Anda di halaman 1dari 15

PRESENTASI GEOGRAFI

SENGKETA PEREBUTAN PULAU


SIPADAN DAN LIGITAN

XI SOSIAL 1
SMA NEGERI 10 BANDUNG
NAMA KELOMPOK:
ANNISA LUTHFIA
DINAR ISMAILA
DUHA KHASANAH ASTARI
GHINA SEPTINUR
INA LESTARI
INTANIA SALSABILLA
TESSA TRI KURNIA
YUYUN SARASWATI
PENDAHULUAN
A. PULAU SIPADAN
Sipadan adalah sebuah pulau di negara bagian
Sabah, Malaysia. Letaknya tak jauh dari pulau
Kalimantan/Borneo (di sebelah utara pulau Tarakan,
Kalimantan Timur). Di pulau ini masih sering ditemui
penyu-penyu meletakkan telurnya.
B. PULAU LIGITAN
Ligitan adalah sebuah pulau di negara bagian Sabah,
Malaysia. Pulau yang terletak 21 mill (34 km) dari pantai
daratan Sabah dan 57,6 mill (93 km) dari pantai pulau
Sebatik di ujung timur laut pulau Kalimantan/Borneo ini
luasnya 7,9 Ha.
PEMBAHASAN
Sengketa Sipadan dan Ligitan adalah
persengketaan Indonesia dan Malaysia atas
pemilikan terhadap kedua pulau yang berada di
Selat Makassar yaitu pulau Sipadan (luas: 50.000
meter) dengan koordinat:
4652,86LU 1183743,52BT dan pulau Ligitan
(luas: 18.000 meter) dengan koordinat:
49LU 11853BT. Sikap Indonesia semula ingin
membawa masalah ini melalui Dewan Tinggi ASEAN
namun akhirnya sepakat untuk menyelesaikan
sengketa ini melalui jalur hukum
Mahkamah Internasional
A. KRONOLOGI SENGKETA SIPADAN DAN LIGITAN

TAHUN PERISTIWA
1969 Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan muncul
pertama kali pada perundingan mengenai
batas landasan kontinen antara RI dan
Malaysia di Kuala Lumpur (9-12 September
1969). Hasil kesepakatan: kedua pihak agar
menahan diri untuk tidak melakukan
kegiatan-kegiatan yang menyangkut kedua
pulau itu sampai penyelesaian sengketa.
1970 Malaysia melakukan tindakan sepihak
dengan menerbitkan peta yang memasukan
kedua pulau tersebut ke dalam wilayah
nasionalnya, dan beberapa tahun kemudian
melakukan pembangunan dan pengelolaan
fasilitas-fasilitas wisata di kedua pulau itu.
1989 Pembahasan sengketa oleh Presiden RI
Soeharto dan PM Malaysia Mahathir
Muhammad di Yogyakarta, tahun 1989.
Hasil kesimpulan: sengketa mengenai
kedua pulau tersebut sulit untuk
diselesaikan dalam kerangka
perundingan bilateral.
1997 Kedua pihak sepakat untuk mengajukan
penyelesaian sengketa tersebut ke
Mahkamah Internasional dengan
menandatangani dokumen Special
Agreement for the Submission to the
International Court of Justice on the Dispute
between Indonesian and Malaysia concerning
the Sovereignty over Pulau Ligitan and Pulau
Sipadan di Kuala Lumpur pada tanggal 31
Mei 1997
1998 Pada tanggal 2 November 1998,
kesepakatan khusus yang telah
ditandatangani itu kemudian secara
resmi disampaikan kepada Mahkamah
Internasional, melalui suatu joint
letter atau notifikasi bersama.
2000 Proses argumentasi tertulis (written
pleadings) dari kedua belah pihak dianggap
rampung pada akhir Maret 2000 di
Mahkamah Internasional. Argumentasi
tertulis itu terdiri atas penyampaian
memorial , counter memorial , dan
reply ke Mahkamah Internasional.
2002 Proses penyelesaian sengketa Pulau
Sipadan dan Ligitan di Mahkamah
Internasional memasuki tahap akhir,
yaitu proses argumentasi lisan (oral
hearing), yaitu berlangsung dari
tanggal 3-12 Juni 2002. pada
kesempatan itu, Menlu Hassan
Wirajuda selaku pemegang kuasa
hukum RI, menyampaikan argumentasi
lisannya (agents speech), yang
kemudian diikuti oleh presentasi
argumentasi yuridis yang disampaikan
Tim Pengacara RI. Mahkamah
Internasional kemudian menyatakan
bahwa keputusan akhir atas sengketa
tersebut akan ditetapkan pada
Desember 2002.

