Anda di halaman 1dari 37

FARMASETIKA

Dispersi :E M U L S I
Pengertian emulsi
suatu sistem yang tidak stabil secara
termodinamika yang mengandung
paling sedikit dua fase cair, yang
tidak bercampur.Dimana satu
diantaranya didispersikan sebagai
bola-bola dalam fase cair lain
Contoh Emulsi

Emulsi Cair Emulsi Gas


Emulsi Padat
Pengertian emulsi
Berdasarkan fase terdispersinya dikenal 2 jenis
emulsi :
Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama
bersifat polar, sedangkan yang lainnya relatif
bersifat non polar.
1.Emulsi minyak dalam air (o/w)
Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-bola
ke seluruh fase kontinu air.
2.Emulsi air dalam minyak (w/o)
Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu.
PERBEDAAN EMULSI DAN SUSPENSI

Emulsi dan suspensi hampir mirip,


perbedaan antara emulsi dan
suspense adalah pada emulsi
digunakan bahan obat cair atau
larutan sedang pada suspense
menggunakan bahan obat padat.
Pada kedua sediaan ini sama-sama
terdispersi dalam cairan pembawa.
Pengertian emulsi
Pengujian Tipe Emulsi :
1. Test Pengenceran Tetesan
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa
suatu emulsi akan bercampur dengan
yang menjadi fase luarnya. Misalnya
suatu emulsi tipe m/a, maka emulsi ini
akan mudah diencerkan dengan
penabahan air. Begitu pula sebaliknya
dengan tipe a/m.
Pengertian emulsi
Pengujian Tipe Emulsi :
2. Test Kelarutan Pewarna
Metode ini berdasarkan prinsip keseragaman
disperse pewarna dalam emulsi , jika
pewarna larut dalam fase luar dari emulsi.
Misalnya amaranth, adalah pewarna yang
larut air, maka akan terdispersi seragam
pada emulsi tipe m/a. Sudan III, adalah
pewarna yang larut minyak, maka akan
terdispersi seragam pada emulsi tipe a/m.
Pengertian emulsi
Pengujian Tipe Emulsi :
3. Test Creaming (Arah Pembentukan Krim)
Creaming adalah proses sedimentasi dari tetesan-
tetesan terdispersi berdasarkan densitas dari fase
internal dan fase eksternal. Jika densitas relative dari
kedua fase diketahui, pembentukan arah krim dari fase
dispers dapat menunjukkan tipe emulsi yang ada. Pada
sebagian besar system farmasetik, densitas fase minyak
atau lemak kurang dibandingkan fase air; sehingga, jika
terjadi krim pada bagian atas, maka emulsi tersebut
adalah tipe m/a, jika emulsi krim terjadi pada bagian
bawah, maka emulsi tersebut merupakan tipe a/m.
Pengertian emulsi
Pengujian Tipe Emulsi :
4. Test Konduktivitas Elektrik
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa air
atau larutan berair mampu menghantarkan
listrik, dan minyak tidak dapat
menghantarkan listrik. Jika suatu elektroda
diletakkan pada suatu system emulsi,
konduktivitas elektrik tampak, maka emulsi
tersebut tipe m/a, dan begitu pula
sebaliknya pada emulsi tipe a/m.
Pengertian emulsi
Pengujian Tipe Emulsi :
5. Test Fluorosensi
Sangat banyak minyak yang dapat
berfluorosensi jika terpapar sinar ultra violet.
Jika setetes emulsi di uji dibawah paparan
sinar ultra violet dan diamati dibawah
mikroskop menunjukkan seluruh daerah
berfluorosensi maka tipe emulsi itu adalah
a/m, jika emulsi tipe m/a, maka fluorosensi
hanya berupa noda.
Teori Emulsifikasi
Tidakada teori emulsifikasi secara umum,
karena emulsi dpt dibuat dgn
menggunakan beberapa tipe zat
pengemulsi yg masing2 berbeda pd cara
kerjanya dgn prinsip berbeda utk
mencapai suatu produk yg stabil.
Untuk suatu teori agar berarti, haruslah
sanggup menerangkan :
1. Kestabilan Produk
