Anda di halaman 1dari 26

TUTORIAL 19

FITRI MEUTHIA
NIA SISKA PUTRI
LENI ARIA NASTA
ILHAM DARYL F
RONY ARZAL
SOFIA MUTIARA
NIVA AULIA
RIRY ANGRAINI
YUSI
TRIGGER 3 : AKIBAT JAJAN
SEMBARANGAN
Anto anak laki-laki umur 7 tahun dibawa ibunya ke dokter
dengan keluhan panas sesudah 10 hari. Telah berobat ke
bidan dekat rumah namun tidak kunjung sembuh. Demam
terutama malam dan sore hari, selama demam nafsu
makan menurun, serta mengeluh sering pusing, kadang-
kadang malam hari anak menggigau karena panas tinggi.
Mengeluh sering mual, kadang muntah, sakit perut dan
sejak sakit belum ada berak. Pada pemeriksaan, dokter
mendapatkan anak apatis, bibir kering dan hatinya
membesar nyeri tekan. Pemeriksaan darah tepi didapat
hasil leukopeni dan leukositosis relatif. Dokter
mengajukan supaya Anto di rawat di Rumah Sakit untuk
pengobatan dan memastikan penyakitnya. Dapatkah anda
menjelaskan apa penyakit yang diderita Anto.
STEP 1
Apatis : tidak ada perasaan / emosi, acuh,
massa bodoh, dan tidak ada perhatian

Leukopenia : keadaan dimana jumlah


leukosit lebih rendah dari normal

Leukositosis : kedaan dimana jumlah leukosit


lebih besar dari normal
STEP 2
1. Mengapa anto mengalami demam pada sore dan
malam hari ?
2. Apa yang menyebabkan nafsu makan menurun,
sering pusing, menggigil, panas tinggi dimalam hari?
3. Apa yang menyebabkan anto mual, muntah, sakit
perut dan tidak berak?
4. Analisa kasus pada trigger ?
5. Mengapa pada pemeriksaan darah tepu anto
didapatkan leukopenia ?
6. Kenapa terjadi hepatomegali ?
7. Apa hubungan pernyakit anto dengan jajan
sembarangan ?
STEP 3
1. Karena bakteri tersebut bekerja pada sore dan
malam hari
2. - Karena bakteri masuk kedalam sistem
pencernaan terutama lambung dan usus
- karena ST dan endoktoksinya akan merangsang
sintesa dan melepaskan zat pirogen oleh leukosit
pada jaringan dan meradang sehingga
mempengaruhi pusat termogulator di hipotalamus
3. Akibat infeksi bakteri mengakibatkan terjadi
reaksi inflamasi didalam sistem pencernaan dan
merangsang mediator inflamasi dan menyebabkan
nyeri
4. Nama : Anto (7 tahun)
jk : LK
anamnesa (alloanamnesa)
Keluhan utama : demam selama 10 hari
RPS : demam terutama malam dan sore
nafsu makan menurun
pusing
kadang malam hari anak menggigau karena panas
tinggi
mual, kadang muntah
sakit perut
tidak ada berak
RPD : -
RPK : -
Riwayat pengobatan ; sudah dibawa ke bidan
dekat rumah namun tidak kunjung sembuh
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum ; tampak sakit berat
Kesadaran : apatis
Vital sign : suhu meningkat
Mata ; sklera ikterik
Mulut : bibir kering, coated tongue
Jantung : -
Paru-paru :-
Abdomen : hepar teraba dan nyeri tekan
(membesar)
Ekstremitas :-
Pemeriksaan penunjang
Darah rutin : leukopenia, leukositosis relatif
SGOT, SGPT : -
Bilirubbin : -
Tes faal ginjal
Tes rumple leed
Tes widal

5.
6. Nakteri yang berada di usus halus terbawa
menuju kedalam vena porta. Sampai di hati
bakteri berkembang mengakibatkan
pembesaran hati.
STEP 4 Anto (7
tahun)

