tubuh total b. Cairan ekstra sel (CES) : membentuk 1/3 dari cairan tubuh total CES dibagi menjadi 2 komponen, yaitu : a. cairan interstisium b. plasma darah
Plasma dan unsur sel darah, terutama
sel darah merah, mengisi sistem vaskuler dan membentuk volume darah total, sedangkan cairan interstisium terletak di luar sistem vaskuler dan membasahi sel Komposisi ion cairan tubuh Dari gambar terlihat kation utama yang terdapat di dalam intrasel adalah K+ dan anionnya adalah fosfat dan protein , sedangkan di ekstrasel kation utama adalah Na+ dan anionnya adalah Cl- dan HCO3-. Keseimbangan konsentrasi ion- ion ini diatur oleh aktivitas Na+/K+ ATPase yang terdapat di membran sel. Asupan dan pengeluaran cairan tubuh Cairan ditambahkan ke dalam tubuh dari dua sumber utama, yaitu : (1) berasal dari cairan atau makanan yang dimakan, 2100 ml/hari (2) berasal dari sintesa dalam tubuh sebagai hasil oksidasi karbohidrat, 200 ml/hari. Asupan cairan bervariasi pada masing- masing orang, tergantung pada :
cuaca kebiasaan tingkat aktivitas. Cairan tubuh dikeluarkan ke luar tubuh melalui :
insensible water loss : pengeluaran cairan
yang tidak terasa, yaitu melalui kulit dan traktus respiratorius. Jumlah rata-rata kehilangan cairan (dengan cara difusi) melalui kulit, tanpa tergantung pada keringat ialah 300 - 400 ml/hari. Jumlah yang sama juga dikeluarkan melalui traktus respiratorius.
keringat : tergantung dari berat ringannya
aktivitas feses yaitu 100 ml/hari. Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada penderita diare.
Ginjal : normalnya cairan yang
dikeluarkan melalui ginjal adalah 1400 ml/hari, tetapi pada keadaan dehidrasi volume urin dapat serendah 500 ml/hari Pengaturan keseimbangan cairan tubuh Keseimbangan cairan tubuh dipertahankan dengan mengatur :
volume CES : volume CES diperlukan
untuk mempertahankan tekanan darah osmolaritas CES : Osmolaritas CES diperlukan untuk mencegah pembengkakan atau penciutan sel-sel. CES berfungsi sebagai perantara antara sel dan lingkungan eksternal. Semua pertukaran H2O dan konstituen lain antara CIS dan lingkungan eksternal harus melalui CES. Air yang ditambahkan ke cairan tubuh pertama kali selalu memasuki kompartemen CES dan cairan selalu keluar dari tubuh melalui CES Volume CES dan osmolaritas CES tergantung pada NaCl dan H2O di tubuh, sedangkan NaCl dibutuhkan untuk mengatur volume CES. Untuk mengatur osmolaritas CES dibutuhkan H2O.
Distribusi H2O di dalam dan di luar sel
bergantung pada tekanan osmotik. Tekanan osmotik berkaitan dengan konsentrasi zat terlarut di dalam dan di luar sel. Semakin tinggi tekanan osmotik suatu larutan maka konsentrasi air semakin rendah dan konsentrasi zat terlarut semakin tinggi . Volume CES ditentukan oleh jumlah total zat terlarut yang aktif secara osmotik dalam CES. Na+ dan Cl- merupakan zat terlarut terbanyak yang aktif secara osmotik, dan karena perubahan kadar Cl- mengikuti perubahan kadar Na+, jumlah Na+ CES merupakan penentu yang terpenting untuk volume CES. Kehilangan Na+ melalui feses (diare), urin ( asidosis, insufisiensi adrenal) dan keringat (lingkungan yang terlalu panas, aktivitas berat) akan sangat menurunkan volume CES dan dapat menimbulkan syok Untuk mempertahankan volume CES diperlukan peran Angiotensin II. Angiotensin II merangsang : sekresi aldosteron Anti Diuretik Hormon (ADH) mekanisme haus. Apabila terjadi penurunan volume CES, Angiotensin II akan menstimulasi aldosteron yang disekresi oleh korteks adrenal untuk bekerja pada tubulus kontortus renalis distal agar reabsorbsi natrium meningkat, sedangkan ADH meningkatkan retensi air dan menghambat produksi urin. Pada saat terjadi penurunan volume CES, maka mekanisme haus dan Anti Diuretik Hormon (ADH) yang ada di hipotalamus diaktifkan. Ginjal akan meningkatkan reabsorbsi air, mengakibatkan penurunan volume urin dan urin berwarna pekat. Asupan cairan ditingkatkan melalui mekanisme haus. Hal ini diupayakan untuk mempertahankan keseimbangan volume cairan tubuh Keseimbangan CIS dan CES Perubahan konsentrasi zat terlarut dalam CES menyebabkan perubahan volume sel. Jika suatu sel diletakkan pada suatu larutan dengan zat terlarut impermeabel yang mempunyai osmolaritas 280 mOsm/liter, maka sel tidak akan mengkerut atau membengkak karena konsentrasi air dalam cairan intrasel dan ekstrasel sama dan zat terlarut tidak dapat masuk atau keluar dari sel. Larutan seperti ini disebut isotonik karena tidak menimbulkan pengerutan ataupun pembengkakan sel. Contoh larutan isotonik adalah larutan garam 0,9 gram %. Apabila sebuah sel diletakkan dalam larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeabel lebih rendah (kurang dari 280 mOsm/liter), air akan berdifusi dalam sel, dan menyebabkan sel membengkak dan mengencerkan cairan intrasel. Juga memekatkan cairan ekstrasel sampai kedua larutan mempunyai osmolaritas yang sama. Larutan yang mempunyai konsentrasi garam kurang dari 0,9 gram % bersifat hipotonik dan menyebabkan sel membengkak Begitu juga jika sebuah sel diletakkan dalam larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeabel lebih tinggi, air akan mengalir keluar dari sel ke dalam cairan ekstrasel.
Pada keadaan ini sel akan mengkerut
sampai kedua konsentrasi menjadi sama. Larutan ini dinamakan hipertonik dengan konsentrasi garam lebih dari 0,9 gram %. TERIMAKASIH