2. Tipe emulsi yang terbentuk
Teori Emulsifikasi
Jika suatu minyak mineral didispersikan
menjadi bola2 yang mempunyai d 0,01 m
(10-6 cm) dalam 1 cm3 air sehingga
terbentuklah emulsi yg halus, luas permukaan
600 cm2 (6/ 10-6 ) cm2 = 600 m2 W = 34 x 107
erg atau 8 kalori. Volume tortal tetap 2 cm 2
wo 57 dyne/cm.
Jika dimasukkan dalm persamaan W = wo x
A
Diperoleh energi 8 kalori.
Teori Emulsifikasi
Dalam kenyataannya ketika kita campurkan
1 cm3 minyak 1 cm3 air, akan menghasilkan
partikel2 halus d 0,01 m dgn permukaan
total 600 m2 . Dalam emulsi yang nyata
ukuran partikel 10-100 kali lebih besar dan
luas permukaan lebih kecil dr ini,sehingga
dgn kenaikan energi sebesar 8 kalori,
sehubungan dgn permukaan yg luas ini dpt
menjadikan emulsi menjd tdk stabil secara
termodinamik. Jd tetesan cenderung untuk
bergabung.
Teori Emulsifikasi
Untuk mencegah/mengurangi laju tsb,
perlu diperkenalkan suatu suatu zat
pengemulsi yang akan membentuk
suatu lapisan disekeliling bola2 yg
terdispersi.
1. Zat2 yg aktif pd permukaan yg
teradsorpsi pd antar muka minyak/air
membentuk lapisan monomolekular
dan mengurangi tegangan antarmuka
Teori Emulsifikasi
2. Koloidal hidrofilik yg membentuk
suatu lapisan multimolekuler sekitar
tetesan2 terdispersi minyak dalam
suatu emulsi o/w
3. Partikel2 padat yg terbagi halus, yg
diadsorpsi pada batas antarmuka dua
fase cair yg tidak bercampur dan
membentuk suatu lapisan partikel
disekitar bola2 terdispersi.
Teori Emulsifikasi
Teori Tegangan permukaan
Bila cairan kontak dengan cairan kedua
yang tidak larut dan tidak saling bercampur,
kekuatan (tenaga) yang menyebabkan
masing-masing cairan menahan pecahnya
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil
disebut tegangan antarmuka. Zat-zat aktif
permukaan (surfaktan) atau zat pembasah,
merupakan zat yang bekerja menurunkan
tegangan antarmuka ini.
Oriented Wedge Theory
Menganggap bahwa lapisan
monomolecular dari zat pengemulsi
melingkari suatu tetesan dari fase dalam
pada emulsi. Teori ini berdasarkan pada
anggapan bahwa zat pengemulsi tertentu
mengarahkan dirinya di sekitar dan dalam
suatu cairan yang merupakan gambaran
kelarutannya pada cairan tertentu.
Teori plastic atau Teori Lapisan
antarmuka

Bahwa zat pengemulsi membentuk lapisan


tipis atau film yang mengelilingi fase dispers
dan diabsorbsi pada permukaan dari tetesan
tersebut. Lapisan tersebut mencegah kontak
dan bersatunya fase terdispersi; makin kuat
dan makin lunak lapisan tersebut, akan
makin besar dan makin stabil emulsinya.
Stabilitas Emulsi
Minyak dan air tidak bisa menyatu. Keduanya akan
cenderung untuk memisah. Hal ini karena adanya adanya
tegangan antar muka di antara keduanya, membutuhkan
energy. Semakin banyak permukaan air yang bertemu atau
berbatasan dengan permukaan minyak, semakin banyak
pula energy yang dibutuhkan untuk mempertahankan
kondisi tersebut. Namun, dalam emulsi, keduanya dipaksa
untuk menyatu, artinya semakin banyak permukaan air yang
dipaksa untuk bertemu dengan permukaan minyak.
Akibatnya, energy yang dibutuhkan pun semakin besar.
Karena tidak ada supply energy, maka ketika didiamkan
kedua fase tersebut akan cenderung untuk memisah agar
antar muka yang saling bersinggungan semakin sedikit.
Keadaan seperti inilah yang disebut sebagai rusaknya suatu
emulsi atau ketidakstabilan emulsi
Stabilitas Emulsi
Mekanisme ketidakstabilan emulsi ini
dapat terjadi melalui beberapa jalan,
yaitu:

Coalescence: yaitu peristiwa 2 tetesan


minyak (atau air) bersatu dan membentuk
membentuk suatu tetesan baru yang lebih
besar tetapi memiliki luas permukaan
yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan
jika tetesan baru tersebut pecah menjadi
tetesan tetesan kecil seperti semula.
Stabilitas Emulsi
Mekanisme ketidakstabilan emulsi ini
dapat terjadi melalui beberapa jalan,
yaitu:

Flocculationatau Flokulasi adalah suatu


peristiwa berkumpulnya beberapa tetesan
minyak tetapi tidak membentuk tetesan
minyak baru yang lebih besar seperti pada
peristiwa coalescence hingga
mengakibatkan distribusinya dalam emulsi
tidak merata (tidak homogeny lagi).
Stabilitas Emulsi
Mekanisme ketidakstabilan emulsi ini dapat
terjadi melalui beberapa jalan, yaitu:

Peristiwacoalescencedanflocculationsecara
bersama sama akan menyebabkan
peristiwa creackingataubreaking.Peristiwa
ini mungkin disebabkan oleh ketidaktepatan
pemilihan emulgator dalam formulasi,
emulgator mengalami dekomposisi, atau
temperature penyimpanan yang tidak sesuai.
Stabilitas Emulsi
Mekanisme ketidakstabilan emulsi ini dapat
terjadi melalui beberapa jalan, yaitu:

