Epidemiologi HIV
AIDS pada anak pertama kali
dilaporkan oleh Oleske, Rubinstein
dan Amman pada tahun 1983 di
Amerika Serika.
Di Asia Tenggara, Thailand yang
pertama kali melaporkan AIDS pada
anak tahun 1988.
Negara dengan tingkat infeksi
tertinggi adalah India, Thailand,
Myanmar dan Indonesia.
Etiologi
penyebab AIDS adalah HIV yaitu
virus yang tergolong retrovirus
sekelompok lentivirus.
Lentivirus mampu menyebabkan
edek sitopatik yang singkat dan
infeksi laten dalam jangka panjang,
juga menyebabkan penyakit
progresif dan fatal termasuk
wasting syndrom dan degenerasi
sumsum saraf pusat.
HIV-retrovirus
Virus ini pertama kali di temukan oleh
Montagnier dari Perancis pada tahun
1983 dan oleh Gallo dari Amerika pada
tahun 1984.
Ada 2 tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV -2
berbeda secara genomik dan
antigenesitasnya akan tetapi manifestasi
klinisnya sulit di bedakan
Human Immunodeficiency
Virus
Narkotika
suntik
Cara Penularan
Transmisi vertikal dari ibu ke janin
Transmisi langsung ke peredaran
darah melalui transfusi atau jarum
suntik
Transmisi melalui mukosa genital
(pada anak kontak seksual dini
seperti pada perlakuan slah seksual
atau perkosaan anak oleh penderita
HIV atau prostitusi anak )
Faktor resiko
faktor resiko seorang bayi atau anak dapat tertular
HIV adalah
1. bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual
2. bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan bergantiganti
3. bayi yang lahir dari ibu atau pasangan
penyalahguna obat intravena
4. bayi atau anak yang mendapat transfusi darah
atau produk darah berulang
5. anak yang terpapar pada infeksi HIV dari
ekkerasan seksual (perlakuan salah seksual)
6. anak remaja dengan hubungan seksual bergantiganti pasangan.
Patogenesis
Manifestasi klinis
AIDS
Infeksi oportunistik
protozoa ( Penumocystis carinii,
Cryptosporidium )
Bakteri ( toxoplasma, myvobacterium avium,
nocardia, salmonela )
Jamur ( candida, cryptococcus neoformans,
coccidioides immitis, histoplasma capsulatum)
virus ( cytomegalovirus, herpes simplex,
varicella zoster )
Tumor
limfoma (termasuk limfima sel B yang
berhubungan dengan EBV)
Sarkoma kaposi
Karsinoma servikal
Ensefalopati
Wasting syndrom
Masa inkubasi
Masa inkubasi pada orang dewasa 3 bulan
sampai terbentuk antibodi anti HIV.
Manifestasi klinis infeksi HIV dapat singkat
maupun bertahun tahun kemudian.
Khusus pada bayi dibawah umur 1 tahun,
diketahui bahwa viremia sudah dapat di
deteksi hingga usia 1 tahun. Manifestasi
klinis infeksi oportunistik sudah dapat
dilihat ketika usia 2 bulan.
Gambaran klinis
Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak
bervariasi dari asimtomatis sampai penyakit
berat yang dinamakan AIDS.
AIDS pada anak terutama terjadi pada umur
muda karena sebagian besar (> 80%) AIDS pada
anak akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak
50% kasus AIDS anak berumur< 1 tahun dan
82% berumur < 3 tahun.
Meskipun demikian ada juga bayi yang terinfeksi
HIV secara vertikal belum memperlihatkan gejala
AIDS pada umur 10 tahun.
Klasifikasi
Asimtomatik
Ringan
Sedang
Berat
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan assy antibodi dapat mendeteksi antibodi
terhadap HIV. Tetapi karena antibodi maternal di
transfer secara pasif selama kehamilan dan dapat
dideteksi hingga usia 18 bulan, maka adanya antibodi
postifi pada anak kurang dari 18 bulan tidak serta
merta menajdikan seorang akan pasti terinfeksi HIV
Maka di perluka uji laboratorium untuk mendeteksi
virus dan komponennya seperti
Assay untuk mendeteksi DNA HIV dari plasma
Assay untuk mendetksi RNA HIV dari plasma
Assay untuk mendeteksi antigen P24 Immune Complex
Dissociated(ICD)
Diagnosis
Diagnosis definitif laboratoris infeksi HIV
berumur kurang dari 18 bulan hanya dapat di
tegakan dengan uji virologik, hasil +
memastikan adanya infeksi HIV.
Satu hasil + uji virologik pada usia berapapun
dianggap diagnostik pasti. Namun
direkomendasikan untuk melakukan uji ulang
pada sampel darah yang berbeda. Bila tidak
mungkin 2x maka harus dipastikan kehandalan
laboratorium penguji. Dan harus dilakukan uji
anti HIV pada usia lebih dari 18 bulan.
rekomendasi
Pengobatan
Tatalaksana pada penderita HIV harus
lengkap berkaitan dengan tumbuh
kembang, nutrisi, imunitas, tatalaksana
medikasmentosa, tatalaksana psikologis
dan penanganan sisi sosia yang akan
berperan pada kepatuhan program
pemantauan dan terapi.
pemberian imunisasi harus
mempertimbangkan situasi klinis, status
imunologis serta panduan yang berlaku
Prinsip ARV
ARV adalah bagian dari pelayanan HIV komperhensif.
Sebelum memutuskan ARV perlu diperhatikan bahwa :
- jangan mulai memberi ARV terlalu dini ketika hitung
CD4 masih normal, atau terlambat ketika sistem imun
sudah terlanjur rusak.
- pemilihan jenis obat harus memperhitungkan bukti
efikasi, sedikit efek samping dan kemudahan
pemberian
- pertimbangkan kemampuan daya beli dan
ketersediaan obat
- harus ada pemantauan dan dukungan para pasien
dan keluarganya untuk meningkatkan kepatuhan
berobat (adherence)
Tidak ada
> 35
>30
>25
>500
Ringan
3035
25-30
20-25
350-499
Sedang
2530
20-25
15-20
200-349
berat
<25
<20
<15
<200/ <15%
Pemilihan ARV
Pemberian ARV terpilih untuk anak
adalah penggunaan paling tidak 3
obat dan minimal digunakan 2 kelas
obat yang berbeda.
Rekomendasi WHO lini pertama
adalah
2 kelas obat : 2NRTI +NNRTI/ PI
- Anak > 3 thn, pilihan pertama 2NRTI
+Efaviren
Pilihan kedua 2 NRTI +Nevirapin
2 NRTI
NRTI LINI PERTAMA
ddI+ABC
ABC +#TC
ddI=AZT
1 PI
Prognosis
prognosis pada anak yang mengidap HIV berbedabeda sesui stadium klinis dan terutama presentase
CD4 yang dimiliki sebelum mulai terapi ARV
Secara umum mencapai stadium AIDS lebih cepat
pada anak di banding dewasa, walapun ada anak
hingga usia 8 tahun tidak memiliki gejala infeksi HIV
dan kadar CD4 yang normal.
Tetapi lebih banyak anak terinfeksi HIV yang sebelum
usia 1 tahun sudah memerlukan terapi ARV
Dengan perkembangan riset oba ARV pada anak dan
pencegahan transmisi dari ibu HIV, diharapkan angka
keberhasilan hidup anak HIV lebih tinggi kedepannya.
TERIMA KASIH
Catatan:
1. Menurut definisi Integrated Management of Childhood Illness
(IMCI):
a. Oral thrush adalah lapisan putih kekuningan di atas mukosa
yang normal atau kemerahan (pseudomembran), atau bercak
merah di lidah, langit-langit mulut atau tepi mulut, disertai rasa
nyeri. Tidak bereaksi dengan pengobatan antifungal topikal.
b. Pneumonia adalah batuk atau sesak napas pada anak dengan
gambaran chest indrawing, stridor atau tanda bahaya seperti
letargik atau penurunan kesadaran, tidak dapat minum atau
menyusu, muntah, dan adanya kejang selama episode sakit
sekarang. Membaik dengan pengobatan antibiotik.
c. Sepsis adalah demam atau hipotermia pada bayi muda dengan
tanda yang berat seperti bernapas cepat, chest indrawing, ubunubun besar membonjol, letargi, gerakan berkurang, tidak mau
minum atau menyusu, kejang, dan lain-lain.
2. Pemeriksaan uji HIV cepat (rapid test) dengan hasil reaktif harus
dilanjutkan dengan 2 tes serologi yang lain.
3. Bila hasil pemeriksaan tes serologi lanjutan tetap reaktif, pasien
harus segera mendapat obat ARV
Catatan:
Risiko kematian tertinggi terjadi pada anak dengan
stadium klinis 3 atau 4, sehingga harus segera dimulai
terapi ARV.
Anak usia < 12 bulan dan terutama < 6 bulan
memiliki risiko paling tinggi untuk menjadi progresif
atau mati pada nilai CD4 normal.
Nilai CD4 dapat berfluktuasi menurut individu dan
penyakit yang dideritanya. Bila mungkin harus ada 2
nilai CD4 di bawah ambang batas sebelum ARV
dimulai.
Bila belum ada indikasi untuk ARV lakukan evaluasi
klinis dan nilai CD4 setiap 3-6 bulan sekali, atau lebih
sering pada anak dan bayi yang lebih muda.
Catatan:
Resistensi silang dalam kelas ARV yang sama terjadi pada
mereka yang mengalami kegagalan terapi (berdasarkan
penilaian klinis atau CD4). Resistensi terjadi karena HIV terus
berproliferasi meskipun dalam pengobatan ART. Jika kegagalan
terapi terjadi dengan pemakaian NNRTI atau 3TC, hampir pasti
terjadi resistensi terhadap seluruh NNRTI dan 3TC. Memilih
meneruskan NNRTI pada kondisi ini tidak ada gunanya, tetapi
meneruskan pemberian 3TC mungkin dapat menurunkan
ketahanan virus HIV.
AZT dan d4T hampir selalu bereaksi silang dan mempunyai
pola resistensi yang sama, sehingga tidak dianjurkan mengganti
satu dengan yang lainnya.
Prinsip pemilihan paduan lini kedua:
o Pilih kelas obat ARV sebanyak mungkin.
o Bila kelas yang sama akan dipilih, pilih obat yang sama sekali
belum dipilih sebelumnya.
Tujuan pemberian paduan lini kedua adalah untuk mencapai
respons klinis dan imunologis (CD4), tetapi responsnya tidak
sebaik pada paduan lini pertama karena sudah terjadi resistensi
silang di antara obat ARV.
Sebelum pindah ke paduan lini kedua, kepatuhan berobat
harus benar-benar dinilai.
Anak yang dengan paduan lini kedua pun gagal, terapi