Anamnesa
Pemeriksaan
(alloanamnesa) Pemeriksaan
penunjang
Keluhan utama : fisik
- Demam selama 10 hari Darah rutin :
Keadaan umum :
- RPS : demam terutama leukopenia,
tampak sakit
leukositosis
malam dan sore, nafsu berat
relatif
makan menurun, pusing, Kesadara: apatis
kadang malam hari anak Vital sign : suhu
menggigau karena panas meningkat
tinggi Mata : sklera
, mual kadang muntah, ikterik
sakit perut, tidak berak Mulut: bibir
RPD: - kering, coated
Demam tifoid
RPK: - tongue
Riwayat pengobatan : Abdomen :
sudah dibawa ke bidan hepar teraba
dekat rumah namuin dan nyeri tekan
tidak kunjung sembuh
STEP 5
Demam tifoid
1. defenisis, etiologi, epeidemiologi
2. Pataogenesis
3. Gejala klinis
4. Penatalaksanaan
5. Komplikasi
6. Pencegahan
7. prognosis
STEP 7
DEFENISI
suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut
yang disebabkan oleh Salmonella typhi.
Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan,ditopang dengan bakteremia
tanpa keterlibatan struktur endotelial atau
endokardial dan invasi bakteri sekaligus
multiplikasi ke dalam sel fagosit
mononuklear dari limpa,kelenjar limfe usus
dan Peyers patch.
ETIOLOGI
Infeks sistemik oleh bakteri salmonella typhi
sebagian besar kasus terjadi pada anak
berusia > 5 tahun tetapi gejala dan tanda-
tanda klinisnya masih sangat luas sehingga
sukar didiagnosis.
EPIDEMIOLOGI
Sekita 95 % kasus demam tifoid di indonesia
disebabkan oleh salmonella typhi, sementara
sisanya disebabkan oleh salmonella paratypy.
Keduanya merupakan bakteri gram negatif.
Masa inkubasi sekitar 10n- 14 hari
PATOFISIOLOGI
Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh Salmonella (biasanya
>10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat
dimusnahkan oleh asam HCL lambung dan sebagian
lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas
humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil
Salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel M) dan
selanjutnya menujulamina propiadan berkembang
biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan
kelejar getah bening mesenterika. Setelah melewati
kelenjar-kelenjar limfe ini salmonella typi masuk ke
aliran darah melaluiductus thoracicus.
Kumansalmonella typilain mencapai hati melalui
sirkulasi portal dari usus.
Endotoksinsalmonella typi berperan pada
patogenesis demam tifoid, karena membantu
terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan
tempatsalmonella typiberkembang biak.
Demam pada tifoid disebabkan
karenasalmonella typidan endotoksinnya
merangsang sintesis dan penglepasan zat
pirogen oleh zat leukosit pada jaringan yang
meradang. Jaringan limfoid plak peyeri dan
kelenjar getah bening mesenterika mengalami
hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah
(bakterimia) melalui ductus thoracicus dan
menyebar ke seluruh organ retikuloendotalial
tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa
melalui sirkulasi portar dari usus.
Hati membesar(hepatomegali)dengan infiltrasi limfosit, zat
plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan
pembesaran limfa(splenomegali). Di organ ini, kuman S. Thypi
berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga
mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan
gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala,
sakit perut, instabilitas vaskuler, dan gangguan mental
koagulasi).
Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah
di sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan
hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hinga ke
lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi usus.
Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan
dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan
neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan
organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit,
terjadi jyperplasia (pembesaran sel-sel) plak peyeri. Disusul
kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi
plak peyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke
empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan
meninggalkan sikatriks (jaringan parut).
GEJALA KLINIS
Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang
ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala
yang ditimbulkan antara lain :
1.Demamlebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun
menjelang malamnya demam tinggi.
2.Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak
akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
3.Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan
limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga
terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa
masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
4.Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan
gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus
justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
5.Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas,
pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
6.Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan
berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali
terjadi gangguan kesadaran.
PENATALAKSANAAN
INDIKASI RAWAT
Klinis ringan dapat dirawat jalan dengan
control poli teratur. Jika klinis diserta
hiperpireksia, muntahm intake tidak
adekuat, dehidrasi, keadaan umum lemah
harus dirawat inapkan

PERAWATAN
Penderita harus tirah baring 5-7 hari bebas
panas, kemudian secara bertahap mulai
imobilisasi
DIET
Pemberian diet tahap awal pada penderita demam
tifoid harus mengutamakan lunak, mudah dicerna,
bebas serat dan tidak menimbulkan gas.
Pemberian makan dalam porsi kecil tetapi sering.
Biasanya disajikan dalam bentuk bubur saring

