Si Pitung bertekad, ia harus melawan para centeng Babah Liem. Untuk itu ia
berguru pada Haji Naipin, seorang ulama terhormat dan terkenal berilmu tinggi.
Haji Naipin berkenan untuk mendidik si Pitung karena beliau tahu wataknya. Ya,
si Pitung memang terkenal rajin dan taat beragama. Tutur katanya sopan dan ia
selalu patuh pada kedua orangtuanya, Pak Piun dan Bu Pinah.
Beberapa bulan kemudian, si Pitung telah menguasai segala ilmu yang diajarkan
oleh Haji Naipin. Haji Naipin berpesan, “Pitung, aku yakin kau bukan orang yang
sombong. Gunakan ilmumu untuk membela orang-orang yang tertindas. Jangan
sekali-kali kau menggunakannya untuk menindas orang lain.” Si Pitung mencium
tangan Haji Naipin lalu pamit. Ia akan berjuang melawan Babah Liem dan
centeng-centengnya.
“Lepaskan mereka!” teriak si Pitung ketika melihat centeng Babah Liem sedang
memukuli seorang pria yang melawan mereka.