbekalannya sudah habis. Di gubuk itu ia sangat terkejut, karena dari balik jendela
ia melihat Candra Kirana sedang memasak. Akhirnya sihir dari nenek sihir pun
hilang karena perjumpaan itu. Akhirnya Raden Inu memboyong tunangannya
beserta nenek yang baik hati tersebut ke istana, dan Candra Kirana menceritakan
perbuatan Dewi Galuh pada Baginda Kertamarta.
Baginda minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Dewi Galuh lalu
mendapat hukuman yang setimpal. Karena Dewi Galuh merasa takut, maka dia
melarikan diri ke hutan. Akhirnya pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapati
pun berlangsung, dan pesta tersebut sangat meriah. Akhirnya mereka hidup
bahagia.

7
Cerita Rakyat Telaga Warna
Pada zaman dahulu, terdapat sebuah kerajaan yang tentram dan damai
bernama Kerajaan Kutatanggehan. Kerajaan tersebut di pimpin oleh Raja
yang adil dan bijaksana bernama Prabu Sunarwalaya, Raja Sunarwalaya
di damping oleh Permaisuri yang bernama Purbanamah. Namun, Raja dan
Permaisuri belum juga mempunyai seorang anak. Mereka sudah cukup
lama menikah. Raja sering sekali termenung sedangkan Permasuri hanya
dapar mengeluarkan air mata.

Berbagai upaya sudah dilakukan, termasuk menggunakan ramuan-


ramuan yang dimakan, baik oleh sang Raja atau pun Permaisuri. Banyak
dukun yang sudah diundang dan membacakan mantera-mantera. Namun,
itu usaha tersebut hanya sia-sia.

Beberapa penasehat kerajaan menyarankan Raja dan Permaisuri untuk


memungut anak yatim. Karena, di kerajaan banyak anak yatim piatu, di
antaranya adalah anak dari para prajurit dan perwira yang gugur di
medan perang. Namun, Raja dan Permaisuri tidak mendengarkan apa
yang dikatakan oleh para penasehat. Karena mereka berpikir, anak
pungut pasti sangat berbeda dengan anak sendiri.

Suatu hari, Raja memutuskan untuk pergi bertapa, ia pergi bertapa


kedalam hutan. Setelah Raja berminggu-minggu bertapa. Tiba-tiba,
antara sadar dan tidak ia mendengar sebuah suara.

"Hai Prabu, apa yang kamu inginkan? Sehingga kau datang kesini untuk
bertapa?’’

"Hamba menginginkan seorang anak." jawab sang Raja.

"Bukankah kamu dapat memungut seorang anak?" Tanya suara itu.

"Hamba menginginkan anak sendiri dan darah daging sendiri." Jawab


Raja lagi.

"Jadi? Kamu hanya menginginkan anak sendiri?" Tanya suara itu.

"Ya, bagaimana pun keadaannya. Anak sendiri lebih baik dari anak
pungut." Jawab sang Raja.

8
"Baiklah jika itu yang kau inginkan. Sekarang, pulanglah!"

Mendengar suara tersebut, Raja pun kembali pulang ke Istana. Beberapa


waktu setelah kejadian tersebut. Permaisuri hamil. Seluruh kerajaan
merasa sangat senang dengan kabar tersebut. banyak warga kerajaan
yang mengirim hadiah kepada Raja dan Ratu sebagai bentuk rasa senang
mereka.

Akhirnya, hari yang ditunggu pun tiba. Permaisuri melahirkan seorang


bayi perempuan. Kelahiran sang Putri di sambut dengan pesta tujuh hari
tujuh malam. Sang Putri pun diberi nama Putri Gilang Rukmini. Untuk
menyambut kelahiran sang Putri, banyak sekali warga kerajaan
mengirimkan berbagai macam hadiah yang sangat mahal.

Nama : SIGIT JULIAN

Kelas : X IPS 3

9
CERITA RAKYAT MALIN KUNDANG

Di sebuah desa, hiduplah seorang perempuan miskin. Ia hidup bersama anak


tunggalnya, namanya Malin Kundang. Sehari-hari perempuan itu bekerja
sebagai nelayan. Namun, penghasilannya tak bisa mencukupi kebutuhan
mereka sehari-hari sehingga hidup mereka selalu berkekurangan.

Saat Malin Kundang mulai dewasa, ia memutuskan untuk pergi ke kota. Ia


ingin mengadu nasibnya di sana.

"Barangkali dengan pergi ke kota, aku bisa mengubah nasib kita, Ibu," ucap
Malin Kundang.

Dengan berat hati, ibunya pun mengizinkan. Kini, ibunya kembali menjadi
perempuan tua yang kesepian. Setelah kepergian Malin, ibunya selalu
memikirkan keadaan anaknya itu. Ia jadi sakit-sakitan, sementara Malin tak
pernah mengirim kabar untuknya.

Hingga beberapa tahun kemudian, Malin berhasil mengubah nasib. Ia telah


menjadi saudagar yang kaya raya. Malin memiliki banyal kapal. Hidup Malin
tak lagi susah. Malin juga menikahi seorang perempuan bangsawan yang
sangat cantik.

Suatu hari, Malin ingin melihat keadaan desanya. Sudah lama sekali ia tak
pulang. Malin pergi bersama istri dan banyak pekerjanya. Ia juga membawa
banyak uang untuk dibagi-bagikan kepada para penduduk.

Sampailah Malin di desanya. Dengan sombong ia membagikan uang kepada


penduduk. Penduduk di desanya sangat senang. Di antara mereka ada yang
mengenali Malin, yakni tetangganya sendiri. Orang itu pun segera pergi ke
rumah Malin, hendak memberikan kabar gembira tersebut kepada ibu Malin.

“Ibu, apakah kau sudah tahu, anakmu Malin sekarang telah menjadi orang
kaya.” seru tetangga itu.

"Dari mana kau tahu itu? Selama ini aku tak pernah mendapat kabar
darinya," ucap ibu Malin, terkejut.

10
"Sekarang pergilah ke dermaga. Anakmu Malin ada di sana. Dia terlihat
sangat tampan, dan istrinya juga sangat rupawan," ucap tetangganya.

Ibu Malin tak percaya. Matanya berkaca-kaca. Sungguh, ia sangat


merindukan anaknya selama beberapa tahun ini. Maka ia pun segera berlari
menuju dermaga. Benar saja, di sana terlihat Malin dengan istrinya yang
sangat rupawan.

“Malin, kau pulang, Nak," seru ibunya.

Malin mengenali ibunya. Namun, ia malu mengakui orangtua yang


berpakaian sangat lusuh itu. Bagaimana ia akan menjelaskan kepada istrinya
tentang semua ini?

"Kau bilang ibumu sudah meninggal. Apa benar orangtua ini adalah ibumu?"
tanya istri Malin, bingung.

"Dia bukan ibuku, dia pengemis yang mengaku-ngaku sebagai ibuku.” seru
Malin.

Sungguh sakit hati Ibunya mendengar perkataan Malin. Ibunya lalu


mengutuk Malin.

"Hatimu sungguh sekeras batu, Malin. Maka, kau aku kutuk menjadi batu.
Kau anak yang durhaka.” ucap ibunya.

Malin ketakutan. Ia memohon ampun kepada ibunya. Namun, ibunya sudah


sangat sakit hati. Seketika hujan turun sangat lebat, dan petir menyambar.
Saat itu pula Malin berubah menjadi batu.

Pesan moral dari Cerita Malin Kundang Singkat (Indonesia) adalah surga ada di
bawah telapak kaki ibu. Sayangilah ibumu, karena ibumu adalah manusia paling
berjasa dalam hidupmu.

11
CERITA RAKYAT TELAGA BIDADARI
Dahulu kala, ada seorang pemuda yang tampan dan gagah. Ia bernama Awang Sukma.
Awang Sukma mengembara sampai ke tengah hutan belantara. Ia tertegun melihat aneka
macam kehidupan di dalam hutan. Ia membangun sebuah rumah pohon di sebuah dahan
pohon yang sangat besar. Kehidupan di hutan rukun dan damai. Setelah lama tinggal di
hutan, Awang Sukma diangkat menjadi penguasa daerah itu dan bergelar Datu. Sebulan
sekali, Awang Sukma berkeliling daerah kekuasaannya dan sampailah ia di sebuah telaga
yang jernih dan bening. Telaga tersebut terletak di bawah pohon yg rindang dengan buah-
buahan yang banyak. Berbagai jenis burung dan serangga hidup dengan riangnya. “Hmm,
alangkah indahnya telaga ini. Ternyata hutan ini menyimpan keindahan yang luar biasa,”
gumam Datu Awang Sukma.