ANTIBIOTIK
Lini I
Kloramfenikol 100 mg / KgBB / hari per oral atau
intravena. Dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari
atau sampai 5-7 hari setelah demam turun.
Kloramfenikol tidak diberikan apabila leukosit <
2000 / ul
Kotrimoksazol (sulfamethaxazole/ TMP) 6-8 mg /
KgBB / H 3 bulan 7 hari dibagi 2 dosis
Lini II (Multidrug resistant S. Thypii)
Seftriakson 80 mg /KgBB/ H IV atau IM sekali
sehari selama 5 hari
Spriksim 10 mg / KgBB/ x per oral dibagi
dalam 2 dosis, selama 10 hari
Kortikostreroid diberikan pada kasus berat
dengan penurunan kesadaran : deksametason
1-3 mg/ kgBB / hari IV. Dibagi 3 dosis hingga
kesadaran membaik
Pertimbangkan transfusi darah pada kasus
perdarahan saluran cerna
KOMPLIKASI
peritonitis dan perdarahan saluran cerna :
suhu menurun, byeri abdomen, muntah,
nyeri tekan pada palpasi, bising usus
menurun atau menghilang, ditemukan defans
muskular dan pekak hati menghilang
Perforasi intestinal
Ensefalopati tifoid
Hepatitis tifosa
PENCEGAHAN
a.Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar
tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer dapat
dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain Salmonella
typhi yang dilemahkan. Di Indonesia telah ada 3 jenis vaksin tifoid, yaitu :
1)Vaksin oral Vivotif Berna. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang diminum selang
sehari dalam 1 minggu satu jam sebelum makan. Vaksin ini kontraindiksi pada wanita
hamil, ibu menyusui, demam, sedang mengkonsumsi antibiotik. Lama proteksi 5
tahun.
2)Vaksin parenteral sel utuh : Typa Bio Farma. Dikenal 2 jenis vaksin yakni, K
vaccine (Acetone in activated) dan L vaccine (Heat in activated-Phenol preserved).
Dosis untuk dewasa 0,5 ml, anak 6 12 tahun 0,25 ml dan anak 1 5 tahun 0,1 ml yang
diberikan 2 dosis dengan interval 4 minggu. Efek samping adalah demam, nyeri
kepala, lesu, bengkak dan nyeri pada tempat suntikan. Kontraindikasi demam,hamil
dan riwayat demam pada pemberian pertama.
3)Vaksin polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Merrieux. Vaksin diberikan secara
intramuscular dan booster setiap 3 tahun. Kontraindikasi pada hipersensitif, hamil,
menyusui, sedang demam dan anak umur 2 tahun.
Indikasi vaksinasi adalah bila hendak mengunjungi daerah endemik, orang yang
terpapar dengan penderita karier tifoid dan petugas laboratorium/mikrobiologi
kesehatan.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendiagnosa penyakit
secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Untuk
mendiagnosis demam tifoid perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Ada 3 metode untuk mendiagnosis penyakit demam tifoid, yaitu :
-Diagnosis klinik.
-Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman.
-Diagnosis serologik.

Pencegahan sekunder dapat berupa :


-Penemuan penderita maupun carrier secara dini melalui
penigkatan usaha surveilans demam tifoid.
-Perawatan umum dan nutrisi yang cukup.
-Pemberian anti mikroba (antibiotik) Anti mikroba (antibiotik)
segera diberikan bila diagnosa telah dibuat. pada wanita hamil, terutama
pada trimester III karena dapat menyebabkan partus prematur, serta
janin mati dalam kandungan. Oleh karena itu obat yang paling aman
diberikan pada wanita hamil adalah ampisilin atau amoksilin.
c.Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya yang
dilakukan untuk mengurangi keparahan
akibat komplikasi. Apabila telah dinyatakan
sembuh dari penyakit demam tifoid
sebaiknya tetap menerapkan pola hidup
sehat, sehingga imunitas tubuh tetap terjaga
dan dapat terhindar dari infeksi ulang
demam tifoid. Pada penderita demam tifoid
yang carier perlu dilakukan pemerikasaan
laboratorium pasca penyembuhan untuk
mengetahui kuman masih ada atau tidak.
PROGNOSIS
Tergantung usia, terapi, keadaan kesehatan
sebelumnya, ada atau tidak ada komplikasi.
perlu diperhatikan apakah bakteri tersebut
relaps atau tidak.

(dubia adbonam )
KESIMPULAN
Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang didapatkan bahawa Anto 7 tahun didiagnosa
menderita demam tifoid, Demam thypoid adalah suatu
penyakit infeksi sistemik yang ditandai oleh panas
berkepanjangan,ditopang dengan bakteremia tanpa
keterlibatan struktur endotelia atau endokardial dan
iinvasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit
mononuklear dari limpa,kelenjar limfe usus dan payers
patch,namun juga harus dilakukan pemeriksaan
penunjang agar lebih pasti dalam memberikan
pengobatannya. yang mana diberikan obat kloramfenikol
sebagai lini 1, dan apabila kloramfenikol sudah resisten
maka diberikan lini II yaitu seftriakson. Serta didukung
dengan tirah baring dan dengan diet makanan lunak. Dan
Anto harus dirawat di Rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai