Anda di halaman 1dari 31

TETANUS

Oleh: sandini yustialaras 03009222


Pembimbing: dr. Dina Siti Daliyanti, Sp.A
Identitas Pasien
Data Pasien Ayah Ibu
Nama An. A. H Tn. S Ny. N
Umur 8 tahun 36 tahun 27 tahun
J enis Kelamin Laki-Laki Laki-laki Perempuan
Alamat Kp jati rt 06/08 jati mulya tambun selatan
Agama Islam Islam Islam
Suku bangsa Sunda
Pendidikan Sekolah SD SMP SMP
Pekerjaan - Wiraswasta IRT
Penghasilan - - -
Keterangan Hubungan dengan
orang tua : Anak
Kandung
ANAMNESIS RPS

diikuti kaku pada terdapat luka di ibu


leher. Kejang jari kaki kiri, dan
os tidak bisa/sulit disangkal, Demam kukunya sudah
membuka mulut sejak terlepas , luka
juga dialami pasien
8 jam SMRS. Keluhan tersebut karna jatuh
ini dirasakan pada sejak 3 hari SMRS, saat bermain 1
siang hari namun demam minggu SMRS, luka
sudah tidak ada dibiarkan saja dan
saat masuk RS. tidak di obati.
ANAMNESIS RPD, RPK & IMUNISASI

6 bulan yang
Kakek pasien Hanya sekali
Pasien tidak imunisasi BCG saja ,
dari ayah
pernah sakit dan belum pernah
juga imunisasi lagi sampai
sebelumnya.
mengalami saat ini
hal serupa.
Pemeriksaan Fisik

Tampak sakit berat


Keadaa
n umum

Kesadaran: Compos
mentis
Tanda Frekuensi nadi: 100
x/m
vital Frekuensi
pernapasan: 22 x/m
Suhu tubuh : 36,30C

Berat badan :
26 kg
Data Tinggi badan : 130
antropometr cm
Status gizi : gizi
i lebih
Pemeriksaan Fisik

Leher teraba
kaku/tegang

Trismus (+)

Thorax: dalam
batas normal
Abdomen: Supel,
defense muscular (-)

Ekstremitas: akral
hangat, CRT < 2
detik
Pemeriksaan penunjang
PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
Diagnosis kerja : -IVFD KAEN 3A 20 tts / makro /
Tetanus -IVFD Diazepam 15 mg ( 3cc ) +
aquadest 21 cc 1 cc/ jam
Diagnosis bandining : -Inj. Metronidazole 3 x 125 mg
meningoensefalitis -ATS ( tetagram ) 10 x 250 iu IM
2 hari
-PP 1 x 1.250.000
-inj Ceftriaxon 2x1 gr
b. Non medikamentosa
PROGNOSIS - Rawat inap dengan observasi
khusus pada ruangan gelap dan
Ad vitam : dubia ad bonam sunyi
Ad fungsionam : dubia ad bonam - Perawatan luka
Ad sanationam : dubia ad malam
S O
FOLLOW UP A P
- Mulut sulit KU: Compos mentis, Tetanus - IVFD KAEN 3A 20 tts / makro
dibuka (+) tampak sakit berat
- Demam (+) - IVFD Diazepam 15 mg ( 3cc ) +
24/01
- kaku di leher Nadi = 100x /menit aquadest 25 cc 1 cc/ jam
(+) RR = 24x /menit -Inj.Metronidazole 3 x 125 mg
Suhu = 39,7C - ATS ( tetagram ) 10 x 250 iu IM 2
hari
Trismus (+)
- PP 1 x 1.250.000
Thorax Suara napas - inj Ceftriaxon 2x1 gr
vesikuler, Rh -/-, Wh -/- - sanmol drip
S1S2 reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen supel ,
defense muscular (-),
BU(+)N, NT (-)
Ekstremitas Akral
hangat, Sianosis (-)
- Mulut sulit KU: Compos mentis, Tetanus - IVFD KAEN 3A 20 tts / makro
dibuka (+) tampak sakit berat
25/01
- Demam (+) - IVFD Diazepam 15 mg ( 3cc ) +
- kaku di leher Nadi = 100x /menit aquadest 25 cc 1 cc/ jam
(+)
RR = 28x /menit -Inj.Metronidazole 3 x 125 mg
Suhu = 37,8C - ATS ( tetagam ) 10 x 250 iu IM 2
hari
Trismus (+)
- PP 1 x 1.250.000
Thorax Suara napas - inj Ceftriaxon 2x1 gr
vesikuler, Rh -/-, Wh -/- - sanmol drip
S1S2 reguler, murmur (-),
gallop (-)
* target 40.000 u
Abdomen supel ,
defense muscular (-), baru masuk 5000 u
BU(+)N, NT (-)