Creamingyaitu peristiwa mengapungnya fase


minyak. Hal ini terjadi jika fase minyak memiliki
densitas yang lebih kecil daripada fase air. Definisi
lain menyebutkan bahwa creaming merupakan
peristiwa memisahnya emulsi menjadi 2 bagian
dengan salah satu bagian mengandung lebih
banyak fase disperse daripada bagian yang lain.
Hal ini mungkin disebabkan karena homogentias
emulsi ketika formulasi kurang tetapi masalh ini
bisa diatasi dengan penggojogan ringan.
Stabilitas Emulsi
Stabilitas Emulsi
Phase Inversionatau pembalikan fase
emulsi yang semula O/W menjadi W/O
atau sebaliknya. Hal ini mungkin
disebabkan terlalu banyaknya fase
disperse (mencapai lebih dari 74%).
Masalah ini juga tidak dapat diatasi
hanya dengan penggojogan ringan.
Emulgator
Emulgator adalah bahan aktif
permukaan yang menurunkan
tegangan antar mukaantara minyak
dan air dan mengelilingi tetesan
terdispersidengan membentuk
lapisan yang kuat untuk mencegah
koalesensi dan pemisahan fase
terdispersi
Emulgator
Adapun macam-macam emulgator yang
digunakan adalah:
Emulgator alam (tumbuhan, hewan, tanah
mineral) : diperoleh dari alam tanpa melalui
proses). Contoh : Gom arap, tragacanth, agar-
agar, chondrus, pectin, metil selulosa, CMC,
kuning telur, adep lanae, magnesium,
aluminium silikat, veegum, bentonit.
Emulgator buatan : dibuat secara sintetiks.
Contoh : Sabun; Tween 20, 40, 60, 80; Span 20,
40, 80.
Emulgator
Beberapa sifat yang dipertimbangkan dari bahan pengemulsi
:
a.Harus efektif pada permukaan dan mengurangi tegangan
antar muka sampai di bawah 10dyne/cm.
b.Harus diabsorbsi cepat di sekitar tetesan terdispersi
sebagai lapisan kental mengadheren yang dapat
mencegah koalesensi
c.Memberikan tetesan-tetesan yang potensial listriknya
cukup sehingga terjadi saling tolak-menolak
d.Harus meningkatkan viskositas emulsi
e.Harus efektif pada konsentrasi rendah
f.Tidak ada bahan pengemulsi yang memenuhi syarat
sifat-sifat ini pada tingkat yang sama, nyatanya tidak
semua emulgator yang baik perlu memiliki sifat di
atas.(RPS 18th: 300)
Pengawet
Adanya pengawetan sangat penting untuk
emulsi minyak dalam air karena
kontaminasi fase eksternal mudah terjadi.
Karena jamur dan ragi lebih sering
ditemukan daripada bakteri, lebih
diperlukan yang bersifat fungistatik atau
bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat
menguraikan bahan pengemulsi ionik dan
nonionik, gliserin dan sejumlah bahan
pengemulsi alam seperti tragakan dan gom.
Pengawet
Asam benzoate (0,1 0,2), natrium
berzoat (0,1 0,2%) alkohol (5-10%)
fenil merkuri nitrat dan asetat (1 :
10.000 1 : 25.000) fenol (0 5%),
ikhtisol (0,5%) klorbutanol (0,5%).
Asam sorbat (0,2%) dan amonium
kuartener kationik (1:10.000 1:
50.000) telah digunakan sebagai
pengawet antibakteri.
Pengawet
Asam benzoate (0,1 0,2), natrium
berzoat (0,1 0,2%) alkohol (5-10%)
fenil merkuri nitrat dan asetat (1 :
10.000 1 : 25.000) fenol (0 5%),
ikhtisol (0,5%) klorbutanol (0,5%).
Asam sorbat (0,2%) dan amonium
kuartener kationik (1:10.000 1:
50.000) telah digunakan sebagai
pengawet antibakteri.
Pengawet
Pengawet yang paling populer karena
mereka aktif melawan bakteri, ragi
dan jamur adalah asam parahidroksi
benzoat ester : butil parahidroksi
benzoat 1 butil benzoat 0,02 %. Metil
parahidroksi benzoat (metil paraben)
dan propil parahidroksibenzoat (propil
paraben)merupakan campuran
pilihan.
Semisolid
Pengawet
Beberapa pengawet dibutuhkan dalam
emulsi yang disimpan untuk mencegah
proses pembusukan protein dan proses
fermentasi pada gum dan struktur,
agar efektif, pengawet harus larut
dalam fase air emulsi. Bahan yg dapat
digunakan sebgai pengawet adalah
alkohol dari konsertrasi 7 sampai 12
persen.
Stabilitas Emulsi
Bila dua larutan murni tidak saling campur
seperti minyak dan air, dicampurkan, lalu
dikocok kuat-kuat, keduanya akan membentuk
sistem dispersi yang disebut emulsi. Secara fisik
terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di
sebelah dalam fasa yang lainnya. Bila proses
pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat
cepat akan terjadi pemisahan kembali, sehingga
kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan
teramati pada sistem dispersi terjadi dalam
waktu yang sangat singkat .
Stabilitas Emulsi
Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya,
yaitu
1. Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya
London-Van Der Waals. Gaya ini menyebabkan
partikel-partikel koloid berkumpul membentuk
agregat dan mengendap
2. Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh
pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik
yang bermuatan sama. Gaya ini akan
menstabilkan dispersi koloid.
Stabilitas Emulsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
stabilitas emulsi, adalah:
1. Tegangan antarmuka rendah
2. Kekuatan mekanik dan elastisitas
lapisan antarmuka
3. Tolakkan listrik double layer
4. Relatifitas phase pendispersi kecil
5. Viskositas tinggi.

Anda mungkin juga menyukai