Keesokan harinya, ketika Datu Awang Sukma sedang meniup serulingnya, ia mendengar
suara riuh rendah di telaga. Di sela-sela tumpukan batu yang bercelah, Datu Awang Sukma
mengintip ke arah telaga. Betapa terkejutnya Awang Sukma ketika melihat ada 7 orang
gadis cantik sedang bermain air. “Mungkinkah mereka itu para bidadari?” pikir Awang
Sukma. Tujuh gadis cantik itu tidak sadar jika mereka sedang diperhatikan dan tidak
menghiraukan selendang mereka yang digunakan untuk terbang, bertebaran di sekitar
telaga. Salah satu selendang tersebut terletak di dekat Awang Sukma. “Wah, ini
kesempatan yang baik untuk mendapatkan selendang di pohon itu,” gumam Datu Awang
Sukma.

Mendengar suara dedaunan, para putri terkejut dan segera mengambil selendang masing-
masing. Ketika ketujuh putri tersebut ingin terbang, ternyata ada salah seorang putri yang
tidak menemukan pakaiannya. Ia telah ditinggal oleh keenam kakaknya. Saat itu, Datu
Awang Sukma segera keluar dari persembunyiannya. “Jangan takut tuan putri, hamba akan
menolong asalkan tuan putri sudi tinggal bersama hamba,” bujuk Datu Awang Sukma. Putri
Bungsu masih ragu menerima uluran tangan Datu Awang Sukma. Namun karena tidak ada
orang lain maka tidak ada jalan lain untuk Putri Bungsu kecuali menerima pertolongan
Awang Sukma.

12
Datu Awang Sukma sangat mengagumi kecantikan Putri Bungsu. Demikian juga dengan
Putri Bungsu. Ia merasa bahagia berada di dekat seorang yang tampan dan gagah perkasa.
Akhirnya mereka memutuskan untuk menjadi suami istri. Setahun kemudian lahirlah
seorang bayi perempuan yang cantik dan diberi nama Kumalasari. Kehidupan keluarga Datu
Awang Sukma sangat bahagia.

Namun, pada suatu hari seekor ayam hitam naik ke atas lumbung dan mengais padi di atas
permukaan lumbung. Putri Bungsu berusaha mengusir ayam tersebut. Tiba-tiba matanya
tertuju pada sebuah bumbung bambu yang tergeletak di bekas kaisan ayam. “Apa kira-kira
isinya ya?” pikir Putri Bungsu. Ketika bumbung dibuka, Putri Bungsu terkejut dan berteriak
gembira. “Ini selendangku!, seru Putri Bungsu. Selendang itu pun didekapnya erat-erat.
Perasaan kesal dan jengkel tertuju pada suaminya. Tetapi ia pun sangat sayang pada
suaminya.

Akhirnya Putri Bungsu membulatkan tekadnya untuk kembali ke kahyangan. “Kini saatnya
aku harus kembali!,” katanya dalam hati. Putri Bungsu segera mengenakan selendangnya
sambil menggendong bayinya. Datu Awang Sukma terpana melihat kejadian itu. Ia langsung
mendekat dan minta maaf atas tindakan yang tidak terpuji yaitu menyembunyikan selendang
Putri Bungsu. Datu Awang Sukma menyadari bahwa perpisahan tidak bisa dielakkan.
“Kanda, dinda mohon peliharalah Kumalasari dengan baik,” kata Putri Bungsu kepada Datu
Awang Sukma.” Pandangan Datu Awang Sukma menerawang kosong ke angkasa. “Jika
anak kita merindukan dinda, ambillah tujuh biji kemiri, dan masukkan ke dalam bakul yang
digoncang-goncangkan dan iringilah dengan lantunan seruling. Pasti dinda akan segera
datang menemuinya,” ujar Putri Bungsu.

Putri Bungsu segera mengenakan selendangnya dan seketika terbang ke kahyangan. Datu
Awang Sukma menap sedih dan bersumpah untuk melarang anak keturunannya
memelihara ayam hitam yang dia anggap membawa malapetaka.

The End

Nama : Urni
Kelas : X IPS 4

13
CERITA RAKYAT BATU MENANGIS

Dahulu kala, di sebuah bukit yang jauh dari Pedesaan. Hiduplah seorang Janda
miskin bersama anak perempuannya. Anaknya dari Janda tersebut sangat cantik jelita, ia
selalu membanggakan kecantikan yang ia miliki. Namun, kecantikannya tidak sama dengan
sifat yang ia miliki. Ia sangat pemalas dan tidak pernah membantu ibunya.

Selain pemalas, ia juga sangat manja. Segala sesuatu yang ia inginkan harus di turuti.
Tanpa berpikir keadaan mereka yang miskin, dan ibu yang harus banting tulang meskipun
sering sakit-sakitan. Setiap ibunya mengajaknya ke sawah, ia selalu menolak.

Suatu hari, ibunya mengajak anaknya berbelanja ke pasar. Jarak pasar dari rumah mereka
sangat jauh, untuk sampai ke pasar mereka harus berjalan kaki dan membuat putrinya
kelelahan. Namun, anaknya berjalan di depan ibunya dan memakai baju yang sangat
bagus. Semua orang yang melihatnya langsung terpesona dan mengaggumi kecantikannya,
sedangkan ibunya berjalan di belakang membawa keranjang belanjaan, berpakaian sangat
dekil layaknya pembantu.
Karena letak rumah mereka yang jauh dari masyarakat, kehidupan mmereka tidak ada satu
orang pun yang tahu. Akhirnya, mereka memasuki kedalam desa, semua mata tertuju
kepada kecantikan Putri dari janda tersebut. Banyak pemuda yang menghampirinya dan
memandang wajahnya. Namun, penduduk desa pun sangat penasaran, siapa perempuan
tua di belakangnya tersebut.
‘’ Hai, gadis cantik! Siapakah perempuan tua yang berada di belakangmu? Apakah dia
ibumu?’’ Tanya seorang Pemuda.
‘’ Tentu saja bukan, ia hanya seorang pembantu!.’’ Jawabnya dengan sinis.
Sepanjang perjalanan setiap bertemu dengan penduduk desa, mereka selalu bertanya hal
yang sama. Namun, ia terus menjawab bahwa ibunya adalah pembantunya. Ibunya sendiri
di perlakukan sebagai seorang pembantu.

Pada awalnya, Sang ibu masih bisa menahan diri, setiap kali mendengar jawaban dari Putri
kandungnya sendiri. Namun, mendengar berulang kali dan jawabannya itu sangat
menyakkitkan hatinya, tiba-tiba sang ibu berhenti, dan duduk pinggir jalan sambil
meneteskan air mata.
‘’ Bu, kenapa berhenti di tengah jalan? Ayo lanjutkan perjalanan.’’ Tanya putrinya heran.

14
Beberapa kali ia bertanya. Namun, ibunya sama sekali tidak menjawab. Sang ibu malah
menengadahkan kedua tangannya ke atas dan berdoa. Melihat hal aneh yang di lakukan
ibunya, sang anak merasa kebingungan.
‘’ Ibu sedang apa sekarang!’’ bentak putrinya.
Sang ibu tetap tidak menjawab, dan meneruskan doanya untuk menghukum putrinya
sendiri.
‘’ Ya Tuhan, ampunilah hamba yang lemah ini, maafkan hamba yang tidak bisa mendidik
putrid hamba sendiri, sehingga ia menjadi anak yang durhaka. Hukumlah anak durhaka ini.’’
Doa sang Ibu.
Tiba-tiba, langit menjadi mendung dan gelap, petir mulai menyambar dan hujan pun turun.
Perlahan-lahan, tubuhnya berubah menjadi batu. Kakinya mulai berubah menjadi batu dan
sudah mencapai setengah badan. Gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya. Ia
merasa ketakutan.
‘’ Ibu, tolong aku. Apa yang terjadi dengan kakiku? ibu maafkan aku. Aku janji akan menjadi
anak yang baik bu’’ teriak Putrinya ketakutan.
Gadis tersebut terus menangis dan memohon. Namun, semuanya sudah terlambat.
Hukuman itu tidak dapat di hindari. Seluruh tubuhnya perlahan berubah menjadi batu. Gadis
durhaka itu hanya menangis dan menagis menyesali perbuatannya. Sebelum kepalanya
menjadi batu, sang ibu masih melihat air matanya yang keluar. Semua orang yang berada di
sana menyaksikkan peristiwa tersebut. Seluruh tubuh gadis itu berubah menjadi batu.
Sekalipun sudah menjadi batu. Namun, melihat kedua matanya masih menitihkan air mata
seperti sedang menangis. Oleh karena itu, masyarakat tersebut menyebutnya dengan Batu
Menangis. Batu Menangis tersebut masih ada sampai sekarang.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Legenda Batu Menangis adalah selalu hormati dan sayangi
kedua orang tuamu, karena kesuksesan dan kebahagiaan mu akan sangat tergantung dari
doa kedua orangtuamu.

15

Anda mungkin juga menyukai