Ekstremitas Akral
hangat, Sianosis (-)
FOLLOW UP

26/01/2017 - Mulut sulit dibuka KU: Compos mentis, Tetanus - IVFD KAEN 3A 20 tts /
26/01 (+) tampak sakit berat makro
- Demam (-)
- kaku di leher (-) Nadi = 124x /menit - IVFD Diazepam 15 mg (
3cc ) + aquadest 21 cc 1
RR = 32x /menit cc/ jam
Suhu = 37,5C -Inj.Metronidazole 3 x 125
mg
Trismus (+)
- ATS ( tetagram ) 10 x 250
Thorax Suara napas
iu IM 2 hari
vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
S1S2 reguler, murmur (-), - PP 1 x 1.250.000
gallop (-) - inj Ceftriaxon 2x1 gr
- sanmol drip
Abdomen supel , defense
muscular (-), BU(+)N, NT
(-)

Ekstremitas Akral
hangat, Sianosis (-)
ANALISA KASUS
TEORI PADA PASIEN
ANAMNESIS ANAMNESIS
- Riwayat imunisasi tidak lengkap - Tidak ada riwayat imunisasi DPT
- Kejang yang tidak disertai penurunan - Sulit membuka mulut
kesadaran - Kaku bagian leher
- Disfagia/ sulit menelan - Demam
- Sulit membuka mulut - Luka terbuka diibu jari
- Keringat berlebih
- Kaku seluruh tubuh
- Demam
- Sumber infeksi
TEORI PADA PASIEN
PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN FISIK
- Kesadaran tidak terganggu - Kesadaran tidak terganggu
- Suhu dapat meningkat 2-4 C/ - Suhu meningkat mencapai 37,9 C
Hipertermi dan berkeringat - RR mencapai 50x/menit
- Takikardi >120x/menit - Trismus/ lockjaw hanya dapat
- Takipnoe >30x/menit membuka mulut 1 cm
- Fluktruasi ekstrim tekanan darah - Leher teraba kaku/keras/tegang
- Paralisis otot ekstraokuler/ ptosis - Spasme/ peningkatan tonus otot
- Trismus/ lockjaw ekstremitas
- Risus sardonicus/ sardonic smile
- Kekakuan leher
- Opistotonus
- Rigiditas otot abdomen
- Spasme/ peningkatan tonus otot
ekstremitas
TEORI PADA PASIEN
PEMERIKSAAN PENUNJANG PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan lab leukositosis - Pemeriksaan lab didapatkan
- Kadar antitoksin serum < 0,01 IU/mL penurunan hematokrit 33,4%
- Pemeriksaan LCS Normal, namun
tekanan dapat meningkat
- EEG Normal
- EMG Normal
- EKG Sinus takikardi, inversi
gelombang T
TINJAUAN PUSTAKA TETANUS

Definisi
Tetanus adalah gangguan neurologis
yang ditandai dengan meningkatnya
tonus otot dan spasme, yang disebabkan
oleh tetanospasmin, suatu toksin protein
yang kuat yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani, tanpa gangguan
kesadaran. Tetanus ini biasanya akut dan
menimbulkan paralitik spastik yang
disebabkan tetanospasmin
Etiologi
Klasifikasi tetanus

Tetanus lokal Tetanus Tetanus Tetanus


Jarang, gejala Cephalic generalisata neonatorum
lebih ringan Disebabkan OMK, Paling sering 50% kasus
Spasme dan luka pada wajah, Penyebaran toxin kematian pd
rigiditas pada kepala, leher secara penderita tetanus
area dekat luka Gangguan pada hematogen Penyebab
Beberapa kasus nervus kranialis Menyerang hygiene saat
dapat ne. VII kepala leher persalinan,
berkembang jadi Dapat spasme dan vaksinasi saat
tetanus berkembang jadi rigiditas hamil
generalisata tetanus penyebaran Gangguan
generalisata desenden pertumbuhan
bayi, rigiditas,
spasme muncul
7hr
Klasifikasi berdasarkan beratnya gejala (Ablett)
I (ringan) Trismus ringan sampai sedang, spastisitas
generalisata, tanpa gangguan pernafasan,
tanpa spasme, sedikit atau tanpa disfagia.
II (sedang) Trismus sedang, rigiditas yang nampak jelas,
spasme singkat ringan sampai sedang,
gangguan pernafasan sedang dengan
frekuensi pernafasan lebih dari 30 x/ menit,
disfagia ringan.
III (berat) Trismus berat, spastisitas generalisata,
spasme dan kejang spontan berkepajangan,
yang berlangsung lama. Gangguan
pernapasan dengan takipnea > 40 x/menit,
kadang apnea, disfagia berat dan takikardia
> 120x/menit. Terdapat peningkatan aktivitas
saraf otonom yang moderat dan menetap.
IV (sangat berat) Gambaran tingkat III disertai gangguan saraf
otonom berat dimana dijumpai hipertensi
berat dengan takikardi berselang dengan
Patofisologi
Gejala klinis
Masa inkubasi : 2-14 hari (8 hari)
Karakteristik gejala :
Diawali dgn ketegangan otot rahang leher
Trismus, lockjaw
Kejang bertambah berat 3 hari pertama,
menetap 5-7 hari, berkurang setelah 10 hari,
menghilang setelah 2 minggu
Risus sardonicus, ophistotonus