Pada tanggal 17 Desember 2002,


Mahkamah Internasional di Den Haag
B. KEPUTUSAN MAHKAMAH INTERNASIONAL
Pada 17 Desember 2002 ICJ mengeluarkan keputusan
tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan dan Ligitan
antara Indonesia dan Malaysia. Hasilnya, dalam voting itu,
Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim, sementara hanya 1
orang yang berpihak pada Indonesia. Oleh karena berdasarkan
pertimbangan effectifity, maka Malaysia lah yang
memenangkan wilayah pulau Sipadan dan Ligitan, hal itu
dikarenakan Malaysia telah terlebih dahulu melakukan
administrasi berupa penerbitan perlindungan satwa burung,
pungutan pajak terhadap pengumpulan telur penyu sejak 1930,
dan oprasi mercu suar sejak 1960an.
C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KASUS SENGKETA
SIPADAN DAN LIGITAN
Dari berbagai sumber di internet yang kami
dapatkan, kemungkinan penyebab dari kasus ini adalah:
1. Malaysia ingin mencari kekuasaan dan kekayaan
yaitu dengan cara memperluas wilayahnya.
2. Indonesia merasa memiliki hak atas Sipadan dan
Ligitan karena masuk dalam wilayah Nusantara (Laut
Teritorial dan ZEE)
3. Kecerobohan Indonesia dalam hal tidak
memperhatikan pembangunan wilayah-wilayahnya
4. Kurangnya koordinasi antara lembaga-lembaga atau
departemen-departemen terkait pengelolaan kedua
pulau ini.
5. Mahkamah Internasional membuat keputusan
dengan mengutamakan continous presence,
effective occupation, dan ecology preservation.
D. PENYEBAB LEPASNYA PULAU SIPADAN DAN LIGITAN
DARI NKRI
1. Karena adanya ketidakjelasan garis perbatasan yang
dibuat oleh Belanda dan Inggris yang merupaka
negara pendahulu dari Indonesia dan Malaysia di
perairan timur Pulau Borneo.
2. Lemahnya Bangsa Indonesia memahami konsep
Wawasan Nusantara. Lemahnya pengawasan
tersebut tidah hanya dilakukan oleh pihak TIN/POLRI
saja, tetapi semua lapisan masyarakat Indonesia. Bila
hanya mengandalkan TNI/POLRI saja yang
persenjataanya kurang lengkap mungkin bangsa
Indonesia sudah habis wilayahnya di akui negara lain,
maka dari itu penerapan dan pemahaman konsep
Wawasan Nusantara sebagai landasan mutlak bagi
masyarakat Indonesia
PENDAPAT KAMI MENGENAI SENGKETA SIPADAN DAN
LIGITAN
Bagi kami ini adalah pelajaran yang dapat kita petik
hikmahnya, bahwa lepasnya Sipadan dan Ligitan
sebenarnya merupakan peringatan penting bagi
pemerintah untuk lebih memperhatikan pulau-pulau di
Nusantara yang jumlahnya tidak kurang dari 17.506 pulau
di seluruh Indonesia. Dan semestinya kita sebagai warga
negara Indonesia juga harus ikut serta dalam menjaga
wilayah NKRI.
Oleh karena itu, saatnya bagi kita untuk menutupi
kelemahan-kelemahan Indonesia (khususnya dalam
Diplomasi Internasional) dan menerapkan sistem
HANKAMRATA serta Wajib Militer bagi rakyat Indonesia,
agar camar bulan dan wilayah NKRI lainnya tidak
berpindah kepengakuan negara lain.
SARAN KAMI ATAS SENGKETA SIPADAN DAN LIGITAN
Terlepasnya pulau Sipadan dan Ligitan menjadi milik
Malaysia telah menyadarkan Indonesia untuk mengambil
strategi kebijakan dalam pengelolaan pulau-pulau di wilayah
perbatasan yang memiliki potensi konflik.
Untuk itu kami menyarankan:
1. untuk mengubah status wilayah pulau-pulau di perbatasan
yang selama ini menjadi cost center menjadi profit center
guna meningkatkan taraf hidup penduduknya, yang harus
diagendakan bersama antara Pemerintah Daerah dan
Pemerintah pusat, termasuk aparat keamanan.
2. Pemerintah juga bisa melakukan pembangunan sarana
dan prasarana ekonomi termasuk sarana transportasi laut
yang menghubungkan pulau-pulau di perbatasan dengan
wilayah induknya.
3. Dilakukan pemberdayaan masyarakat di pulau-pulau
wilayah perbatasan, dimana secara umum potensi
kelautan dan perikanan cukup banyak
4. Pemerintah perlu mengembangkan pengelolaan pulau-
pulau di wilayah perbatasan, antara lain sebagai
wilayah konservasi dan objek wisata bahari.
5. Pembangunan sarana pengamanan, antara lain
membangun Pos Pengamatan TNI-AL (POSAL) dengan
personil pengawik yang memadai jumlahnya dan
sarana pendukungnya.
6. TNI-AL dari Guskamla maupun Guspurla mengadakan
patroli ke pulau-pulau di wilayah perbatasan, sehingga
kesadaran masyarakat sebagai bagian dari NKRI dapat
dipelihara.
7. Memprioritaskan upaya penyelesaian yang
komprehensif masalah wilayah perbatasan 9 negara
tetangga serta survei ulang (resurvey) perbatasan RI
dan Malaysia di Kalimantan Timur dan perbatasan
maritim dengan Timor Leste, khusunya pulau-pulau
kecil strategis yang memiliki banyak potensi.

Anda mungkin juga menyukai