Nyeri pada otot yang mengalami spasme


Demam 38C atau lebih, berkeringat
DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
MANIFESTASI PEMERIKSAAN - pem.
KLINIS FISIK Bakteriologis
- pem.
Laboratorium
PENYAKIT GAMBARAN DIFFERENTIAL
INFEKSI
Meningoencephalitis Demam, trismus tidak ada, sensorium depresi, abnormal CSF
Polio Trismus tidak ada, paralisa tipe flaccid, abnormal CSF
Rabies Gigitan binatang, trismus tidak ada, hanya oropharingeal
Lesi oropharyngeal spasme
Peritonitis Hanya local, regiditas seluruh tubuh atau spasme tidak ada
Trismus atau spasme seluruh tubuh tidak ada

DIAGNO KELAINAN METABOLIK

SIS
Tetani Hanya carpopedal dan laryngeal spasme, hypocalcemia
Keracunan strychnine Relaksasi komplet diantara spasme

BANDIN
Relaksasi phenothiazine Dystonia, respons dengan diphenydramine

G PENYAKIT CNS

Stastus epilepticus Sensorium depressi


Hemorrhage atau tumor Trismus tidak ada, sensorium depressi

KELAINAN PSIKIATRI

Hysteria Trismus inkonstan, relaksasi komplet diantara spasme

KELAINAN
MUSCULOSKLETAL
Hanya local
Trauma
Tatalaksana
Tetanus

Perawatan Luka

Imunoterapi

Antibiotik

Kontrol Spasme
Otot
loading dose 15 mg/kgBB dalam 1
Metronida jam dilanjutkan 30 mg/kgBB/hari
zol selama 1 jam perinfus setiap 6
jam selama 7-10 hari
50.000-100.000/kgBB/hari selama
Penisilin P 7-10 hari

Diazepam intravena untuk anak


Diazep 0,3mg/kgBB/kali atau 10 mg per rectal
pada fase induksi
am 20-40 mg/kgBB/hari IV dalam cairan
dekstrosa 5% : NaCl 0,9% = 4 : 1

100.000 IU dengan 50.000 IU IM dan


ATS 50.000 IU IV
Vaksin
Vaksin tetanus
Anak > 7 tahun dan
Anak <7 tahun dewasa
Diptheria and Diptheria and
Tetanus toxoids Tetanus toxoids
and acellular and acellular
Pertussis Pertussis
vaccine vaccine
DTaP Tdap
Diptheria and Diptheria and
Tetanus toxoids Tetanus toxoids
and acellular and acellular
Pertussis Pertussis
vaccine vaccine
Diptheria and Diptheria and
DT Tetanus toxoids Td Tetanus toxoids
vaccine vaccine
Timing
Dosis awal tetanus toxoid tidak menginduksi imunitas hanya
mematangkan (priming immunity
Pemberian TIG memberikan imunitas sementara (efek antitioksin)
untuk memastikan adanya proteksi walaupun respon imun belum
terbentuk

Dosis Umur Interva Dosis Umur Interv


l al
I (Tdap -- I (DTaP) 2 bulan --
/Boostrix) II (DTaP/DT) 4 bulan 4
II 4 mingg
(Td/Tdap/TT) mingg u
u III (DTaP/DT) 6 bulan 4
>7 tahun
III (Td/ 4 mingg
&
Tdap /TT) mingg u
dewasa
u
IV (DTaP/DT) 15-18 6
IV (Td/ 6 bulan
bulan bulan
Tdap /TT)
Booster 10
tahun
PROGNOSIS

Bervariasi :
inkubasi
kecepatan generalisasi gejala
keparahan gejala klinis
akses terhadap regimen terapi
yang sesuai
Mortalitas 50% kasus
Infeksi + komplikasi respirasi,
metabolik & KV
Kesimpulan
Tetanus merupakan penyakit toksemik akut dan fatal
Diagnosis tetanus sepenuhnya didasarkan pada temuan klinis,
yaitu anamnesis dan pemeriksaan fisik, karena pemeriksaan
laboratorium tidak spesifik.
Prinsip tatalaksana pada tetanus meliputi perawatan luka,
imunoterapi atau vaksinasi, pemberian antibiotik, dan
mengontrol spasme otot.
Prognosis tetanus sendiri bervariasi tergantung dari durasi
inkubasi, kecepatan generalisasi gejala dan keparahan gejala
klinis serta akses terhadap regimen terapi yang sesuai.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai